27. Selamat tinggal.

98.3K 17.9K 9K
                                    

Anna berjalan tertatih mendekati kakaknya. Fero yang tadinya meremas kerah Helena, kini mulai mengendorkan tangannya. Lelaki itu bangkit lalu meraih laptop dan melenggang pergi meninggalkan ruangan kematian.

"Kakak yang ngelakuin itu?" Lirih Anna. Helena mendongak, tersenyum lebar.

"Kenapa? Gue berhasil!!!" Teriak Helena dengan tawanya.

"Kenapa Ray?" Tanya Anna. Helena tak menjawab.

"KENAPA RAYYYYYYYYYY??!!!!!!!!!" Teriak Anna di depan Helena. Kini jarak mereka tak lebih dari satu meter.

"Aku bener-bener bakal bunuh kakak pakai tanganku sendiri," Lirih Anna, lagi. Air matanya mulai menetes. Sedangkan Helena masih saja tersenyum saat itu.

Anna menjatuhkan palu yang sedari tadi ia genggam, lalu berbalik badan pergi mendahului Gabriel.

Di sana, Gabriel masih terpaku menatap Helena dan tangannya mengepal erat. 3 detik setelah itu, ia keluar menyusul Anna dan Fero.

"Jaga, jangan biarin mati dulu." Suara Gabriel kepada anak buahnya.

Lelaki itu berjalan menyusuri lorong hingga ia menemukan ujungnya. Ia keluar markas, mendapati mobil Jeep berwarna hitam sudah siap di depan. Fero dan Anna pun juga sudah ada di dalamnya.

Setelah Gabriel memasuki mobil tersebut, Fero langsung menjalankannya dengan kecepatan tinggi.

Menuju tempat kejadian.

Anna mengigit bibir bawahnya dan memainkan jari-jarinya sedari tadi. Tampak jelas dirinya sedang khawatir, kalau Ray berada di mobil yang meledak itu.

Ia terus saja berkata dalam hati untuk menenangkan dirinya.

Nggak papa, Ray nggak ada di sana.

Tenang, Ray nggak mungkin ceroboh.

Nggak papa Anna, Abang udah bilang nggak akan ninggalin lo.

Ayo tenang.

Tenang.

Tak berhentinya ia mengulang-ulang kalimat itu sambil menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan.

Fero terus saja menyetir dan membunyikan klakson mobil untuk menyapu jalanan yang ramai itu. Gabriel yang duduk di dekat Fero, hanya bisa diam. Belum bisa berkata apa-apa, sebelum ia melihatnya sendiri. Tangan yang ia kepalkan terasa dingin, jantungnya pun tak karuan.

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di lokasi kejadian. Keadaan di sana sangat ramai, banyak wartawan yang mengerumuni mobil Vanya dan Truk tersebut.

Fero keluar dari mobil terlebih dahulu dan berlari menerobos kerumunan di buntuti Anna dan Gabriel. Mereka juga menerobos garis polisi berwarna hitam dan kuning. Sempat terjadi cekcok antara Fero dan polisi di sana.

"Maaf, anda tidak bol-"

"Saya kakaknya!" Teriak Fero memotong kalimat polisi yang menghalanginya.

"Sekali lagi maaf, anda tidak di izin-"

"Saya harus liat adik saya!" Teriak Fero lagi, mencoba menepis tangan polisi tersebut.

Anna tak tahan dengan situasi menyebalkan ini, ia berdecak lalu menarik garis polisi tersebut sampai jatuh dan melenggang masuk tanpa menghiraukan polisi yang meneriakinya.

Dangerous DragonWhere stories live. Discover now