📍 35. Kalah

599 92 59
                                    

🎶Mulmed: Melukis Senja - Budi Doremi

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu everybody!

Apa kabar semua? Fine fine aja kan? Alhamdulillah kalo gitu. Semangat dong. Masih banyak cobaan yang belum dicobain.

I'm back nih! Kangen rasanya sama kalian temen-temen di WP🤧😭 Sesuai janji, aku up saat liburan. Rasanya lama banget gak nulis. Masih pada ingat sama cerita ini kan? Moga aja ingat ya. Kalau mulai lupa bisa baca ulang ehe.

Ok, cus langsung aja. Jangan lupa tinggalkan vote dan komen... Berikan banyak dukungan untuk cerita ini yhaa. Happy Reading💛😆

Raga memperhatikan pantulan dirinya di cermin. Tampilannya kali ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Rambut hitam pekatnya tersisir rapi ke belakang, pakaiannya pun tidak sesantai biasanya, yah walaupun tetap tidak meninggalkan unsur kasual yang menjadi gaya khasnya.

Bukan tanpa alasan Raga berpenampilan rapi dan berbeda hari ini. Hari ini sudah ia pikirkan jauh-jauh hari. Dan hari itupun tiba.

Raga menghela napas panjang, sedikit gugup juga... senang? Mungkin seperti itulah perasaannya saat ini. "Ok, ini saatnya. Jangan mempermalukan diri lu sendiri, ingat?" ucapnya pada pantulan dirinya di cermin.

Dengan langkah lebar Raga melenggang keluar dari kamar menuju garasi. Mengenakan helm lalu menyalakan mesin motor gede nya. Sepersekian detik berikutnya, motor berwarna hitam itu sudah melaju kencang menembus jalan.

Sementara itu di tempat lain Maryam baru pulang dari yayasan. Hari ini hari Ahad, sudah menjadi rutinitasnya mengunjungi anak-anak di sana. Setidaknya dengan begitu ia juga bisa mendapat hiburan tersendiri dengan bertemu dan bermain dengan anak-anak.

"Ini uangnya, Bu. Matur nuwun nggih, Bu." ucap Maryam sopan sembari memberikan selembaran berwarna hijau pada ibu tengah baya yang menjadi driver ojol langganannya.

"Nggih, ini kembaliannya ya mbak."

Maryam menggeleng, "Enggak usah, Bu. Buat ibu aja. Sekali lagi terima kasih..."

"E-eh, makasih mbak!" ucap driver ojol sedikit berteriak, Maryam yang sudah melangkah jauh berbalik, membalas ucapan ibu driver ojol dengan anggukan dan seulas senyum.

Namun senyum itu perlahan memudar, langkahnya melambat, kernyitan samar pun mulai nampak di kening gadis berkulit putih itu saat indera penglihatannya menangkap sebuah motor yang sudah tidak asing lagi baginya terparkir tepat di halaman rumahnya.

"Raga?" gumam Maryam lirih.

Dengan ragu Maryam melangkah menuju pintu rumah yang terbuka lebar. Maryam dapat mendengar suara Abah dan Raga yang tengah mengobrol ria yang sesekali diselingi tawa. Terlihat begitu akrab.

Padahal setahu Maryam, Abah orangnya tidak mudah akrab dengan seseorang. Baru kali ini Abah terlihat begitu lepas mengobrol dengan seseorang yang kategorinya masih orang asing bukan? Bahkan mereka baru pertama kali bertemu.

Maryam berdehem sejenak sebelum akhirnya mengucapkan salam. "Assalamualaikum." Suara lembut Maryam mengalihkan atensi kedua Adam yang tengah berinteraksi.

Tatapan Maryam dan Raga bertemu, tatapan dalam nan tajam itu tanpa sadar membuat Maryam menahan napasnya untuk beberapa saat.

Raga tersenyum miring, Maryam menunduk. Mencoba menghindari tatapan mata yang entah sejak kapan selalu bisa membuat jantungnya berdebar tiga kali lebih kencang dari biasanya.

Dia MaryamWhere stories live. Discover now