BAB 79

20.2K 1.9K 10.5K
                                    

Di mohon untuk memberikan vote terlebih dahulu agar tidak kelupaan sebagai bentuk apresiasi kalian untuk cerita ini

Spam pakai emot '🖤' sebanyak banyaknya disini->

❗️Chap selanjutnya akan di up jika Komen mencapai 10k dan 1k komen❗️

TEMBUSKAN TARGETNYA SECEPATNYAA KALAU GAK MAU TERNGIANG-NGIANG🤙🏻😎

YANG BIASANYA SIDER AYO NONGOL MERAMAIKAN LAPAK INI!💘🥰

Absen kalian lagi ngapain pas baca chap ini▶️

Play the mulmed: 🎵Dia-Sammy Simorangkir

Play the mulmed: 🎵Dia-Sammy Simorangkir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•AUTHOR POV•

PERTARUNGAN sepertinya sudah menjadi sesuatu yang wajar dilakukan seorang Abizar Genandra. Tawuran ataupun perkelahian antar geng motor sudah pernah ia lalui dahulu. Masa mudanya penuh dengan suka duka menjadi ketua geng motor pada zamannya.

Darah itu mengalir kepada putranya. Radith kini berperan sebagai penerus hobinya dahulu. Tak lagi bergabung dalam geng motor apapun atau pertarungan apapun, Abizar tetaplah Abizar yang akan siap siaga jika ada perlawanan.

Panggilan pertolongan dari putranya beberapa menit yang lalu berhasil mengantarkan dirinya pada gedung tinggi yang di penuhi banyak kendaraan di depannya.

Abizar berjalan mantap memasuki perusahaan besar itu yang disambut pandangan takjub dari beberapa pegawai yang di lewatinya.

Siapa yang tak mengenal seorang Abizar Genandra? Pemilik perusahaan raksasa berlabel Genandra yang seluruh keluarganya selalu tersorot media.

Seringnya ia berkunjung ke tempat tersebut untuk urusan bisnis, Abizar tak ragu berjalan menuju satu ruangan yang menjadi tujuan utamanya saat ini.

"Abizar?"

Pertanyaan yang pertama kali menyambut Abizar kala ia membuka pintu ruangan tersebut. Kepalanya mengangguk tegas. "Putrimu dalam bahaya, Dam," ucapnya tak mau berbelit-belit.

Damar menajamkan matanya. "Candaanmu sangat buruk, Zar," decaknya kesal.

"Berikan nomor wanita simpananmu itu. Siapa namanya? Liana? Cepat kirimkan ke WhatsApp saya!" titah Abizar terdengar tak mau di bantah.

Damar mengernyitkan keningnya kebingungan. Ia sama sekali belum mengerti dengan situasi ini. Abizar yang datang secara tiba-tiba dan langsung mengatakan jika putrinya dalam bahaya. Terlebih lagi lelaki di depannya itu meminta nomor Liana.

KETOS (SUDAH DITERBITKAN) Where stories live. Discover now