19 | Bad Genius

3K 531 75
                                    

Hai, para jomlo!
Kesian banget malam minggunya nggak kemana-mana:3

Karena Ayy baik hati dan tidak sombong serta rajin menabung untuk membeli mie ayam, nih Ineffable update ❤️

Menemani malam minggu klean yang kelabu~

Happy reading!

• • •

ALFY

"Al, jangan tidur! Ganti baterai jam kelas dulu!"

Suara cempereng Fitri membatalkan niatku yang ingin memejamkan mata. Kutatap dia dengan raut kesal setengah mengantuk. "Suruh yang lain aja, sih!"

Fitri memberikan secara paksa dua buah batu baterai padaku. "Biasanya juga lo yang ganti. Cepet pasang! Sebelum bel masuk bunyi," titahnya lalu pergi begitu saja.

Dengan setengah niat aku menegakkan kepala, lalu melirik malas ke arah jam dinding yang ada di atas papan tulis. Terlihat jarum panjang dan pendeknya memang sudah tidak bergerak lagi.

"Mentang-mentang gue tinggi," gerutuku sambil berjalan ke depan kelas. Tak lupa juga aku menarik bangku guru untuk kujadikan pijakan. Pekerjaan yang tidak mengorbankan banyak tenaga tapi paling malas untuk kulakukan.

Aku naik ke atas kursi lalu mengambil jam mati itu untuk melepaskan batu baterainya dan menggantinya dengan yang baru. Untuk mencocokkan jamnya, aku melihat jam di pergelangan tanganku. Pukul enam lewat lima puluh tujuh menit. Tidak lama lagi bel masuk akan berbunyi setelah ini.

"Al, sekalian dong benerin genteng bocor di rumah gue!" teriak Dini—si biduan kelas—yang kujawab dengan acungan jari tengah.

Sekarang jam di hadapanku sudah kembali terpasang dan jarumnya telah kembali bergerak. Aku menepukkan kedua telapak tangan, menghilangkan debu-debu akibat menyentuh jam dinding itu.

"Oke, selesai."

Saat berniat ingin turun, suara rusuh muncul dari ambang pintu kelas. Anak laki-laki di kelasku berdulu-dulu masuk ke dalam kelas tepat saat bel masuk terdengar. Mereka berlarian sambil membenarkan ikatan dasi dan mengacingkan seragam dengan benar. Naasnya, salah satu dari mereka tidak sengaja menendang kaki kursi yang sedang kunaiki sekarang. Membuat kursi itu bergoyang dan tubuhku limbung seketika.

Bersamaan dengan jatuhnya kursi itu, tubuhku juga ikut terjatuh bersamanya. Kursi itu mendarat di lantai dengan mulus, tapi tidak denganku. Seseorang menangkap tubuhku tepat sebelum pinggangku remuk menghajar lantai kelas.

Kedua mataku membulat. Dia—

"Selamat pagi, sayang," bisiknya tepat di depan wajahku dengan senyuman menyebalkan khasnya.

Aku tidak sempat berteriak karena itu sudah diwakili oleh semua teman-teman kelasku.

"Aw, so sweet banget!"

"Definisi nonton drakor secara live!"

"Eh, videoin bego! Biar viral!"

Mendengar kelakar-kelakar mereka aku tersadar bahwa hal ini pasti tidak berujung baik. Gosip-gosip murahan tentang kami pasti akan berseliweran. Aku memukul lengan laki-laki itu dan berbisik minta diturunkan.

"Turunin, nggak!"

Dia menggeleng, menoleh ke belakang sekilas dan kembali menatapku dengan ekspresi menyebalkan miliknya. "Kalau nggak mau, gimana?"

IneffableWhere stories live. Discover now