29 | Ich Liebe Dich

2.3K 518 588
                                    

Aku tantang kalian 500+ komen
Kalau bisa, aku bakalan up cepet👀

Semangaaaat!!!
Wkwk

• • •

RAFKA

Gue merasa sangat bersalah karena baru mengetahui fakta itu. Fakta bahwa Alfy pernah menjadi bagian dari panti asuhan Rindu Kasih. Tanpa gue sadari, gue selalu mengajak Alfy ke tempat dimana kenangan buruk dan masa lalunya berada. Gue pasti menyakitinya dengan kenangan-kenangan itu.

Gue menghentikan langkah, membuat langkahnya juga terhenti dan dia langsung menatap gue bingung. Tangannya yang berada dalam genggaman gue terasa sangat dingin.

"Kenapa?" tanyanya.

"Kalau kamu belum siap, jangan memaksakan diri, Alfy."

Perempuan itu meringis pelan. "Kelihatan banget ya gugupnya?"

Kepala gue mengangguk. "Tangan kamu dingin banget, aku kayak lagi pegang es batu."

Alfy tersenyum. "Gapapa tangan aku dingin, kan ada tangan kamu yang hangatin," ujarnya yang membuat gue meleleh di tempat. "Aku nggak mau terus-terusan berada di zona nyaman. Menelan kenyataan yang pahit lebih baik daripada menikmati kebohongan yang manis tapi hanya sesaat."

Gue mengusap puncak kepalanya. "Pacar aku udah dewasa banget. Jadi makin sayang,"

"Yeee baru tau?" sahutnya sambil menjulurkan lidah.

Fix, cewek tergemas di dunia jatuh kepada Alfy. Valid. No debate!

Setelah ada iklan sebentar, kami berdua kembali berjalan menuju ruangan Bu Rahma. Di sana Bu Rahma telah menunggu kami.

"Hanya ini yang bisa Ibu temukan," Bu Rahma menyerahkan sebuah foto pada Alfy. "tidak ada informasi lain selain foto itu."

Gue ikut melihat foto yang sedang Alfy amati. Sebuah potret seorang wanita setengah baya yang terlihat sangat mirip dengannya. Dari foto itu gue bisa menyimpulkan bahwa kemungkinan besarnya wanita dalam foto itu adalah ibu kandung Alfy.

"Ibu nggak tahu jelas asal-usul foto itu. Tapi saat melihat ada kemiripan di wajah kalian, sepertinya kalian berdua memiliki hubungan dekat. Seandainya ada informasi yang lebih lengkap, mungkin kamu bisa lebih mudah menemukan orang tua kandung kamu. Maafin Ibu, ya?"

Kepala Alfy menggeleng. Dia mencoba tersenyum meski gue tahu ada genangan air mata yang berusaha dia tutupi. "Ini sudah lebih dari cukup, Bu. Makasih ya, Bu?"

Gue memutuskan untuk merangkul bahunya dari samping dan mengusapnya pelan. Berharap itu bisa menenangkannya. "Boleh Rafka lihat buku datanya, Bu?"

Bu Rahma menyerahkan buku tebal yang sedikit usang kepada gue. Sebuah buku yang berisikan data-data anak panti di sini. Gue membaca beberapa hal penting yang tertulis di sana. Seperti tanggal Alfy diadopsi dan nama orang tua angkatnya.

Yang membuat gue sedikit terkejut adalah nama Alfy mengalami perubahan. "Rere? Dulu nama kamu Rere, Al?"

Alfy mengangguk. "Ibu sama ayah yang ganti nama aku. Nama yang aku sendiri susah banget buat nyebutnya karena kepanjangan." Dia ikut melihat buku yang sedang gue baca. Tidak lama kemudian matanya melebar saat melihat foto masa kecilnya yang juga ada di dalam buku itu.

Tangannya langsung menutupi foto itu dengan wajah memerah malu. "Ih, Ibuuu, kok nggak dicopot dulu sih fotonya?" protes Alfy pada Bu Rahma.

Gue dan Bu Rahma terkekeh melihat tingkahnya itu. "Ngapain ditutupin, sih? Aku udah lihat juga," ucap gue yang membuat cewek itu semakin memajukan bibirnya. "Dulu kepalanya bersinar ya, Bund? Nggak ada rambutnya gitu kek Ronaldowati," ledek gue.

IneffableWhere stories live. Discover now