📍 26. Loss of light

1.6K 164 6
                                    

   Song buat part ini
Ana Uhibbuka Fillah - Aci Cahya

Available on mulmed
_____________

     Pagi ini kernyitan samar nampak di kening Raga saat dirinya melewati koridor dan lorong-lorong sekolah. Beberapa orang dan siswa yang sepertinya merupakan anggota pengurus OSIS nampak sibuk memasang sesuatu, seperti hiasan, pernak-pernik dan hal-hal berbau party lainnya. "Mau ada party ya?" gumam Raga pelan.

     Hari ini perasaan Raga terasa lebih ringan dari pada kemarin. Setidaknya ada Giya yang menemaninya di saat-saat seperti ini. Itu saja sebenarnya sudah cukup. Ya, maybe. Ketika tidak ada yang bersamanya, ketika semua meninggalkannya, Raga masih tetap bisa bertahan. Entah untuk berapa lama lagi ini berlanjut.

     "Pasang yang bener! Itu di sebelah sana, yang rapi ya." Dari tempatnya berada, Raga dapat melihat seorang lelaki dengan kaki kiri diperban tengah memberi sebuah instruksi atau lebih tepatnya perintah pada lelaki berambut ikal yang sedang menaiki tangga sambil berusaha memasang lampu-lampu hias.

     "Ck, iya iya. Ce-er-we-te lu ah. Mending udah gue gantiin tugas lu buat masang beginian." Lelaki berambut ikal itu nampak dongkol dengan sikap temannya yang suka nge-boss.

     Lelaki dengan perban dikakinya menyengir. "Hehehe, makasih sayang. Baik banget deh. Mwaah!"

     "Ihh, apaan dah. Jijay gue liatnya." sahut lelaki berambut ikal sambil bergidik ngeri.

     Tanpa menghiraukan interaksi kedua lelaki yang diketahui adik kelasnya itu, Raga segera melenggang pergi. Untuk saat ini satu tujuannya yaitu kantin. Pasti ketiga trio keset itu sudah pada mangkal di sana, Raga sudah tidak heran dan tidak perlu lagi repot-repot mencari mereka karena hal itu sudah menjadi rutinitas kegiatan mereka sehari-hari.

     Namun, ketika dirinya hendak berbelok di pertigaan koridor, netra hitamnya menangkap sosok gadis yang seringkali mondar-mandir di pikirannya.

     Maryam, gadis itu nampak sedang kesulitan membawa tumpukan buku-buku tebal dan sepertinya lumayan berat untuk dibawa oleh seorang gadis. Dan lagi Maryam membawa semuanya seorang diri.

     Melupakan tujuan awalnya, Raga berganti jalur untuk pergi mendekat pada Maryam. Awalnya ia ragu, tapi semua keraguan itu dengan segera ia tepis, "Mau gue bantu?"

     Maryam yang kerepotan membawa tumpukan buku bahkan sampai tidak sadar dengan kehadiran Raga yang saat ini berdiri di depannya. Maryam menggeleng. "Enggak perlu. Makasih. Aku bisa sendiri kok."

Raga hanya mengedikan bahu sambil melengkungkan bibirnya membentuk sebuah senyum, menatap Maryam yang walaupun terlihat kerepotan tapi tetap tidak mau menerima bantuannya. "Yakin gak akan jatuh?"

     Maryam menatap Raga sekilas. "Insyaallah enggak." ucapnya mantap lalu mulai berjalan dengan langkah hati-hati.

     "Fine." balas Raga dengan senyum miring.

     Benar saja dugaan Raga, baru dua langkah Maryam berjalan, tumpukan buku-buku itu jatuh dan kini berserakan di lantai koridor. Raga dapat mendengar helaan napas kasar dan gumaman istighfar dari Maryam.

     Senyum di bibir Raga semakin merekah. Baru Maryam hendak berjongkok untuk memunguti buku-buku itu, sebuah tangan kekar lebih dulu mengambilnya. Maryam hanya bisa menatap Raga yang kini tengah memunguti buku-buku itu tanpa kesulitan dalam membawanya. "Nih." Raga menyodorkan beberapa buku pada Maryam, sementara sisanya masih berada padanya.

Dia MaryamWhere stories live. Discover now