📍 28. Break

1.7K 179 31
                                    

     "Menurut kalian, cinta itu apa?" Diyas, Radit dan Firman sontak saja langsung menatap Raga yang kini tengah memasang wajah flat. Kemarin terakhir kali ia bisa berbicara dengan Maryam, tepatnya saat ia membantu membawakan buku-bukunya. Namun hari ini, Maryam jarang di kelas karena dia harus mengurus beberapa keperluan untuk acara nanti malam.

     Raga masih bingung dengan perasaannya. Jika dipikir-pikir, Raga sudah menemukan jawaban yang pasti atas keraguannya itu. Ya, setelah perenungannya, kini dia benar-benar yakin sepenuhnya bahwa dirinya telah jatuh cinta lagi. Cinta pertamanya kandas. Sekarang, Raga tak ingin hal itu terulang lagi.

     Raga sudah mendengar definisi cinta versi Rama. Kini, tidak ada salahnya bukan bertanya persepsi trio keset ini tentang definisi cinta?

     "Tumben tanya hal begituan. Kesambet apa lu?" tanya Firman heran. Tidak biasanya Raga membahas tentang segala hal berbau cinta pada teman-temannya. Tentu saja, selama ini Raga memang tidak pernah serius dan jatuh cinta pada seorang gadis, yang terakhir adalah Lyra, mantannya di Jakarta. Sekiranya seperti itulah yang Firman pikirkan.

     Diyas menyeruput dalgonanya terlebih dahulu sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Raga. "Sorry Ga, gue bukan dokter spesialis cinta. Jadi lu gak bisa konsultasi ke gue." Diyas memang selalu payah dalam hal percintaan. Banyak gadis yang mengejarnya karena sifat ramah dan tampangnya.

     Tapi jika ditanya, kenapa sampai sekarang dia masih menjomblo, pasti dia akan menjawab. "Mikir cinta-cintaannya nanti aja. Kalo bisa nanti, kenapa harus sekarang?" Sungguh tidak masuk akal memang, tapi ya sudahlah, pemikiran orang berbeda-beda. Biarkan jomblo yang satu itu bahagia.

     "Eh woy! Si Radit temen lagi susah bukannya bantu malah asik main hape. Lagi ngapain sih? Fokus amat." Firman menegur Radit yang sedari tadi fokus bermain dengan handphonenya.

     "Lagi chatan sama gebetan." jawabnya enteng tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar handphone.

     "Idih gaya lu ya, orang mana tuh?" Firman mengintip layar handphone Radit yang menunjukkan room chat dengan seseorang.

     "Luar pulau sih. Kenal lewat FB beberapa minggu yang lalu."

     Firman manggut-manggut. "Oh, ceritanya lagi PDKT online? Terus pacarannya entar online, habis itu nikah onlen. Entar anaknya didownload gitu?"

     Radit menatap Firaman dengan kernyitan samar di keningnya. "Lu kok kayak sensi gitu sih gue punya gebetan? Oh, lu cemburu Man? Tenang aja sayang, lu masih tetap nomor satu di hati gue kok."

     Firaman bergidik ngeri mendengar ucapan Radit. "Idihh, sayang sayang. Euw! Najis."

     Brak!

     Suara meja yang digebrak cukup keras membuat Raga, Diyas dan Firman sama-sama memekik keras membuat beberapa siswa yang ada di kantin menatap mereka dengan pandangan aneh. Ya, saat ini mereka tengah berada di kantin KBY, kantin favorit mereka di antara beberapa kantin yang tersedia di sekolah. Walaupun bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit lalu, tapi kantin sekolah tetap ramai. Ada yang sedang makan siang untuk nanti ekskul, sekedar nongkrong, dan keperluan lainnya.

     "Kesurupan lu Dit? Pake gebrak-gebrak meja gitu. Gak tau aja gue hampir serangan usus." protes Firman dramatis sambil mengelus dadanya.

     "Serangan jantung maksudnya?" Firman menyengir kuda sambil menggaruk tengkuknya.

     "Nah itu. Sorry, lidah gue kepleset, Yas. Kebiasaan." Diyas hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Firman yang tidak pernah berubah. Dirinya juga heran, bagaimana ia bisa betah berkawan dengan makhluk-makhluk sejenis mereka ini. Mungkin ini yang namanya the power of kesabaran seorang friend.

Dia MaryamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang