37 | Bolos

1.8K 389 90
                                    

Maaf ya ngaret dari yg dijanjiin:(
Lagi banyak banget kesibukan kuliah
Tapi semoga bisa rutin update, karena bukan kalian aja, aku pun pingin cerita ini cepat selesai ✨

Btw, aku suka banget bacain konspirasi kalian di kolom komen:) Lanjutkan guys:v

Happy reading!

• • •

ALFY

"Al, itu ada tamu kayaknya. Bukain pintu sana!"

Baru satu detik pantatku menempel di kursi makan, titah ibu negara sudah keluar dan sudah pasti tidak menerima penolakan. Aku memutar bola mata dengan malas. Ini masih terlalu pagi, sumpah. Siapa yang bertamu coba?

Aku berjalan menuju pintu luar dan sedikit terkejut saat menemukan Rafka yang pertama kali kulihat saat pintu rumah terbuka.

"Lho? Pak Rafka?"

"Siapa Pak Rafka?" Laki-laki itu menoleh ke kanan dan ke kiri. "Nggak ada orang lain di sini," sindirnya dengan wajah datar setelah mendengar aku menyebut namanya dengan embel-embel 'Pak' yang dia benci.

"Maaf, refleks." Aku menyengir lebar. "Btw, kamu ngapain? Perasaan aku nggak minta diantar ke kampus deh."

"Emang siapa yang mau antar kamu ke kampus?" sahutnya yang membuatku kontan mengernyit. Dia mengusap puncak kepalaku lalu memamerkan senyum dan lesung pipinya. "Aku mau ajak kamu bolos bareng."

Mendengar kata bolos darinya aku langsung tersadar dengan penampilannya sekarang. Dia tidak memakai outfit mengajar dan malah mengenakan pakaian santai serba jeans. Padahal seingatku ini bukan tanggal merah atau hari libur apapun. Aku memicingkan mata. "Guru macam apa yang ngajak mantan muridnya bolos?"

"Guru yang macam-macam."

"Bener, sih." Aku membenarkan kalau dia itu memang guru yang macam-macam. "Tapi aku ada kuliah tau. Lagian emangnya mau kemana, sih?"

Laki-laki itu mengendikkan bahu. "Kemana aja. Lakuin hal yang belum kita lakuin."

Tuh kan, aneh banget dia. "Terus kuliah aku?"

"Yaelah, ambil jatah, By. Kamu nggak pernah absen, kan?"

Sumpah, dia sesat banget jadi pacar. "Iya, sih. Tapi kan presensi penting, By. Kalau aku nggak lulus matkul gara-gara absen 1 kali gimana?"

Dia menghela napas. "Nggak ada dosen yang kayak gitu, By. Percaya sama aku. Lagian kamu kan pinter. Kalau presensi kamu bolong satu yaudah kejar aja pake nilai UTS sama UAS. Gampang, kan?"

Sangat life hack sekali sarannya itu. "Oke. Tapi malem ini bantu aku nugas, ya? Besok aku ada presentasi, belum nyiapin materi."

"Gampang. Nanti kita ngejoki bareng."

Ternyata ada untungnya juga punya pacar seorang guru. "Yaudah, mau pergi sekarang?"

Dia mengangguk.

"Aku belum sarapan. Kamu pasti belum juga, kan?"

"Kita sarapan di luar gimana?"

Aku merasa ada yang aneh darinya hari ini. Aku juga baru sadar dengan wajahnya yang tampak seperti tidak tidur semalaman. "Kamu kenapa, sih? Itu juga kantung matanya hitam banget, kamu nggak tidur?"

"Tidur, kok. Cuma nggak senyenyak cewek yang tidur di boncengan aku semalem," sindirnya yang sukses membuatku malu. "Senyaman itu ya bahu aku, hm?"

Aku menggaruk tengkuk. "Aku ngorok, nggak?"

"Dikit," jawabnya tanpa beban.

"Ish, nggak usah jujur kek!" rutukku. "Yaudah, tunggu. Aku mau ambil tas dulu."

IneffableWhere stories live. Discover now