🦋 21 || Kembaran, Katanya

476 82 32
                                    

"Halo kembaran!" sapa Aruna girang. Alin mengerjap kaget. Dipeluknya Arka karna merasa sedikit takut pada reaksi Aruna.

"Kak Arka ... kok itu mukanya mirip Alin?" Bukan hanya Aruna, tapi Alin pun menyadari hal itu. Ia lantas menoleh ke arah Laksa. Bibirnya mengerucut lucu, sedangkan kedua alisnya bersatu memberikan efek memelas pada wajahnya.

Arka menurunkan Alin. Ketika kakinya menyentuh lantai, ia langsung berlari ke arah Laksa. Memeluk kaki kakaknya yang menjulang tinggi itu. Alin memberikan tatapan was-was karna melihat dua orang yang tidak ia kenal di ruangan ini.

"Kenapa?" tanya Laksa seraya berjongkok.

"Takut," cicit Alin pelan. Ia menoleh ke arah Aliya. Sedikit terkejut karna sekarang Aliya melotot ke arahnya.

"Siapa kamu?!" tanya Aliya pura-pura galak. Alin menutup matanya. Pelukan gadis itu semakin mengencang di kaki abangnya itu. Laksa menggeleng pelan, Aliya memang ada-ada saja kelakuannya.

Alin meneguk salivanya, "Abang, itu siapa?" Jemari kecilnya menunjuk Aruna. Aruna yang sejak tadi menggali upilnya itu kini terhenyak, baru sadar jika ia ditunjuk oleh Alin.

Arka menyentil dahi gadis itu. Aruna meringis pelan seraya melemparkan tatapan tajam pada Arka. Entah itu sentilan yang ke berapa kali yang ia dapatkan hari ini. Menyebalkan.

"Jaga image dikit ngapa, si, Na? Depan adek Laksa malah ngupil!" tegur Arka lelah.

"Abang, itu siapa?" Alin kembali bertanya. Ia kini memasang raut wajah yang mampu membuat siapa pun yang melihatnya gemas.

"Aruna," jawab Laksa singkat. Jemari Alin turun, tak menunjuk Aruna lagi seperti tadi. Netra hitam lucu miliknya tetap terpaku pada sosok Aruna. Adik Laksa itu tersenyum hangat.

"Mirip Alen."

"Alen siapa?" tanya Aruna bersemangat. Entahlah, yang ada dipikirannya kini adalah Alen sangat cantik layaknya selebgram atau youtubers di negaranya.

Arka menjawab, "Kebo yang biasanya disembelih kalo Idul Adha."

Aruna spontan melotot. Bibirnya mengerucut lucu, tangannya terkepal tanda ia marah.

"Arun bukan kebo!" teriak Aruna mengamuk. Aruna berkacak pinggang. Memberi kode bahwa ia tidak suka disama-samakan dengan yang namanya Alen itu.

"Alen, jangan nakal!" nasehat Alin sok bijak. Memang, baru saja menginjak usia delapan tahun, tapi tingkat keperduliannya pada mendiang kakaknya sangatlah besar.

Aruna mengembungkan pipinya, "Heh, Alin! Kamu jangan so, tau! Aku ini Aruna, bukan Alen!" tolak Aruna pada Alin.

"Ck, udah gue bilang Aruna mending dari dulu lo buang aja ke kali ciliwung," keluh Arka pada Aliya. Aliya mengangguk menyutujui penuturan kata Arka tadi.

"KALIAN MAU BUANG ARUN?!" pekik Aruna tak terima. Laksa menggendong Alin, sedangkan tatapan Alin masih terkunci pada Aruna, yang ia anggap sebagai Kakaknya, Alen.

"Kak ... itu Alen?" tanya Alin dengan volume yang sangat kecil. Hanya memperbolehkan Laksa yang mendengar pertanyaannya itu. Laksa menoleh ke arah Aruna, melihat gadis itu yang kini sedang mengamuk pada Aliya dan Arka.

"Mungkin." Hanya itu yang keluar dari mulut Laksa. Ia sendiri masih merasa ragu jika Aruna adalah Alen. Pasalnya, umur Alen dan Alin hanya berselisih sepuluh menit. Jadi, tidak mungkin, kan jika Aruna itu adalah Alen?

"Ah, debat ama Kak Arka cape! Harus teriak mulu!" final Aruna kelelahan. Tubuhnya langsung rebahan santai di lantai tanpa memperdulikan apa pun. Matanya menutup, wajahnya terlihat damai.

ALSHANA (TERBIT) Where stories live. Discover now