📍 7. Start to grow?

2.9K 306 81
                                    

     "GAK MAU! Giya mau di sini, sama Abang Raga titik!" Sedari tadi Giya merengek dan menangis tidak ingin diajak pulang ke Jakarta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"GAK MAU! Giya mau di sini, sama Abang Raga titik!" Sedari tadi Giya merengek dan menangis tidak ingin diajak pulang ke Jakarta. Ya, seharusnya pagi ini adalah pagi dimana Mama Kiran dan Giya pulang ke Jakarta karena Mama Kiran sudah menyelesaikan pekerjaannya di Jogja.

"Giya, kamu gak boleh gitu. Kamu itu udah besar, jangan kayak anak kecil lagi." ucap Mama Kiran sedikit meninggi. Bukannya diam, Giya malah semakin menjadi.

Raga yang melihat itupun akhirnya turun tangan. Ia mendekati Giya yang masih sesenggukan sambil memeluk lutut.

Mensejajarkan diri pada Giya lalu mengusap lembut rambut ikalnya. "Giya boleh tetap di sini sama abang kok." ucap Raga akhirnya, karena tidak tega melihat mata Giya yang mulai bengkak dan hidungnya yang sudah memerah dan mengeluarkan ingus.

Giya mendongak menatap Raga, lalu menengadahkan telapak tangannya. "Janji ya? Mama juga tetap di sini sama Giya."

Raga tersenyum lebar sambil meraih telapak tangan Giya yang menengadahkan. "Iya, janji. Sekarang senyum dulu dong."

Giya menghapus sisa-sisa air mata di pipinya lalu tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi-gigi kecilnya. "Hu umh! Mama?"

Kini Giya beralih menatap Mama Kiran dengan sorot mata memohon. Mama Kiran menghela napas pasrah lalu menganggukkan kepala sambil tersenyum pada Giya.

"Yeeey! Makasih Abang Raga, Mama!" Giya mencium singkat pipi Raga lalu beralih memeluk Mama Kiran.

"Tapi Abang Raga harus sekolah dulu. Giya di rumah sama Mama ya?"

Giya nampak menimang-nimang perkataan Mama Kiran. "Emm... Ya udah deh, gapapa. Tapi habis itu Giya diajak main ya?" ucap Giya dan dijawab dengan senyum dan anggukan oleh Raga.

🔸📍🔸

Setelah sedikit drama pagi karena Giya yang merengek-rengek tidak mau kembali ke Jakarta. Kini Raga sudah siap dengan seragam putih abu-abunya.

Raga menghela napas panjang. "Senin pagi? No problem." ucap Raga lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang menuju sekolah.

Pagi ini mendung, tidak seperti hari-hari biasanya. Musim kemarau sepertinya mulai digantikan dengan musim penghujan. Namun, cuaca belakang ini tidak menentu. Situasi apa yang cocok untuk menggambarkannya? Pancaroba? Mungkin saja.

Langit boleh saja murung. Matahari boleh saja bersembunyi di balik awan kelabu- enggan menampakkan diri. Namun, hal itu tidak dapat melunturkan senyum di wajah Raga.

Entah kenapa hari ini ia begitu bersemangat untuk pergi ke sekolah. Yang biasanya ia malas dan ogah-ogahan ke sekolah. Kini justru sebaliknya.

Ah, mungkin ia tidak sabar untuk bertemu dan berkumpul dengan teman-temannya. Dan juga bertemu... Dia? Mungkin saja.

Cekiiit

Dia MaryamWhere stories live. Discover now