12. Bendera perang telah dikibarkan.

130K 20.3K 4.7K
                                    

"Lo," Jawab Gabriel.

"Uh?"

Perlahan tangan kanan Gabriel memegang pipi gadis di depannya. Lalu ibu jarinya dengan lembut mengusap bibir tipis Anna.

"Gue suka lo," Ulang Gabriel.

Anna hanya bisa bungkam, ia bingung harus menjawab apa. Tangannya spontan menggenggam erat ujung sofa yang ia duduki. Untuk beberapa detik keduanya diam saling menatap, hingga akhirnya Gabriel perlahan mulai mendekatkan wajahnya. Tak sadar, Anna perlahan juga memejamkan matanya.

"Ada yang tau pistol lain yang buat latihan si Anna?" Suara Ray yang membuat Gabriel dan Anna gelagapan. Dengan cepat keduanya menjauhkan diri dan saling membelakangi.

"Ah. Sorry boy," Kata Ray kaget ketika menyadari Anna dan Gabriel hampir berciuman.

"Shit," Gumam Gabriel seraya beranjak dari duduknya.
"Gue keatas dulu," Katanya, sebal.

"A-aku mau masak pasta dulu," Kata Anna, kikuk.

Ray hanya tertawa kecil menanggapi mereka berdua yang sedang salah tingkah itu.

"Sorry!" Teriak Ray kepada Gabriel yang sudah berlalu itu.

Gabriel sengaja tak menjawab dan terus berjalan menuju lift. Mungkin sekarang dirinya sudah mengumpat di dalam hati. Bisa-bisanya Ray muncul di waktu yang tidak tepat.

Ketika Gabriel hendak menekan tombol lift, ponsel yang ada di sakunya berdering. Tangannya merogoh ponsel tersebut dan ia mendapati kliennya menelpon.

Itu, Vanya.

"Ya?" Gabriel mengawali pembicaraan.

"Kalian nggak perlu beli dia. Aku terima uang yang kalian kembalikan. Aku akan menyuruh orang lain," Ucap Vanya di seberang.

"Silahkan," Jawab Gabriel.

"Dia masih berkeliaran di sekolah, kan? Lihat aja. Kalian belum tau sedang berhadapan dengan siapa."

Gabriel tersenyum miring.

"Jangan buang waktu lo. Nikmati aja sisa umur lo," Jawab Gabriel seraya menekan tombol lift.

"APA KAU BERCANDA?"

"Apa aku terdengar sedang bercanda, Nona Vanya?" Tanya Gabriel dengan bahasa formal.

"Apa kau sedang memulai perang?!"

"Bendera perangku sudah ku kibarkan dari kemarin, apa nona belum melihatnya?"

"Ternyata kalian benar-benar sedang mempermainkanku-"

"Kenapa? Lo takut anak lo yang manja itu nggak dapet jabatan?" Potong Gabriel.
"Jangan repot-repot, semua harta itu milik Anna."

"TUAN GABRIEL!!!"

"Nona," Panggil Gabriel.

"Bukan aku yang tidak tau sedang berhadapan dengan siapa. Tapi kamu, jalang. Bahkan kalau aku mau, mungkin dari kemarin potongan tubuhmu sudah ditemukan di tempat yang berbeda-beda." Gabriel menggunakan bahasa formal lagi, lalu mematikan sambungan telepon tersebut.

Kini ia sudah berada di kamarnya, ponsel yang tadi ia pegang langsung ia lempar ke kasur.

"Tua bangka nggak tau diri," Gumam Gabriel.

•••oOo•••

"Ah, bodoh!" Anna memukul kepalanya sendiri.

Dangerous DragonWhere stories live. Discover now