10 | Bungkus!

5.2K 767 156
                                    

ALFY

"Eh, lo lihat Instagram story-nya Kak Rafka, nggak?"

"Lihat, dong. Sumpah gue penasaran banget. Siapa sih pacar barunya itu?"

"Kalau dilihat dari story keduanya, pemandangan yang dia foto itu gedung sekolah kita, kan? Itu berarti Kak Rafka pacaran sama guru atau murid di sekolah kita."

"Menurut lo siapa cewek beruntung itu?"

"Kalau gue sih punya dua kandidat nama. Bu Cindy sama Bela."

Brak!!!

Aku meletakkan uang untuk membayar ketoprakku dengan gerakan kasar, membuat cewek-cewek tukang gossip di dekatku itu seketika membungkam. "Bu, ini bayarannya, ya."

Usai membayar, aku kembali ke meja yang sudah ditempati sahabat-sahabatku dengan membawa sepiring ketoprak. Tidak lain halnya dengan cewek-cewek tukang gossip tadi, sahabat-sahabatku itu juga sedang membuka forum ghibah. Mereka melupakan mangkuk seblak mereka masing-masing dan sibuk berceloteh soal Pak Rafka dan pacar barunya.

Sedikit muak, aku mengabaikan mereka dan berusaha untuk fokus menghabiskan ketoprak di hadapanku.

"Gaes, kalau dari analisis gue, pacar barunya Kak Rafka ini pasti murid di sekolah kita. Sekarang tinggal kita tebak, siapa cewek yang pake hape Oppo."

"Kenapa hape Oppo?" tanya Syifa tidak mengerti dengan analisis Roy.

Roy berdecak, ia memperlihatkan layar ponselnya pada Syifa dan Via. "Kalian lihat, ini jelas-jelas hape yang tersambung ke hotspot Pak Rafka itu Oppo A12."

Mereka mengamati story instagram guru laki-laki itu. Syifa dan Via mengangguk, membenarkan perkataan Roy.

"Jangan-jangan itu si Bela?" cetus Via.

Kepala Roy menggeleng mantap. "Gue pernah lihat hape Bella, tapi bukan Oppo. Iphone anjir."

"Kasian banget si Bella. Cantik, berbakat, anak sultan, hape Iphone, tapi kalah sama cewek yang hapenya Oppo."

Hampir saja aku tersedak karena ucapan Via barusan.

"Kalau ternyata cewek itu lebih jelek dari Bela, fix, Kak Rafka dipelet sama itu cewek."

"Jaman sekarang masih ada aja, ya, yang percaya gituan. Miris banget."

Aku bersyukur ketika perbincangan mereka selesai sampai di sana. Tapi ternyata dugaanku salah, mereka justru sedang menatapku dengan curiga. Aku melotot. "Lo pada ngapain natap gue kayak gitu?" tanya gue sangsi.

Roy semakin memicing curiga. "Al, hape lo Oppo, kan?"

"Terus?"

Tanpa sempat aku antisipasi, Roy sudah merampas ponselku yang tergeletak di atas meja. Aku berusaha merebutnya dengan wajah panik. "Lo ngapain, anjir?!"

"Gue mau ngecek hape lo tipe apaan. Awas aja kalau tipe A12."

Roy melepas casing ponselku dan mengamati dengan lekat bagian belakang ponsel yang beruntungnya barcode dan tempelan keterangan ponsel di sana sudah aku lepas. Roy akhirnya mengembalikan ponselku yang langsung kuambil dengan cepat dan menyimpannya di saku seragam.

"Nggak ada keterangannya. Tapi, gue masih mencurigai lo, Al."

Aku mengembuskan napas kesal. "Lo pikir yang pake hape Oppo di sekolah ini cuma gue doang, gitu? Ini hape sejuta umat, Maesaroh!"

"Tapi lo pernah deket sama Kak Rafka, jadi lo kandidat terkuat yang harus dicurigai."

"Serah lo, ah!" Aku mengibaskan tangan. "Gue mau lanjut makan."

IneffableWhere stories live. Discover now