28 | Makna Cinta

2.8K 544 170
                                    

RAFKA

"Yok!"

Gue terperanjat saat seseorang dengan tiba-tiba menoyor kepala gue dari belakang. Gue menoleh dan menemukan pelakunya sedang berdiri tanpa dosa di dekat motor gue. Dia sedang serius memakai helmnya.

"Dateng-dateng main langsung noyor aja," protes gue sambil menatapnya kesal. "Ini kepala hei, isinya kamu semua. Kalau ada yang rusak gimana?"

Alfy malah balik menatap gue acuh. "Lagian ngaca mulu. Nambah ganteng juga nggak."

Gue perhatikan, selama kami berpacaran dia tidak pernah memuji gue barang sekali pun. Mulutnya itu alergi sekali memuji gue. "Iya-iya. Yaudah, yuk berangkat! Nanti kita telat."

Cewek itu akhirnya naik ke boncengan gue. Kami pun berangkat ke sekolah bersama.

Di tengah perjalanan gue melihat sesuatu yang unik. "Sayang?"

"Hm?"

"Kamu mau lihat orang pacaran backstreet, nggak?"

"Mana?"

Dengan gerakan kepala gue menunjuk pemandangan yang tidak jauh dari kami. Tepatnya di depan sebuah gang yang kami lewati. "Tuh!"

Alfy melihat pemandangan itu. Seorang siswi berseragam yang gue tebak baru saja dijemput oleh cowoknya di depan gang.

"Ganteng doang jemput cewek depan gang!" teriak gue dan berhasil membuat muda-mudi itu menoleh.

Selang beberapa detik kepala gue kena toyor oleh Alfy. Lagi. "Malu-maluin banget, sih!"

Gue cengengesan. "Lagi tren tau."

Dari kaca spion gue bisa melihat cewek itu memutar bola matanya dengan jengah. Tidak lama kemudian dia kembali membuka percakapan. Kali ini membahas topik yang sangat sensitif.

"Eh, kamu tau nggak? Riki ngundang aku di acara perform pertama dia. Dateng yuk!"

"Apaan sih kok tiba-tiba bahas dia?" tanya gue kesal.

"Perform musik di café gitu. Kalau kamu nggak mau, aku datang sendiri aja kalau gitu."

Dia benar-benar menguji kesabaran gue. "Hei, siapa juga yang ngebolehin kamu pergi?"

"Lho? Siapa juga yang minta izin kamu?" sahutnya dengan nada nyolot. "Udah lama aku nggak lihat dia gitaran. Sayang banget kalau sampe nggak dateng."

Gue berdecak kesal. "Apa hebatnya sih cowok main gitar? Lebih hebat juga cowok main futsal, lebih maco."

"Riki dulu kapten futsal tau."

"Ganteng doang tapi nggak pinter, buat apa?"

"Eh kata siapa? Nilai pelajaran komputer dia selalu bagus, terus pinter gambar juga."

Ini acara apa, sih? Kok Alfy membangga-banggakan Riki terus? "Au ah!"

Sudah gue duga tidak ada yang namanya persahabatan antara cowok dan cewek. Seharusnya gue larang saja Alfy untuk bersahabat dengan laki-laki itu. Apalagi Riki itu adalah mantannya.

Gue mendiami Alfy karena kesal. Sampai akhirnya cewek itu mendekatkan wajahnya dengan menumpukannya di pundak gue. Dari ujung mata gue bisa melihat dia sedang menahan senyumnya.

"Iri? Bilang bos! Hahay~"

Sumpah, itu terdengar sangat menyebalkan di telinga gue karena dia mengucapkannya dengan bernada. "Kamu minta banget aku turunin di tengah jalan, ya?"

Dia menjulurkan lidahnya. "Itu lagi tren tau."

Tren mbahmu!

Tidak terasa kami berdua sudah hampir tiba di sekolah. Dan seperti biasa, kami tidak akan berboncengan sampai sekolah. Di depan sebuah gang kecil gue memberhentikan motor.

IneffableWhere stories live. Discover now