🦋 01 || Awal

1.6K 207 44
                                    

Pertemuan kita. Aku akan benar-benar menyesal telah bertemu kamu.

***

"TUTUP PINTUNYAAAA!!!!!!"

Raina langsung menutup pintu. Zidan dengan otot besarnya pun langsung menghalang pintu dengan kursi-kursi. Satu kelas bergetar hebat, sementara Aruna dan Mocca hanya berpelukan satu dengan yang lain.

Aneh. Mereka sudah 11 SMA, tapi tetap saja seperti anak SD yang ketakukan karna akan disuntik. "Ca, Arun takut."

"Gapapa, Na. Itu cuma Razia aja, kok. Razia isi hape," balas Mocca.

Aruna melepaskan pelukannya. "Tapi-"

Dengan cepat. Mocca memotong ucapan gadis itu. "Emang, di hape kamu ada apa aja, Na?" selidik Mocca heran.

Keringat Aruna perlahan berjatuhan. Mocca menatap Aruna tajam, mengira bahwa gadis itu menyimpan video tak senonoh di dalam ponsel pintar miliknya. "A-ada ...."

"Ada apa?" Mocca penasaran. Aruna bergetar, gadis itu kini celingukan tak jelas mengalihkan perhatian, sementara di sisinya, ada Mocca yang benar-benar ingin tahu jawaban Aruna.

"Isinya apa, Na?"

"Aruna?"

"Ada apa?"

"Jawab, Na."

"Aruna!"

"Ada ap-"

"ISINYA ADA AIB MOCCA!" jawab Aruna kencang. Mocca menatap Aruna lemas. Jadi, Aruna takut hanya ada karna foto aib miliknya?

"Yaelah git-"

Ucapan Mocca terpotong. Aruna membekap mulut sahabatnya itu. "Enggak segitu! Banyak, Ca!"

"Cih." Mocca berdecak. "Sebanyak apasih aib gue? Dari tahun monyet juga gue mah selalu santai dan wajah pastinya instagramable," lanjutnya sombong.

"Berapa ya." Aruna mengingat-ingat. "Kayaknya, ada 700-an foto aib Mocca."

Mata Mocca hampir keluar. Ia baru saja akan mencekik Aruna saking kesalnya. Sejak kapan Aruna memfotonya diam-diam?! "Gak mungkin!"

"Ihhhh." Aruna memanyunkan bibirnya. "Nih, ada foto pas Mocca tidur. Pas kelelep, pas lagi makan di rumah Arun, abis bangun tidur, pas Mocca ada ingusnya, pas Mocca ketawa, pas Mocca nangis, banyak deh!"

"Lah, gue kelelep ngapain difoto Maemunah!" Mocca terlanjur kesal. Sementara Aruna hanya menampilkan cengiran khasnya.

"Ca, itu kenapa yang lain pada ngunci kelas? Padahal, 'kan, kita udah tau cuma razia isi HP. Jadi, kalo ada apa-apa juga bisa langsung dihapus, 'kan?" tanya Aruna.

"Lah, lo kek yang gak kenal Pak Ujang aja! Bilangnya razia isi HP, malah nyasar ke razia rambut! Noh, lo gak liat tuh rambut si Zidan dah lebat kek kebon?!" Mocca menarik napasnya pelan. Hampir saja ia membentak Aruna yang terlalu bego ini.

"Ooooooh." Aruna mengangguk-angguk paham.

"Untung temen Ya Gusti," balas Mocca.

Di sana, Zidan dan Raina semakin gencar-gencarnya menahan pintu. Guna untuk menghalang pak Ujang memasuki kelas. Dan tentu saja, mereka melakukan itu untuk keuntungan pribadi. Apalagi? Pastinya agar terhindar dari razia.

"Astagfirullah! Berat banget anying, kayak bawa beban idup gue." Ghina mengucapkan keluh kesahnya. Karena, dirinya membawa dua kursi secara bersamaan.

"Lah, Pak Ujang kok gak ke kelas kita-kita?" Zidan membeo. Satu kelas langsung mengalihkan pandangan ke arah jendela. Mereka semua melihat Pak Ujang yang berjalan santai melewati kelas ini.

ALSHANA (TERBIT) Where stories live. Discover now