43. Fero Aaron dan Laudya.

84.4K 14.1K 6.9K
                                    

Gabriel berjalan menuju ruang tengah sambil membenarkan jas yang ia pakai. Pagi ini, markas Dangerous Dragon sudah kembali seperti semula. Tak ada lagi barang-barang yang berserakan di lantai.

Sekitar jam 7 pagi, Gabriel membawa 50 orang suruhan untuk membersikan seluruh markas dalam waktu 3 jam saja. Semua ruangan yang tak terpakai pun sudah dikunci dan sebagian barang-barang sudah ditutup kain berwarna putih. Hanya empat ruangan saja yang dibiarkan, kamar Fero, Ray, Gabriel, dan ruang tengah.

Selain itu, sudah ditutup. Mengingat sebentar lagi mereka akan pindah ke Italia meninggalkan markas selama 1,6 tahun. Akhirnya, setelah 7 tahun bekerja, anak buah mereka bisa istirahat juga.

Sekarang, jam menunjukkan pukul setengah 11 siang. Mereka siap untuk menghadiri sidang ulang Anna Alessia. Ah, iya. Jadwal sidang telah dimajukan. Anna bisa keluar hari ini juga. Jadi, rencana untuk melawan Daniel ditunda besok.

"Rumah lo semua udah di urus?" Tanya Gabriel yang sudah tiba di ruang tengah.

"Udah gue kunciin semua, aman deh." Suara berat Ray menjawab.

"Gue juga," Tambah Fero.

"Pada cukup garasinya?" Tanya Gabriel seraya duduk di dekat Fero.

"Gue kurang 1 mobil, nitip di sini ye," Kata Ray yang dijawab anggukan oleh Gabriel.

"Gue cukup sih," Kata Fero. Sudah pasti, Fero kan tidak terlalu suka membeli banyak mobil. Ia hanya punya 3 mobil. Berbeda dengan Ray dan Gabriel yang punya belasan mobil.

"Udah ayo, sidangnya mulai jam berapa?" Tanya Ray.

"Jam 11," Jawab Gabriel.

Fero merogoh sakunya ketika ia merasakan ponselnya berdering. Ia mendapati nama Laudya di sana. Lelaki berbadan besar itu menghela napasnya lalu menerima panggilan tersebut.

"Bentar, ya." Suara Fero sambil beranjak dari duduknya dan pergi menuju luar markas.

"Kenapa?" Fero mengawali pembicaraan. Namun, langkahnya terhenti ketika mendapati Laudya sudah berdiri di depan markas Dangerous Dragon.

Kini, mereka berjarak 5 meter.

Fero hendak berjalan mendekati Laudya namun dihentikan oleh wanita berjilbab hitam itu.

"Disitu aja," Kata Laudya parau.

"Kamu kenapa ke sini?" Tanya Fero seraya menghentikan langkahnya.

"Aku cuma mau lihat kamu," Jawab Laudya. Fero menatap nanar wanita di depannya. Hatinya seakan disayat ketika melihat wajahnya, tangannya bahkan memaksa untuk merengkuh wanita itu.

"Kamu sendiri?" Tanya Fero basa-basi.

"Kamu cantik hari ini-"

"Aku mau nikah minggu depan," Potong Laudya.

"Hm?" Suara Fero.

Detik itu, Fero berharap salah dengar. Dadanya tiba-tiba saja sesak mendengar kalimat sederhana itu.

"Aku dijodohin sama abi," Kata Laudya, menahan isaknya.

"Laudya..." Panggil Fero.

"Aku mau lihat kamu-"

"Kamu belum tamat kuliah," Potong Fero.

"Abi yang nyuruh," Sahut Laudya.

"Umi?" Tanya Fero yang membuat Laudya terdiam di seberang telepon.

Fero dapat melihat wanita itu sedang mengusap pipinya di sana. Jelas, Laudya tak bisa menjawab. Fero tahu, uminya tak mengizinkan Laudya menikah di usia muda.

"Aku harus nurut Abi," Kata Laudya. Fero menghela napas panjang.

"Kamu terima?" Tanya Fero.

"Bismillahirrahmanirrahim, aku coba cinta sama dia karena Allah," Jawab Laudya.

"Kamu siap?" Tanya Fero.

"Belum."

"Terus gimana, Laudya?" Tanya Fero, lembut sekali.

Bukannya menjawab, di sana Laudya terlihat sedang menjauhkan ponselnya dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Ia menangis sejadi-jadinya.

"Laudya?" Panggil Fero.

Butuh beberapa detik bagi Laudya untuk meredakan isaknya. Ia pun mendekatkan ponselnya ke telinga lagi.

"Hatiku belum selesai sama kamu," Kata Laudya ditengah tangisnya.

"Laudya, kita udah sepakat pisah."

"Aku tau. Tapi, izinin aku lihat kamu sebentar aja," Kata Laudya.

Kini Fero yang terdiam. Ayolah, kakinya ingin sekali lari mendekati wanita itu. Fero mendadak menjadi lemah sekarang.

"Kenapa ya kita dipertemukan?" Tanya Laudya.

"Aku yang salah," Sahut Fero.
"Aku tau kita beda Tuhan, tapi malah terus ngedeketin kamu."

"Aku mau lihat kamu sebelum aku hidup sama laki-laki lain," Kata Laudya.

"Maaf, aku gagal merayu hati Tuhanmu," Kata Fero.

"Maaf juga, aku udah berusaha rebut kamu dari Tuhanmu," Balas Laudya.

"Udah cukup, kan?" Tanya Fero sambil tersenyum, ia juga melambaikan tangannya pelan ke arah Laudya.

"Udah," Jawab Laudya sambil mengangguk.

"Aku pamit, Fero. Makasih udah mau bicara sama aku."

"Bahagia ya? Sama calon kamu," Kata Fero. Ia mendapati wanita berjilbab itu mengangguk di sana.

"Aku berhenti mencintaimu karna Allah," Kata Laudya.

"Assalamualaikum," Lanjutnya, sebelum akhirnya ia menutup sambungan telepon tersebut. Wanita itu pun berbalik badan dan berjalan menjauhi pintu utama.

"Waalaikumsalam," Lirih Fero, menatap punggung Laudya yang berjalan menuju mobilnya.

Tepat ketika mobil Laudya pergi, Ray dan Gabriel keluar dari markas. Mereka mendengar mobil berwarna merah baru saja membunyikan klakson.

"Siapa?" Tanya Ray.

"Laudya. Ayo berangkat." Fero buru-buru menjawab dan lebih dulu masuk ke dalam mobil. Ia menyembunyikan rautnya yang sedang menahan isak tangis. Matanya sudah hampir mengeluarkan air mata, tapi ia tahan.

Gabriel dan Ray hanya saling menatap, heran. Tak biasanya Fero kedatangan tamu seperti sekarang.

•••oOo•••

Mobil berwarna gold itu berhenti tepat di gedung tempat sidang ulang Anna Alessia. Ketiga lelaki di dalamnya langsung keluar dan berjalan menuju gedung tersebut. Namun, mereka kompak mengernyitkan dahi ketika mendapati segerombolan orang sudah keluar dari ruangan suci tersebut. Ray menghentikan salah satunya.

"Maaf, ini kenapa udah keluar semua, ya?" Tanya Ray.

"Oh, sidangnya sudah selesai," Jawab seorang lelaki berkacamata.

"Udah selesai?" Ulang Ray. Lelaki di depannya itu mengangguk.

"Hasilnya?" Tanya Gabriel.

"Terdakwa sudah dibebaskan," Jawab lekaki itu. Kompak Gabriel, Fero, dan Ray menghela napas lega.

"Lo dapet kabar dari pengacaranya kalau sidang dimajuin?" Tanya Fero kepada Gabriel.

Yang ditanya langsung mengambil ponsel dari balik jasnya. Ternyata ada 24 panggilan tak terjawab dari pengacaranya.

"Shit, masih gue silent," Desis Gabriel.

"WOI!!!!!!" Teriak Ray tiba-tiba ketika melihat seorang tahanan wanita bernomor 1077 dipaksa masuk ke dalam mobil.

DUAR!

Terdengar tembakan dari arah mobil Gabriel. Seseorang tak dikenal telah menembak ban mobilnya.

"Itu Anna," Kata Fero yang membuat Gabriel menoleh.

•••••

Dangerous DragonWhere stories live. Discover now