8 | Monyet Terbang

6.5K 791 111
                                    

Baca sambil playmulmed ya :v

Happy reading!!!

🐒🐒🐒

RAFKA

Gue meminum teh hangat buatan kakak ipar gue dengan ketenangan. Namun sepertinya ada tatapan seseorang yang sedari tadi tidak pernah terlepas dari gue. Bahkan sekarang gue mencium ada bau gosong di sini. Dan ternyata itu berasal dari laki-laki yang duduk berseberangan dengan gue di meja makan. Kami baru saja menyelesaikan makan malam, namun sepertinya ada yang tidak bisa menelan makanannya karena harus makan malam dengan orang yang penuh kenangan.

Cangkir teh gue letakkan kembali ke piringnya. Gue mengulas senyum lebar. "Kenapa, sih? Gue ganteng, ya?"

Wajah Rafli yang ada di depan gue malah bertambah keruh. "Kamu sengaja?" tanyanya dengan tatapan mengintimidasi.

"Sengaja apa, sih?" tanya gue, pura-pura tidak mengerti.

Rafli mengembuskan napas pelan. Dia memijit pelipisnya lambat-lambat. Sepertinya tindakan nekad gue kali ini berdampak besar buat dia. Ya jelaslah! Siapa yang bakal biasa-biasa saja ketika masa lalu tiba-tiba hadir di depan mata? Ditambah juga masa lalunya adalah orang yang dia tinggal nikah. Paket plus, kan?

"Apa kiranya yang ada di pikiran Ratna sekarang? Kamu nggak mikir itu, Rafka?" tanyanya kemudian.

Gue menatap dua wanita yang terlihat akrab di sana. Mereka sedang berdiri berdampingan di depan westafel tempat pencucian piring. Sesekali mereka mengobrol dan gue bisa mendengar salah satu dari mereka tertawa. Sebenarnya siapa yang sangat keberatan dengan kehadiran Alfy di sini? Mbak Ratna atau justru suaminya?

"Kak, mata lo kayaknya makin nambah deh minusnya. Jelas-jelas bini lo malah kelihatan seneng ada Alfy di sini. Gue curiga, yang nggak baik-baik aja di sini tuh Mbak Ratna atau malah lo sendiri,sih?"

Rafli sukses terdiam. Oke, I got my point. "Lo sadar nggak sih, Kak? Dengan lo yang masih belum biasa aja ke Alfy, malah itu yang bikin Mbak Ratna berprasangka. Lo udah punya hidup baru, nggak seharusnya lo masih terjebak dengan perkara masa lalu."

"Kamu pikir rasa bersalah bisa begitu mudah untuk dilupakan?"

Sekarang gue yang terdiam. Jadi, selama ini kakak gue selalu dibayang-bayangi dengan rasa bersalahnya ke Alfy?

"Dekat dengan siapapun, Raf, asal bukan dengan dia."

Itu menjadi kalimat terakhir kakak gue sebelum laki-laki itu menghilang dari ruang makan, meninggalkan gue yang terdiam memikirkan maksud kalimatnya barusan.

Beberapa detik setelahnya gue sadar. Anjir, dia melarang gue buat dekat dengan jodoh gue sendiri?! Keterlaluan si Lembek!

***

ALFY

"Ini bukan pertama kalinya kita bertemu, kan?"

Aku tersenyum. Mbak Ratna benar, ini memang bukan pertemuan pertama kami. Tapi sepertinya ini adalah momen obrolan pertama kami yang sebelumnya bahkan tidak pernah terpikirkan untukku.

"Sepertinya yang ketiga kali, ya?" lanjut wanita yang sekarang sedang berbadan dua itu.

Eh? "Ketiga, Mbak? Perasaan-"

"Stasiun kereta," tembak Mbak Ratna dengan cepat.

Aku terdiam beberapa saat sebelum akhirnya aku dan Mbak Ratna tertawa bersamaan. Aish, momen kampret di stasiun kereta itu. Entah kenapa jika diingat sekarang itu justru menjadi hal yang paling memalukan. Masih ingat? Aku pernah menabrak dengan sengaja Pak Rafli dan Mbak Ratna di stasiun kereta dan berpura-pura tidak mengenali Pak Rafli dan pergi begitu saja.

IneffableUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum