📍 11. Taste

2.4K 267 113
                                    

Sudah tiga hari sejak pertemuannya dengan Kak Toha tempo hari. Ucapan Kak Toha terasa begitu membekas hingga membuat Raga dilema antara memilih logika yang menyuruhnya untuk tetap pada pendiriannya, yaitu menjadi Raga yang dingin pada Mama Kiran atau memaafkan dan melupakan semuanya.

Namun semuanya tidak semudah itu.

"Jadi total semuanya berapa mbak?"

Raga mengangkat sebelah alisnya karena mbak-mbak penjaga tempat printing tidak juga menyahut tapi malah terus memandanginya.

Apa ada yang salah dengan penampilan gue?

"Mbak?"

"I-iya? Oh, total semuanya dua puluh tiga ribu ya, Mas." Raga menghela napas panjang, lalu mengangguk dan menyerahkan uang sebesar lima puluh ribu pada mbak-mbak itu.

"Ini kembaliannya, Mas."

Raga mengernyitkan dahi ketika melihat kertas kecil bertuliskan nomor di atas kembaliannya. "Ini?"

"Anggep aja bonus, Mas. Vidcall aku ya." Mbak-mbak itu mengedipkan sebelah matanya genit.

Sedangkan Raga yang diperlakukan seperti itu hanya menyengir kikuk, lalu dengan segera meninggalkan tempat printing dengan menenteng lembaran-lembaran yang sudah dijilid rapi di tangannya.

Akhir-akhir ini Raga disibukkan oleh tugas-tugas dari sekolah. Seperti membuat berbagai makalah, kliping, dan tugas keterampilan ataupun pengetahuan lainnya.

Seperti sekarang, Raga baru saja selesai ngeprint sekaligus menjilid tugas.

Karena kesibukan masing-masing, Raga jarang mengobrol dengan Maryam. Mungkin hanya bertegur sapa saja.

Maryam yang sibuk dengan tugas sekolah, ditambah lagi dengan tugas-tugasnya sebagai pengurus OSIS. Membuat keduanya jarang berkomunikasi.

Drrtt drrtt

Menghela napas jengah, Raga merogoh saku celananya untuk mengambil handphone yang entah sudah berapa kali bergetar dan berdering hari ini.

Tanpa melihat pun Raga sudah tahu siapa yang berulang kali mengirimkannya pesan, bahkan mengirim penggilan suara atau panggilan video.

Ya, siapa lagi kalau bukan para gadis yang bahkan Raga tak hafal semuanya. "Kenapa juga gue gak pasang mode silent, ck."

+62970XXXXXX
Kak Raga, Save nomor aku ya. Teri adek kelas kakak ehe

Raga menghela napas berat, sudah ia duga. Setiap harinya selalu saja ada orang tak dikenal yang memintanya untuk meng-save nomor.

Raga kembali men-scroll ke bawah pesan-pesan yang baru saja masuk. Dahi Raga berkerut ketika melihat ada satu pesan dari roomchat grup yang beranggotakan dirinya, Diyas, Radit, dan Firman.

Grup: Pokok'e Losssss

Firman
Kumpulan di basecamp sekarang, Ndan. Gue lagi berduka

Kerutan di dahi Raga semakin terlihat jelas. "Gak biasanya Firman gini? Kenapa ya?"

Raga segera tancap gas meninggalkan area sekitar tempat printing menuju basecamp.

🔸📍🔸

Raga menghentikan motornya tepat di sebuah bangunan yang merupakan bekas sebuah pabrik kecil-kecilan. Basecamp yang menjadi tempat berkumpul Raga dkk ini merupakan bekas pabrik milik ayahnya Radit.

Dia MaryamWhere stories live. Discover now