14 | Laki-laki Bertopeng

4K 582 219
                                    

Yang kemarin kesel sama Rafka, harus sungkem ya wkwk

Oh ya, jangan lupa tonton trailer Ineffabel di atas yak~ Semoga sukak!

Happy reading!!!

• • •

ALFY

"Acara ... syukuran 40 hari kelahiran anaknya Bu Amel sekaligus aqiqahan. Semua guru di undang dan acaranya lusa."

Aku tersenyum mendengarnya. Kenapa dia berbohong?

Seperti bisa membaca pikiranku, Pak Rafka mencubit pipiku sekilas. "Nggak bohong, sayang. Nih, undangannya kamu bisa baca sendiri."

Dia memberikan selembar undangan padaku yang langsung kubaca detik itu juga. Dan benar, itu undangan aqiqah anak kedua Bu Amel, guru IPA di sekolahku.

Lalu, undangan dari Bella?

"Tapi, ada satu undangan lagi. Jangan ngamuk ya, kalau kamu nggak izinin aku nggak akan datang, kok." Pak Rafka memberikan satu undangan lagi. Undangan dari Bella yang kucurigai dari awal.

Mataku menatapnya. "Kalau aku nggak izinin gimana?"

"Ya nggak datang, dong!"

"Yakin?" tanyaku lagi.

Laki-laki itu mengangguk mantap. "Kamu punya hak buat batasin hubungan aku ke orang lain dan aku nggak keberatan sama sekali."

Mataku memanas. Astaga, aku salah besar karena sudah berpraduga buruk tentangnya.

"Maaf," lirihku menyesal dan tak berani menatapnya lagi.

"Hei," Dia menangkup wajahku yang membuat mata kami beradu pandang. "kenapa minta maaf? Gini aja deh, aku kan nggak suka kamu ditempelin Rafli, dan kamu juga nggak suka aku ditempelin Bella. Skor kita seimbang, kan?"

Kepalaku mengangguk dan tersenyum setelahnya.

"Nah gitu, senyum. Kan jadi makin cantik!" pujinya kemudian.

Aku menjauhkan tangannya dari wajahku dan berganti memicing ke arahnya. "Terus kamu ngapain deh pakai kaca mata? Biar makin banyak yang suka?"

"Nggak." Dia menggeleng dan membenarkan posisi kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya itu. "Justru biar kamu yang makin suka sama aku."

Ish, laki-laki ini. Benar-benar S3 pergombalan.

"Jadi ..." Pak Rafka menatapku seperti sedang menunggu sesuatu. "... tipe suami idaman kamu seperti apa?"

Ish, kukira apa. "Ke panti, yuk? Kangen sama Rara."

Dia berpikir sesaat dan tidak sadar kalau aku sedang mengalihkan pembicaraan. "Boleh, udah lama nggak main ke sana—eh, jawab dulu pertanyaannya!"

"Nggak mau." Aku mendahuluinya dan bergegas pergi dari sana tapi dia terus saja merengek minta diberikan jawaban. "Nggak ada tipe idaman-idaman! Saya masih kecil!"

Pak Rafka mengikuti langkahku dan terus merengek seperti bocah. "Cuma asal jawab aja masa nggak bisa?"

"Nggak."

"Ayolah, Alfy?"

"Nggak, Pak."

"Satuuu aja. Ya, mau ya?"

Aku menghela napas, lalu membalikkan badan dan menatap ke arahnya dengan raut malas. "Mau tau tipe suami idaman saya kayak gimana?"

Dia mengangguk antusias.

IneffableUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum