📍 10. Perempuan

2.3K 253 123
                                    

"Menurut lu, apa itu perempuan?"

Maryam mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan Raga yang sangat tidak wajar? Ayolah, bahkan anak kecil saja tahu apa itu perempuan.

Bukankah sejak kecil, kita sudah diajarkan walaupun tidak secara serta-merta tentang laki-laki dan perempuan? Lalu, apa kabar dengan Raga yang tiba-tiba menanyakan pertanyaan konyol seperti itu?

"Aaa, gue tau apa yang sedang lu pikirin." Raga menghela napas kasar, "gue konyol. Aneh. Karena menanyakan hal kayak gitu, 'kan? Tapi kalau dipikir-pikir, lu juga perempuan sih. Gue gak yakin jawaban lu bisa-"

"Kamu meragukan aku?"

Spontan Raga menoleh pada Maryam yang kini tengah menatapnya dengan pandangan sedikit... Tersinggung? Mungkin.

"Bukan gitu. Gue cuma-" Raga menggantungkan kalimatnya sambil membuang pandangan ke arah lain. Asalkan tidak menatap Maryam.

Maryam yang melihat tingkah Raga mengembuskan napas kasar. "Raga, kayaknya kamu-"

"Assalamualaikum."

Ucapan salam dari seseorang membuat Raga dan Maryam kompak menoleh ke belakang. Di sana, seorang lelaki berbadan tegap dan memiliki jambang tipis di area kulit wajahnya tengah tersenyum. Sorot matanya tajam, tapi juga menyiratkan kehangatan di dalamnya secara bersamaan.

Sepertinya Raga pernah melihat senyum dan tatapan itu beberapa waktu lalu? Ah, bukan beberapa waktu. Lebih tepatnya beberapa menit lalu. Senyum dan tatapannya sangat mirip dengan senyum dan tatapan Maryam.

Ya. Raga yakin dengan hal itu.

"Waalaikumsalam, Kak Toha." Maryam meraih tangan lelaki yang dipanggil Kak Toha itu lalu mencium punggung tangannya.

Kak Toha adalah kakak tertua Maryam, walaupun kakak-kakaknya yang lain juga pengertian dan sangat menyayanginya.

Namun, bagi Maryam Kak Toha lah yang paling mengerti tentang dirinya. Dan jika ia sedang ada masalah, ia akan mencurahkan dan meminta solusi pada Kak Toha.

"Kakak kapan dateng? Kok gak ngabarin Maryam dulu?" Kak Toga terkekeh kecil melihat tingkah pura-pura merajuk adik bungsunya itu.

Sebenarnya, hari ini selepas pekerjaannya selesai, Kak Toha berencana untuk mengunjungi Abah dan Maryam di rumah.

Kesibukannya sebagai kepala rumah tangga yang berkewajiban untuk menafkahi keluarga, membuatnya sibuk dengan pekerjaan hingga tak punya banyak waktu luang untuk mengunjungi orang tua satu-satunya dan adik bungsunya itu.

Namun, sesibuk apapun kakak-kakak Maryam. Mereka akan tetap berkumpul paling sedikit satu kali dalam dua Minggu.

"Awalnya kakak mau langsung ke rumah. Tapi kakak keinget belum mengunjungi Yayasan dua Minggu ini. Ya udah, kakak mampir dulu ke sini."

Maryam manggut-manggut mendengar penjelasan Kak Toha. Sedangkan Raga hanya mengernyit melihat interaksi antar kakak-beradik di depannya.

Oke, sekarang dia merasa terabaikan.

Karena Maryam dan Kak Toha terus mengobrol ria bahkan mungkin sampai lupa dengan kehadiran Raga di antara mereka membuat Raga sedikit jengah. Akhirnya ia berdehem pelan membuat Kak Toha dan Maryam sama-sama menoleh ke arah Raga.

"Ah, maaf. Kamu kelupaan." Maryam menyengir kikuk sambil menyatukan kedua tangannya- meminta maaf.

"Dengan ringannya lu bilang kelupaan? Ok, no problem. Untung gue lagi baik hati." Raga menarik sudut bibirnya berusaha untuk tersenyum manis, karena dipaksakan akhirnya bukan senyum manis tapi senyum aneh yang tercetak.

Dia MaryamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang