33 | Sundel Bella

2.5K 498 230
                                    

Halooo!!!
Author terngaret update kambek nih wkwk
Terima kasih buat yg setia menunggu
Sebagai imbalannya part ini dibuat puanjang banget:)

So, happy reading!!!
Jangan lupa tekan bintangnyaaaa ya

Note:
Aku tantang kalian komen sampe 500+ di lapak ini!!!
Bulan puasa nggak boleh pelit!

• • •

ALFY

Selesainya ujian nasional benar-benar membuatku seperti burung yang keluar bebas dari sarungnya. Eh, sarangnya. Untuk merayakan hal itu, aku dan teman seangkatanku akan mengadakan prom night. Walaupun berita kelulusan dan nilai UN belum keluar, tapi kami percaya diri sekali akan lulus.

Sesuai dresscode acara, aku mengenakan atasan dan bawahan bernuansa vintage. Jangan lupakan beret hat yang terpasang miring di atas kepalaku yang sudah terlapisi pashmina berwarna senada. Kaca mata dan handbag hitam menjadi pelengkap dandananku malam ini.

"Fix, kek orang eropa gue," gumamku, memuji bayangan yang terpantul di cermin kamar. "Orang eropa abis ketabrak tayo tujuh balik."

Setelah beres bersiap, aku pun keluar dari kamar dan berjalan menuju gerbang untuk menunggu jemputan. Handbag di tanganku bergetar, sepertinya itu berasal dari ponselku yang menerima panggilan masuk. Aku pun langsung menempelkannya di telinga setelah menggeser simbol hijau di sana.

"Halo, Rik?"

Suara di seberang sana menyahut bingung. "Rik?"

Aku menjauhkan ponsel dan langsung mengecek siapa peneleponnya. Saat melihat nama yang tertera di layar ponsel, aku terkejut bukan main. Mampus, ini Pak Rafka bukan Riki!

"Halo, By?"

"I-iya, halo. Kenapa, Pak?"

Aduh, kok malah Pak sih?!

"Tadi kamu bilang apa di awal? Rik?" tanyanya dengan nada curiga. "Riki maksud kamu?"

"Ng-nggak, aku bilang 'Raf' kok. Riki dari mananya sih?"

Dia diam selama beberapa saat. "Kamu lagi dimana?"

Aku merasa lega karena dia tidak memperpanjang masalah nama tadi. "Malam minggu gini dimana lagi kalau bukan di kamar. Kenapa emangnya?"

"Lagi ngapain?"

Kalau kukatakan lagi belajar, dia pasti langsung mengira aku berbohong. Aku tidak mungkin berterus terang soal prom night padanya. Bukan karena apa-apa. Aku ragu dia akan mengizinkanku pergi jika dia mengetahuinya. "Aku lagi ... maraton film Upin-Ipin."

"Pake baju serapi itu?"

"Ya emangnya kenap—" Aku merasa ada yang salah di sini. "Wait, kok kamu—"

"Udah pinter bohong ya sekarang?" potongnya dengan cepat.

Tidak lama kemudian sorot lampu sebuah mobil muncul dan berhenti tepat di hadapanku. Salah satu kaca mobil berwarna hitam itu bergerak turun dan memunculkan wajah datar Pak Rafka yang berada di kursi kemudi. Ponselnya masih menempel di telinga dan menatapku dengan tatapan menyeramkan.

"Masuk," titahnya dingin.

Aku pasrah dan segera masuk ke dalam mobil. Suasana semakin mencekam saat terdengar suara motor yang sangat aku kenal datang dari arah belakang dan berhenti tepat di belakang mobil ini. Tidak lama setelah itu ponselku bergetar. Masuk sebuah panggilan baru dan aku sudah bisa menebak siapa peneleponnya.

IneffableWo Geschichten leben. Entdecke jetzt