7. Pengakuan.

138K 22.5K 5.4K
                                    

"Auh, shit." Ray mengelap mukanya yang terkena percikan darah menggunakan tissue.

"Gue bilang tembak aja, batu sih lo," Sahut Fero.

"Ternodai muka tampan gue," Kata Ray dengan pede.

"Cih," Suara Gabriel yang sedang menyetir.

Mereka bertiga baru saja menyelesaikan misinya hari ini. Tugasnya membunuh beberapa orang penting di salah satu perusahaan. Tentu saja itu bukan hal yang mudah, karena target-target mereka berada di posisi yang berbeda.

Ah, masalah muka Ray. Dia terlalu bersemangat saat memenggal kepala targetnya. Jadi, mukanya terkena percikan darah.

Sekarang, hari sudah mulai sore. Dengan mobil jeep berwarna hitam itu, mereka menuju markas. Di belakang mobil mereka ada beberapa anak buah yang mengikuti dengan mobil jeep juga.

Ketika mereka sudah sampai di depan gerbang markas, Ray memberikan tissue bekas darah tadi kepada anak buahnya yang sedang berjaga.

"Mulut lo kenapa?" Tanya Ray ketika melihat mulut anak buah di depannya terdapat sedikit kotoran berwarna cokelat.

"Ah, maaf bos." Orang itu langsung mengelap mulutnya.

Gabriel terus saja menjalankan mobilnya tanpa menghiraukan Ray yang sedang berbicara dengan anak buahnya.

Sampailah mereka di depan markas. Ketiganya langsung masuk, tak sabar untuk merebahkan tubuh yang sudah sangat lelah itu. Walaupun lelah, terbayarkan juga dengan uang 210 juta yang mereka terima.

"Itu, kenapa?" Ray menunjuk mulut anak buahnya yang sedang berjaga di depan pintu.
"Di depan juga gitu. Pada ga di lap kali ya," Lanjut Ray.

"Maaf bos," Jawab orang tersebut sambil membungkuk.

"Habis makan apa?" Tanya Gabriel penasaran.
"Pesta lu pada?" Lanjutnya.

"Tidak bos. Tadi ada wanita dari dalam markas yang memberi kami semua kue," Jawab orang itu.

"What?" Celetuk Ray.

"Maaf kalau kami lancang. Katanya kalau tidak dimakan nanti di pecat sama bos Gabriel," Fero menahan tawa mendengarnya.

Sudah pasti itu ulah Anna.

"Santai aja, kita masuk dulu." Gabriel menepuk pundak anak buahnya lalu berjalan masuk ke dalam markas.

Ray sempat geleng-geleng dan Fero tertawa kecil di belakang Gabriel.

"Oh hi! Udah selesai nangkep penjahatnya?" Sambut Anna ketika mereka bertiga sampai di ruang tengah.

"Lo ngasih mereka-" Suara Ray.

"Ssstttttttttt" Potong Anna sambil berjalan mendekati mereka.
"Ayo ikut aku," Anna mendorong punggung ketiganya secara bergantian menuju dapur.

Betapa terkejutnya ketiga lelaki ini ketika melihat meja makan mereka sudah dipenuhi dengan makanan.

"Tadaaaaaaa," Seru Anna sambil membentangkan tangannya di depan meja.

Gabriel melihat raut wajah Anna yang tersenyum lebar itu. Ia rasa lebih baik seperti itu daripada menunduk terus menerus seperti kemarin.

"Lo pesen segini banyak?" Tanya Fero.

"Ei ei ei." Anna menggoyangkan telunjuknya.
"Ini masakan Anna." Lanjutnya.

"Whatttttt?" Suara Ray lagi dengan gaya bicara yang khas. Saat itu Gabriel hanya bisa diam dan tertawa kecil.

Dangerous DragonWhere stories live. Discover now