BAB 73

18K 1.8K 5.3K
                                    

Di mohon untuk memberikan vote terlebih dahulu agar tidak kelupaan sebagai bentuk apresiasi kalian untuk cerita ini

Spam emot '🤍' disini->

❗️Chap selanjutnya akan di up jika komen mencapai 5k❗️

Votenya jangan berkurang ya😻

Play the mulmed: 🎵Boys like you (acoustic)- Anna Clendening

Play the mulmed: 🎵Boys like you (acoustic)- Anna Clendening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•AUTHOR POV•

ORANG yang berada di hadapannya kini benar-benar membuat jantungnya seakan ingin mencelos keluar saja. Situasi dimana membuat dirinya sangat kaku dan tidak dapat berkutik apapun.

Trauma itu muncul dengan sendirinya. Perlakuan kasar seseorang tentunya sadar tidak sadar akan tersimpan rapi di dalam memori kita.

Arsyilla benci situasi dimana dia merasakan kecanggungan luar biasa. Salah satu sisi dalam dirinya seakan memaksanya untuk pergi dari tempat itu.

Di sisi lain, tampaknya penjelasan dari orang di depannya sangat di butuhkannya sekarang.

"Kenapa?" tanya Arsyilla tanpa basa-basi.

Terdengar tidak sopan namun Arsyilla melakukannya demi menyingkat waktunya bersama Damar saat ini.

Ayahnya itulah pelaku dari keributan yang mengganggunya bahkan membuatnya berpikiran macam-macam tadi.

"Maafin papi." Damar memandang sendu putrinya. Perasaan bersalah hingga menobatkan dirinya sendiri sebagai pendosa sudah muncul di dalam dirinya.

Perkataan Radith tempo hari menjadi tamparan kuat baginya. Selama ini Damar sudah menyia-nyiakan keluarganya sendiri. Kala ajal menjemput istrinya pun ia tidak ada di samping Diana.

Arsyilla sudah membantunya sampai ke titik ini. Dimana segala harta yang ia miliki tak ada gunanya saat mendengar nada suara putri satu-satunya terdengar dingin.

"Buat apa lagi? Ini udah kedua kali papi muncul tiba-tiba kayak gini," balas Arsyilla dingin.

Damar menggeleng berusaha menggapai tangan Arsyilla yang segera di tepis oleh gadis itu. "Maafin papi, Syill. Papi salah, Nak. Papi udah nyia-nyiain kamu sama mami kamu," lirihnya.

Sesak rasanya. Rongga dada Arsyilla terasa sangat penuh. Tangisannya sengaja di tahan terlebih dahulu hingga pada waktu yang tepat akan ia keluarkan. "Buat apa minta maaf kalau nyatanya semua udah berakhir, Pi?" tanya Arsyilla pelan.

KETOS (SUDAH DITERBITKAN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang