🦋 06 || Baper

928 143 42
                                    

"Kak Laksa, mau ya jadi pacar Aruna?"

Laksa tersedak. Ia langsung menatap Aruna dengan tatapan melotot. Namun, Aruna hanya tercengir sambil tersipu malu. Di mana letak malunya gadis ini? Menembak cowok duluan? Ah, ayolah. Itu tidak salah, tapi bagaimana lagi? Laksa pun tau kini Aruna sedang nge-lag pikirannya.

"Na, kita masih SMA," tolak Laksa.

Aruna bengong, "emang kita harus umur berapa supaya boleh pacaran?"

Laksa menarik napas panjang. Sebelum ia menjawab pertanyaan Aruna, Laksa sudah terlebih dahulu menarik gadis itu masuk ke dalam ruang OSIS. Ia mendudukan Aruna di kursi kayu. Lalu, dengan ketegasan Laksa memegang kedua bahu Aruna.

"Kita harus dewasa. Minimal pas kuliah baru itu usia ideal kalo mau pacaran. Kalo pacaran kayak gini, gak sedikit yang kandas di jalan," jelas Laksa.

Bibir Aruna membentuk kata 'Ooo' tanpa suara. Dengan nada bicara yang sangat girang, Aruna langsung berkata. "Jadi, kalo udah kuliah boleh pacaran Kak?"

Laksa mengangguk.

"Yaudah, kalo udah kuliah kita pacaran, ya?" tawar Aruna gila. Laksa mengusap wajahnya sedikit kasar. Bagaimana cara menolak Aruna tanpa membuat gadis ini menangis lagi? Laksa berpikir, jika karna hanya sepatu rusak Aruna bisa menangis kencang. Apalagi jika ditolak cintanya?

"Na, lo lagi bercanda, 'kan?" tanya Laksa sedikit heran.

Aruna kembali melamun. Lidah kecilnya ia melet-meletkan ke arah Laksa. Membuat lelaki pengidap sindrom itu pun menggeleng heran. Apa yang Aruna sedang lakukan?

"Na?" panggil Laksa.

"Aruna?"

"Natusha Aruna?"

"Natusha Aruna Putrisenja?"

Aruna tidak menyahut. Ia malah asyik sendiri memainkankan lidahnya. Sesekali gadis itu terkekeh kecil, Aruna benar-benar autis. Tak heran jika Laksa kadang menilai Aruna bego tidak tertolong.

"Sayang?"

Gadis itu langsung menoleh. Laksa sedikit menyesal mengucapkan kata-kata itu. Aruna, gadis dengan cap tulalit berwajah manis itu sontak mengeluarkan cengiran khasnya. "Kakak, nerima Arun?"

"Enggak, gue cuma manggil lo doang." Laksa langsung mengalihkan pandangannya. Sesekali ia mulai bersiul seraya menggigit bibir bawahnya. Laksa salah tingkah. Itu mampu membuat Aruna terkekeh geli.

"Kak Laksa lucu, ya." Aruna tersenyum hangat. Laksa makin tersipu, merasa sedikit senang dipuji Aruna.

"Kaya badut."

JLEB!!!

Ba-badut?!

Laksa tertawa terbahak-bahak. Ia bahkan hampir terjungkal saking lucunya. Aruna malah mengernyitkan kedua alis. Menatap Laksa dengan tatapan aneh? Apalagi suara Laksa yang khas dengan lelaki bersuara berat di masa pubernya.

"Emang ada yang lucu, Kak?" tanya Aruna.

"Ada." Laksa menghentikan tawanya. "Pipi lo, lucu kayak donat."

Mendengarnya. Aruna seperti dibawa melayang. Setinggi langit menembus awan-awan lucu di sana. Namun, tiba-tiba gadis itu terkejut dengan pengakuan Laksa yang membuat kehaluannya terhenti seketika.

"Gue cuma bercanda."

JEBRUKK!!!

Aruna merasa jatuh dari langit. Ia mengelus dadanya pelan, berusaha menguatkan jiwa dan raga yang baru saja Laksa bawa ke langit, dan langsung dijatuhkan begitu saja.

ALSHANA (TERBIT) Where stories live. Discover now