2. Membidik gadis sekolah.

165K 24.7K 2.9K
                                    

Langit mulai menenggelamkan sinarnya. Terlihat bulan utuh yang menyala menggantikan matahari. Gadis berjaket biru itu terus berjalan dengan tergesa-gesa di gang dekat sekolahnya. Kebetulan, gang itu sempit dan hanya ada beberapa lampu yang menerangi jalan.

 Kebetulan, gang itu sempit dan hanya ada beberapa lampu yang menerangi jalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ia merasa ada yang mengikutinya. Sesekali ia menoleh untuk melihat siapa yang ada dibelakangnya, namun hasilnya nihil. Tidak ada satu orang pun. Sepi.

Sedangkan di tempat lain, Gabriel dengan sigap menyembunyikan badannya dibalik tiang yang cukup tebal di sudut gang sempit tersebut. Ia mengenakan jaket kulit berwarna hitam, masker, dan topi. Tak lupa pistol yang ia simpan dibalik jaketnya.

Wah, malam ini terlalu indah untuk membidik seorang gadis sekolah. Ia rasa targetnya malam ini sangat mudah. Jadi, ia hanya menggunakan pistol kecil untuk menghabisinya.

Setelah dirasa targetnya mulai berjalan lagi, ia kembali mengikutinya.

"Anna!" Gadis berseragam itu langsung tersentak dan menghentikan langkahnya.

Gabriel ikut tersentak kecil. Mungkin saat itu ia sudah mengumpat di dalam hatinya. Dengan cepat ia berjalan masuk ke gang lain, menghindari gerombolan yang baru saja mendekati targetnya.

"Mau kemana cantik?" Tanya salah satu dari gerombolan itu. Gadis bernama Anna itu langsung menunduk.

"Hei" Kini seorang wanita yang bersuara.

"Bagi duit" Gabriel menghentikan langkahnya ketika mendengar kalimat itu.

Suara mereka cukup jelas di gang sepi ini.

"Lo bisu?" Terdengar suara lain lagi. Berapa orang gerombolan ini? Gabriel tidak sempat melihatnya. Mungkin, 5 orang?

"Hei" Wanita tadi menepuk pipi Anna dua kali.
"Lo tuli ya?!" Teriaknya. Sontak Anna tersentak kecil seraya menutup matanya.

"A-aku nggak punya uang," Jawab Anna dengan suara yang hampir tidak bisa didengar.

"Ngomong apa sih anjing!" Seorang laki-laki menendang badan Anna sampai ia tersungkur ke tanah. Gabriel dapat melihat kepala Anna dari gang yang ia masuki.

Lelaki lainnya lagi menarik kerah seragam Anna sampai kancingnya terbuka. Memperlihatkan dalaman berwarna putih milik Anna.

"Bagi duit atau video lo gue sebarin?" Tanya lelaki itu. Anna semakin menunduk. Ia sangat takut. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya. Jantungnya pun berdegup dengan sangat kencang.

"Diajak ngomong tuh liat ke orangnya!" Teriak lelaki itu lagi sambil menjambak rambut Anna.

Gadis berwajah manis itu sedikit merintih kesakitan.

"Atau kita video lagi?" Seorang wanita mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam Anna yang sedang tersungkur itu.

"Buka Jo," Suruh wanita itu. Lelaki yang tadi mencengkram erat kerah Anna langsung membuka semua kancing milik gadis lugu di depannya.

Terdengar gelak tawa dari teman lainnya yang menyaksikan di belakang.

Gabriel sedikit mengintip dari gang tempat ia bersembunyi. Demi apapun ini memang bukan urusannya. Ia seharusnya langsung pergi dan menunda operasi malam ini.

Namun,

Melihat Anna, ia jadi teringat seseorang. Tatap matanya berubah menjadi sendu ketika melihat seorang gadis lugu di rundung seperti itu.

"Gue sensitif liat cewek sok lugu kaya lo!" Kata wanita tadi lagi sambil menampar pipi kiri Anna. Suaranya cukup keras, hingga membuat Gabriel sedikit mengepalkan tangannya.

Sekelebat ingatan terlintas di kepalanya. Membuatnya mulai merasakan nyeri di dada. Lelaki yang sedari tadi berdiam diri di gang lembab itu, mulai berjalan mendekati gerombolan remaja yang merundung targetnya.

Pilihannya mungkin salah. Namun, untuk melangkahkan kaki pergi dari gang itu saja sangat sulit rasanya. Entah mengapa ia ingin sekali ikut campur kali ini.

Gabriel berdehem dengan sangat keras sambil membuka maskernya. Hingga membuat gerombolan berseragam itu terkejut dan menghentikan aktivitasnya. Sementara Anna masih enggan untuk mendongakkan kepala.

Dugaan Gabriel salah. Mereka hanya ada 4 orang. 2 orang lelaki dan 2 orang wanita.

"Liat sampah sampah ini," Ujar Gabriel sambil menyelipkan kedua tangannya di saku jaket.

"Siapa lo?" Tanya lelaki yang tadi menertawakan Anna paling keras.

"Gue?" Gabriel mengalihkan pandangannya ke langit dan menghela nafas. Menutup mata sejenak.

Ia berusaha sabar agar tidak mengeluarkan pistol di balik jaketnya.

"Polisi," Jawabnya. Gerombolan di depannya sedikit kaget, namun ragu. Lalu salah satu diantara mereka tertawa kecil.

"Polisi apaan? Jangan ngarang deh lo!" Katanya.

Dengan cepat Gabriel melemparkan sesuatu ke tanah. Seketika gerombolan nakal itu langsung terbelalak melihat sebuah Id Card emas di hadapannya.

Tentu saja itu palsu. Bodoh.

"Beneran polisi!" Gumam seorang wanita yang berdiri di belakang. Mereka segera berjalan mundur lalu berlari terbirit-birit meninggalkan Gabriel dan Anna.

Gabriel hanya tersenyum miring. Lihat? Para bedebah ini hanya sok hebat saja.

Ia pun berjalan mendekati Anna, lalu jongkok. Dilihatnya Anna yang menunduk ketakutan dan tangannya mencengkram ujung seragamnya.

Gabriel segera meraih tangan itu. Dapat ia rasakan betapa dinginnya tangan Anna. Tangan Gabriel yang satunya lagi ia gunakan untuk menyentuh dagu Anna. Ia sedikit menyuruh Anna untuk menoleh ke kanan dan ke kiri.

"Merah," Ujar Gabriel. Suaranya mampu membuat Anna mendongak.

Anna kini melihat seorang lelaki dengan bibir tipis dan hidung yang mancung di depannya. Matanya pun sangat indah.

Gabriel menghela nafas. Lalu mengaitkan kembali kancing - kancing Anna yang tadi terlepas. Pemilik kancing tersebut hanya diam tanpa bersuara. Ia terus menatap lelaki yang berwajah hampir sempurna itu.

Sepersekian detik, Gabriel segera melepaskan tangannya. Ia ingat, bukan ini yang seharusnya ia lakukan.

"Ah, sial!" Desisnya yang membuyarkan lamunan Anna. Gabriel pun segera beranjak dan mengambil Id Card yang ia lempar tadi.

Lalu berjalan menjauhi Anna.

Anna hanya terdiam melihat punggung lelaki bertubuh jangkung itu tenggelam dari pandangannya.

"Terimakasih, orang baik" Gumamnya, tersenyum tipis.

•••••

Dangerous DragonWhere stories live. Discover now