📍 21. There is something

1.6K 196 81
                                    

     "Lu liat Maryam gak, Re?" Seorang gadis dengan rambut sepundak itu mendongak ke arah Raga yang tiba-tiba datang dan langsung bertanya padanya tentang keberadaan Maryam.

     Gadis itu, Rere mengernyitkan dahi melihat ekspresi wajah Raga yang sangat jarang ia lihat. Atau mungkin sangat jarang Raga tunjukkan pada siapapun. Gusar? Kenapa dengannya?

     "Enggak tuh." balas Rere seadanya. Sedari tadi Rere memang tidak melihat teman satu kelasnya itu. Maryam terlalu tertutup, dan dari awal tahun ajaran baru yang membuat mereka sekelas, dirinya memang tidak akrab dengan Maryam.

     Raga berdecak kecil. "Lu yakin gak liat dia?" Raga kembali bertanya—mencoba memastikan. Setelah upacara tadi, Raga belum melihat Maryam di kelas. Padahal ada sesuatu yang ingin ia katakan pada gadis itu. Ia terlambat masuk kelas dikarenakan tiba-tiba saja Bu Wati menghadangnya dan mencecar banyak pertanyaan yang membuat Raga jengah bukan main.

     Setelah dirinya tiba di kelas, Maryam sudah tidak ada. Saat ini guru-guru sedang ta'ziah, guru PPkn kelas XI dikabarkan meninggal dunia pagi ini dikarenakan penyakit jantung yang sudah lama dideritanya. Oleh sebab itu, para murid diberikan tugas sementara guru-guru melayat.

     Rere memutar bola mata jengah. "Kagak, Raga. Gue gak tau Maryam dimana. Lo dibilangin kok ngeyel banget sih?"

     Raga mendengus kasar. "Ya kali aja lu tau. Elu kan ratunya lambe turah di kelas. Masa hal kayak gini aja gak tau? Hayap."

     "Hei, gue itu queen of gosip menggosip, bukan bodyguardnya Maryam yang selalu ngintilin dia kemana-mana ya." Rere mengibaskan rambut sepundaknya ala model iklan shampo, tidak terima dengan ucapan Raga yang seolah meremehkan dirinya.

     Raga memicingkan mata, "jadi queen gosip kok bangga."

     Rere memutar kepala menghadap ke arah Raga. "Apa? Lo bilang apa barusan?"

     "Kagak. Gue gak bilang apa-apa. Kuping lu kudu ganti oli kali. Makanya jadi salah denger gitu." balas Raga kalem.

     "Yeeh. Enak aja lo." Bukannya marah, Rere malah tertawa. Raga yang melihat hal itu menelan ludah kasar. "Nih cewek kenapa dah? Overdosis parasetamol apa gimana sih? Kagak ada yang lucu juga. Gendeng."

     Raga sudah hendak berbalik dan melangkah meninggalkan Rere yang masih tertawa-tawa sendiri sebelum gadis itu menarik pelan baju seragamnya.

     Raga menaikkan sebelah alisnya mengisyaratkan seolah bertanya "kenapa?"

     "Bentar, Ga. Lo tuh buru-buru banget sih? Baru juga gue mau jawab. Mungkin aja Maryam lagi sama Laili. Mereka kan kemana-mana always together. Dan tadi kayaknya gue denger Laili izin sama ketua kelas mau ke perpustakaan deh."

     Bing go! Ingin rasanya Raga ber-yes ria saat ini juga. Namun pastinya ia tahan. Gengsi. Malu. Dia tidak sebar-bar sohib-sohib luar binasanya itu.

     Raga tersenyum sembari mengacungkan jempolnya pada Rere. "Oke deh. Suwun, Re."

     "Yai, sama-sama. Eh, Ga! Bentar bentar." Raga yang sudah berjalan beberapa langkah kembali berhenti karena panggilan Rere.

     Dengan jengah ia berbalik. "Kenapa?"

     "Lo kenapa nyariin Maryam? Emang urusan sama dia penting banget ya?" tanya Rere penasaran.

     Pasalnya, yang ia tahu, selama ini Raga hanya milik Wanda seorang. Rere memang tidak tahu pasti hubungan keduanya. Namun jika dilihat dari sudut pandang manapun, mereka nampak seperti sepasang kekasih.

Dia MaryamWhere stories live. Discover now