22. Menghilangnya Belezza.

125K 18.7K 4.6K
                                    

"Penelpon itu," Gumam Fero.
"Black killer. Kalian inget, kan? Dia mau bilang Black Killer." Anna mengernyitkan dahinya mengingat sesuatu.

"Ah, gue inget. Iya!" Seru Ray.

Gabriel yang tadinya berada di ambang pintu langsung berjalan mendekati Anna. Meraih ponsel milik Vanya dan menerima panggilan tersebut.

"Hallo."

Suara dari seberang sana memulai pembicaraan.

"Can you contact Belezza?"

"We failed today."

Ibu jari Gabriel langsung menekan tombol merah pada layar ponsel Vanya, mengakhiri panggilan tersebut. Apa yang dikatakan lawan bicaranya sudah cukup jelas baginya. Dia memberikan ponsel tersebut kepada Anna lalu berjalan mendekati Vanya.

"Siapa dia?" Tanya Gabriel sambil menjambak rambut Vanya.

Yang dijambak mendongakkan kepalanya tanpa bersuara. Tenaganya hampir tak ada hanya untuk mengeluarkan satu kata.

"Penelpon itu juga pakai bahasa asing," Ujar Ray.

"Kertas yang aku baca di papan?" Tanya Anna setelah mengingatnya. Ray mengangguk.

"SIAPA?!" Gabriel mengeratkan tangannya. Ia melihat Vanya dengan tatapan yang sangat tajam.

"A-aku ku-kurang tau," Jawab Vanya terbata-bata.

"Nona, tolong jangan berbohong." Suara Fero menggunakan bahasa formal.

"Kalau lo jawab omong kosong lagi, gue bener-bener bakal bunuh lo," Ancam Gabriel.

"Udah kubilang, aku kurang tau!" Teriak Vanya sekuat tenaga.

"Terus kenapa lo simpen nomornya!" Balas Gabriel.

"Aku nurutin apa kata anakku," Jawab Vanya, memelankan suaranya.

"Boy?" Tanya Fero.

"Belezza," Jawab Vanya.

"Lo ngakuin kalau Helena itu Belezza?" Tanya Gabriel.

"Lagipula apa gunanya aku menutupi kalau kalian nggak mau percaya?!!" Teriak Vanya.

"Siapa dia?" Tanya Gabriel lagi, memojokkan Vanya.

"Suruhan Belezza," Jawab Vanya, pasrah.

"Suruhan apa?" Tanya Anna.

"Bunuh kamu," Jawab Vanya dengan cepat.

"Apa?" Gumam Anna.

Vanya mengalihkan pandangannya ke arah Anna. "Aku kira kamu bakal mati hari ini-"

PLAAAKKKKKKKKKKKK!!!!

Anna mendaratkan telapak tangannya ke pipi mama tirinya.

Vanya diam tak berkutik, ia pasrah dengan apa yang mereka lakukan padanya. Ia pikir, kalau dirinya berontak mereka pasti akan membunuhnya.

"Apa mama sebenci itu sama aku? Hm?" Tanya Anna.

"Mama segitu pengennya liat aku mati?" Tanya Anna lagi.

"KALAU MAMA PENGEN AKU-"

"INI BUKAN SEPENUHNYA SALAHKU!!!!!!!" Potong Vanya, kembali melihat Anna.

"Jangan teriaki Anna!" Balas Gabriel sambil mengeratkan tangannya, lagi.

"Belezza yang suruh mereka buat bunuh Anna." Vanya menghentikan kalimatnya beberapa detik, mendongak untuk melihat Gabriel yang masih menjambak rambutnya.

Dangerous DragonWhere stories live. Discover now