30 | Bubble Tea

2.5K 536 192
                                    

Ini gaaaaes, janjiku:)
Makasih atas 500+ komennya ❤️
Buat part ini, harus rame juga ya walaupun ga aku tantang wkwk

Happy reading✨

• • •

RAFKA

"Jadinya berapa, Bu?"

"Sepuluh ribu aja."

Gue mengeluarkan uang sepuluh ribuan untuk membayar susu kotak dan roti yang gue beli. Setelah membayar pada ibu kantin, gue mengedarkan pandangan ke isi kantin untuk mencari wujud pacar gue. Sayangnya nihil, gue tidak berhasil menemukannya. Gue hanya melihat tiga sahabat Alfy yang sedang mengorol di salah satu meja kantin.

Kaki gue melangkah menuju mereka dengan membawa susu kotak dan roti yang ingin gue berikan pada Alfy. Setibanya di sana mereka menyambut gue dengan wajah terkejut. Gue memang sangat jarang menginjakkan kaki di kantin. Jadi tidak heran kalau murid-murid di sini menatap gue aneh.

"Pasti nyari Alfy ya, Kak?" tebak Via, salah satu sahabat dekat Alfy dengan tepat sasaran.

Gue mengangguk, setengah meringis.

"Kak Rafka nggak tahu? Alfy kan nggak masuk sekolah hari ini." Via memberikan informasi yang mengejutkan untuk gue. "Tanpa keterangan."

Sepertinya ada hal nggak beres yang terjadi pada cewek itu. "Alfy ada kasih kabar ke kalian?" tanya gue.

Mereka bertiga kompak menggeleng.

"Oke, makasih, ya."

Gue pun meninggalkan kantin setelah mengetahui kabar Alfy dari teman-temannya. Ternyata cewek itu tidak masuk sekolah dan tanpa keterangan apapun. Saat gue memeriksa ponsel, pesan-pesan yang gue kirim padanya belum mendapatkan balasan. WhatsApp-nya tidak aktif, centang satu itu masih setia di sana dari tadi malam.

Tidak biasanya Alfy menghilang tanpa kabar seperti ini. Dia memang suka kehabisan kuota internet, tapi tidak pernah lebih dari satu jam. Karena ketimbang tidak bisa hidup tanpa gue, Alfy lebih tidak bisa hidup tanpa kuota.

Gue mencoba menelepon nomornya. Selang beberapa saat, suara wanita terdengar di ujung telepon, mengabarkan hal yang membuat urat leher gue tertarik.

"Maaf, pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini. Silakan isi—"

Gue langsung memutus panggilan dan mengumpat setelahnya. Bisa-bisanya gue kehabisan pulsa di momen seperti ini.

"Kak Rafka kehabisan pulsa?"

Kepala gue mendongak saat suara seseorang menginterupsi dengan tiba-tiba. Dua orang siswi sedang berdiri di dekat gue, entah sejak kapan. Mereka kompak menatap gue seakan sedang menunggu sesuatu.

Gue menggaruk tengkuk, setengah meringis.

Salah satu dari mereka menyodorkan ponselnya, membuat gue tertegun. "Pakai ponsel saya aja, Kak. Kakak mau telepon seseorang, kan?"

"Eh, ng—nggak jadi, kok. Makasih ya. Saya permisi."

Gue memutuskan untuk segera pergi dari sana dengan perasaan campur aduk. Astaga, harga diri gue. Harga diri gue benar-benar sangat terluka.

• • •

Hari ini kesibukan datang untuk menguji kesabaran gue. Di saat gue ingin meluangkan waktu untuk mencari tahu kabar Alfy, selalu ada kesibukan yang datang tanpa permisi. Selepas mengajar, gue ada rapat guru dadakan, lalu gue diminta untuk menonton latihan drama anak kelas XI IPS 1, dan kegiatan kuliah pascasarjana gue yang biasanya adem-ayem mendadak meminta gue untuk datang ke kampus, dosen gue tiba-tiba memberi tugas riset yang tak manusiawi. Hingga akhirnya pukul sembilan malam gue baru tiba di rumah, langsung mandi dan bersiap untuk ke rumah Alfy tanpa mempedulikan jam makan malam yang terlewat.

IneffableOù les histoires vivent. Découvrez maintenant