27 | Andra

2.8K 568 230
                                    

Terima kasih atas kalian yang selalu menunggu untuk membaca cerita ini:)

Terima kasih atas 500+ komentarnya:)

Kalian keren ❤️

Aku suka banget bacain komentar kalian:) Terima kasih ya❤️

• • •

RAFKA

"Muka Pak Rafka hari ini cerah banget. Lagi bahagia ya, Pak?"

Gue menoleh pada Bu Cindy yang kebetulan sedang berjalan di samping gue. "Kelihatan banget ya, Bu?" tanya gue sedikit salah tingkah.

Guru perempuan itu mengangguk sambil tertawa kecil. "Mending di-control deh, Pak, ekspresinya. Kalau saya jadi Alfy, saya nggak bakal fokus belajar di kelas."

Eh?

"Ibu tau kalau saya dan Alfy ..." Gue jelas terkejut karena Bu Cindy mengetahui hubungan gue dan Alfy.

Dia mengangguk. "Anak-anak satu sekolah lagi ramai bicarain kalian, gimana saya nggak tahu?"

Ah, memang tidak bisa diragukan lagi bakat gosip dari murid-murid di sekolah ini. Tapi yang gue takutkan hanya satu yaitu citra Alfy yang bisa saja menjadi buruk setelah ini. Dia berpotensi besar menjadi lulusan terbaik pada tahun ini, kalau sampai dia gagal menyabet predikat itu karena gue, akan sangat sulit bagi gue untuk bisa memaafkan diri gue sendiri.

Bu Cindy menepuk bahu gue dan tersenyum, seolah mengerti kegelisahan gue saat ini. "Tenang aja, Pak Rafka, prestasi Alfy untuk sekolah ini sudah sangat banyak. Berpacaran dengan Bapak nggak akan mencoreng semua pencapaian-pencapaian itu."

Gue mengangguk. Bu Cindy benar. Sebelum berpacaran dengan gue pun Alfy sudah menunjukkan kalau dia adalah murid yang hebat dengan segudang prestasinya. Seharusnya gue tidak perlu mengkhawatirkan itu.

"Asal jangan sering menebar ke-uwu-an aja. Kasian, banyak murid yang jomlo di sekolah ini."

Perkataan Bu Cindy membuat gue terkekeh. "Akan saya usahakan."

Bu Cindy pamit setelah itu dan meninggalkan gue yang sekarang terdiam kaku di depan pintu kelas Alfy yang tertutup. Aneh, kenapa gue jadi mendadak gugup seperti ini?

Keep calm, Rafka! Nggak usah lebay lo!

Gue memantapkan diri sebelum membuka pintu kelas.

"Assalamu'alaikum."

Semua penghuni kelas langsung menjawab salam gue dengan kompak. Mereka sudah duduk rapi di bangku masing-masing. Tapi ada satu yang terlewat, kemana Alfy?

Gue berjalan menghampiri meja guru dan meletakkan beberapa buku yang gue bawa di atas sana. Sekali lagi, saat gue melihat tempat duduknya, cewek itu tidak ada di sana. Jangan-jangan dia tidak masuk sekolah hari ini?

"Bagaimana dengan kabar kalian?"

"Baik, Kak!"

"Kakak gimana kabarnya setelah balikan sama Alfy?" Seseorang menyeletuk dari arah belakang, mengundang sorakan 'cie' dari seisi kelas. "Nggak salah pake alas kaki lagi kan, Kak?"

Sekarang kelas penuh gelak tawa. Gue juga ikut tertawa, setengah malu juga. "Aman, kok. Aman."

"Saya absen dulu, ya?" Gue membuka buku absen. Namun, tiba-tiba saja ada sesuatu yang menarik celana gue dan itu berasal dari kolong meja. Saat gue mengintip ke bawah, jantung gue serasa lepas dari tempatnya.

Alfy? Dia sedang apa di sana?

Melihat wajah terkejut gue dia malah semakin melebarkan senyumnya. Dia melambai-lambaikan tangannya sambil menggerakkan mulutnya tanpa suara. "Halo!"

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang