9. Our new devil.

135K 22.7K 5K
                                    

"Jadi, mau gimana kalian?" Tanya Fero di depan ketiga anak buahnya.

Malam itu, ketiga anak buahnya mendapatkan hukuman. Tangan mereka di gantung dan badan mereka di cambuk. Ruangan lembab itu adalah tempat dimana para target disiksa. Bau darah di sini sangat menyengat, bahkan di dindingnya terdapat banyak darah yang sudah mulai mengering.

"GUE BILANG MAU GIMANA?!" Teriak Fero sambil mencambuk salah satu dari mereka.

Tak ada yang menjawab, badan mereka sudah berlumuran darah. Wajahnya sampai tak keliatan karena darah yang menutupinya. Tentu saja mereka tak kuat untuk mengeluarkan suara.

Mereka hampir mati.

"CUMA JAGAIN SATU ORANG KALIAN NGGAK BISA?" Teriak Fero.

"UDAH UNTUNG YA, KALI INI GUE YANG NGEHUKUM."

"LO MAU TAU GIMANA JADINYA KALAU GABRIEL YANG TURUN TANGAN HABISIN KALIAN?!"

"DIBAKAR HIDUP-HIDUP KALIAN SEMUA!!!" Fero tak berhenti meneriaki ketiga anak buahnya itu.

"LO PIKIR ANNA CEWE SEPELE DI SINI?" Tanya Fero.

"SEKARANG BOS KITA SENDIRI YANG BAWA DIA KE SINI."

"Sial." Fero melempar alat cambuknya lalu berjalan keluar ruangan lembab itu. Ia sudah tak tahan dengan bau menyengat di sini.

"Turunin mereka, siram pake air panas." Suruh Fero kepada orang yang sedang menunggunya di ambang pintu.

"BAIK BOS!" Jawab mereka sambil membungkuk.

Fero berjalan menyusuri lorong yang cukup gelap itu, di sana ia bertemu Ray.

"Udah boy?" Tanya Ray.

"Udah, gue mau mandi." Fero terus berjalan keluar dari lorong.

"Dimana iel?" Tanya Fero.

"Di atas," Jawab Ray.

"Jadi, siapa biangnya?" Tanya Fero. Ray tertawa kecil.

"Anak wali kota," Jawab Ray santai. Fero menghentikan langkahnya.

"Cowo?" Tanya Fero.

"Cewe." Ray tertawa kecil lagi.

"Jadi kita mau hadapan sama cewe sekolah?"

"Siapa bilang kita?" Ray berjalan mendahului Fero. Mereka kini sudah sampai di ruang tengah.

"Terus?"

"Anna," Jawab Ray.

"Are you kidding me?" Fero tak percaya.

"Come on boy, cewe sekolah levelnya 0. Siapa lagi yang bisa balas dendam? Anna doang," Ucap Ray.

"Are you serious?"

"Yeah,"
"Lo pikir orang sepolos Anna nggak bisa jadi iblis kaya kita?" Ray menarik satu foto yang tertempel di dinding.

"Kita bahkan awalnya orang kaya Anna yang nggak ngerti apa-apa." Ia meletakkan foto tersebut di meja.

"Orang yang punya banyak dendam di hatinya lebih mudah berubah jadi iblis." Tangan Ray menunjuk foto tersebut.

Itu adalah foto Vanya.

"Foto itu udah di silang sendiri sama Anna," Kata Ray.
"Pake jarinya."

"Woah," Gumam Fero.

"Gue udah bicara sama iel tadi, kita semua bakal latih Anna," Ujar Ray sambil membuka semua kancing kemejanya.

"Selebihnya, suka-suka Anna mau berbuat apa." Ray membuka kemejanya lalu mengambil rokok di sakunya.

"Tes kelayakan juga?" Tanya Fero. Ray masih fokus menyalakan korek api, setelahnya dia baru menjawab.

"Nggak,"
"Dia cewe, gila lo!" Ray menghembuskan asap rokoknya lalu duduk di sofa.

Tentu saja Ray menjawab tidak. Mana mungkin Anna mampu menjalani tes kelayakan Dangerous Dragon? Tesnya bahkan lebih mengerikan daripada tes kelayakan mafia di Amerika.

Mereka yang bergabung ke dalam geng pembunuh bayaran ini, harus melewati beberapa tes mengerikan.

Penyerangan keroyokan, enam lawan satu, cambuk 50 kali, tangan di gantung dalam waktu sehari, dan masih banyak lagi. Terlalu mengerikan kalau menyebutkan satu persatu.

•••oOo•••

"Cepet sembuh, nggak ada waktu lagi buat manja di atas kasur." Suara Gabriel yang sedang sibuk menata beberapa senjata apinya di atas meja.

Anna dapat mendengarnya, kini dia sedang merebahkan diri di ranjang milik Gabriel. Ia merasakan sedikit pening di kepalanya.

"Vanya, kan?"
"Yang bikin papa lo koma," Tanya Gabriel.

Anna yang tadinya berbaring, kini mencoba untuk duduk.

"Kakak tiri lo ngincer perusahaan papa lo."
"Ya, kan?" Tanya Gabriel.

"Aku nggak mau denger dul-"

"Flo sama gerombolannya yang bikin lo jadi payah gini dalam setahun?" Gabriel terus saja menanyakan hal sensitif kepada Anna.

"Aku minta tolong, diem. Aku pusing-"

"Vanya pengen lo mati," Potong Gabriel. Kali ini Anna menatap Gabriel dengan tajam.

"Aku bilang diem-"

"Temen Flo udah lecehin lo dan lo hampir di perkosa," Potong Gabriel lagi.

"Please, jangan-"

"Papa lo bakal mati," Tak hentinya Gabriel memotong kalimat Anna.

"STOP BILANG-"

"MAKANYA LO HARUS BERTINDAK!!!!!" Teriak Gabriel menoleh kearah Anna.

"SEMUA OMONGAN GUE BENER DAN LO MASIH DIEM DENGAN SIFAT PAYAH LO INI?!!!!!" Anna terdiam tanpa menjawab, matanya masih tertuju pada Gabriel.

"KALO LO DIEM TERUS KAYA GINI, KAPAN LO MENANG? HAH?"

"LO PIKIR DENGAN LO DIEM, LO BISA MENANG DENGAN SENDIRINYA? NGGAK!!!!!"

"LO PIKIR BAJINGAN KAYA MEREKA BISA KALAH SAMA ORANG PAYAH KAYA LO? NGGAKKKKK!!!" Gabriel berjalan kearah Anna.

"Bajingan kaya mereka cuma bisa dikalahin sama iblis," Kata Gabriel.

"Gue nggak akan beri lo waktu banyak. 1 hari cukup buat sembuhin luka lo dan cuma ada 2 hari buat ngelatih fisik lo." Gabriel menjauhkan dirinya dan berjalan mengambil pistol di meja.

"Lo bisa Kyokushin, kan?" Tanya Gabriel.
"Ray yang ngasih tau gue, lo pernah ikut turnamen di Tokyo," Lanjutnya.

Jelas saja Ray tau. Sudah di pastikan mantan anggota BIN itu mengulik tuntas latar belakang Anna.

Gabriel tertawa kecil, tak percaya.

"Lo jago karate, kenapa lo diem ajaaaa??" Tanya Gabriel gemas.

"Kenapa? Takut nggak ada yang di pihak lo? Karna Flo anak Wali Kota?" Tanya Gabriel.

"Sekarang kita semua di pihak lo." Gabriel meyakinkan Anna dan berjalan mendekati Anna lagi.

"Kita semua yang ada di markas ada di pihak lo."

"Gue tunggu lo, gabung sama kita." Gabriel memberikan pistol di tangannya kepada Anna.

•••••

Dangerous DragonWhere stories live. Discover now