6 | Bu Jamilah

10.4K 959 162
                                    

👑👑👑

Alfy

"Aku akan minta satu hal yang selama ini kamu jaga. Dan kamu juga akan mendapatkan satu hal yang selama ini aku jaga."

"Apa?"

Aku tidak paham dengan perkataannya sampai akhirnya aku melihat tatapannya jatuh ke bagian bawah wajahku. Lalu tanpa aku antisipasi bibir kami bertemu.

Ya, ciuman pertama.

Aku dan Riki sama-sama kehilangannya.

Namun sesuatu tiba-tiba menyadarkanku, lebih tepatnya sebuah tepukan pelan mendarat di bahuku. Aku terkesiap saat menyadari sosok Riki berdiri di hadapanku dengan wajah herannya.

Mataku mengerjap beberapa kali. Astaga, tadi itu aku berhalusinasi?

"Mau aku antar pulang, Al? Udah malam," ucap Riki setelahnya.

Aku menggeleng patah-patah, masih berusaha mengumpulkan kesadaran. Kok bisa-bisanya aku berkhayal Riki menciumku. Sepertinya ada saraf yang putus di tempurung kepalaku.

"Aku pulang dulu, assalamu'alaikum," pamitku kemudian.

"Wa'alaikumussalam."

Baru tiga langkah aku meninggalkannya, aku kembali berbalik. Riki nampak bingung.

"Rik," panggilku pelan. "Tadi kita nggak itu, kan?" tanyaku ragu-ragu sambil menggerakkan semua jariku membentuk kerucut yang kutubruk-tubrukkan.

Riki mengulang hal yang kulakukan dengan wajah cengonya. Jelas, kami terlihat seperti orang bodoh sekarang.

👑👑👑

Semenjak di kelas dua belas, rasa-rasanya aku mulai kehilangan waktu untuk bermalas-malasan. Berbagai macam bentuk ujian sudah ada di depan mata. Tinggal menunggu saja mereka memporak-porandakan hidupku dengan sempurna. Belum lagi dengan status baruku saat ini, jomlo. Benar-benar nasib menyedihkan untuk seorang Alfy yang cantiknya tujuh turunan ini.

Lalu bagaimana dengan Riki?

Tidak perlu menunggu waktu lama, dia sudah kembali dekat dengan si Cebol Dila. Aku tidak menyangka adik kelas yang pernah melabrakku di toilet itu ternyata masih menjadi selera Riki sampai sekarang. Entah Riki tidak laku atau memang mereka ditakdirkan bersama, yang jelas aku sudah tidak peduli lagi.

Kalau dipikir-pikir, kisah asmaraku begitu buruk. Pernah ditinggal nikah lalu sekarang harus jomlo lagi padahal sempat bertunangan. Ada-ada saja memang hidup itu. Banyak cobaan. Tapi bukan hidup namanya kalau nggak banyak cobaan. Kalau sedikit, cobain namanya.

Bruuk!!

Sesuatu tiba-tiba menabrakku. Padahal aku sedang tidak melakukan apa-apa. Hanya berdiri memandangi sungai yang mengalir di bawah jembatan yang menjadi tempat berdiriku sekarang.

Aku melihat ke bawah. Seorang gadis kecil menatap es krim di tangannya yang sudah tidak berwujud karena sudah berpindah mengotori rok abu-abuku. Kepala anak itu tidak berani menghadapku. Tubuhnya bergetar.

Lantas aku berjongkok, mengangkat wajahnya yang tertunduk. Bola mata bulat yang indah langsung menyergapku. Mata anak itu sudah memerah, siap membuncahkan tangis. "Hei, gapapa, kok," ucapku seramah mungkin.

Kepala gadis kecil itu menggeleng ke kanan dan ke kiri. "Abang pasti ngomelin aku kalena nggak dengelin ucapannya yang melalang aku lali-lali di sini. Lok kakak juga kotol gala-gala aku. Habis ini aku pasti nggak dibolehin makan es klim lagi."

Aku menahan geli karena mendengar ucapan anak kecil itu. Dia cadel rupanya. "Abang kamu galak, ya?" tanyaku yang dijawab anggukan pelan olehnya.

"Siapa yang galak?"

IneffableTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon