BAB 35

22.2K 1.8K 668
                                    

Di mohon untuk memberikan vote terlebih dahulu agar tidak kelupaan sebagai bentuk apresiasi kalian untuk cerita ini

Di mohon untuk memberikan vote terlebih dahulu agar tidak kelupaan sebagai bentuk apresiasi kalian untuk cerita ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•ARSYILLA POV•

TUGAS yang banyaknya nauzubillah seketika bikin kepala gue puyeng. Belum ada satu pun yang gue sentuh. Ngeliat soal-soalnya aja bikin mual mendadak.

Apa jangan-jangan gue phobia sama tugas?

Kayaknya gue makin sinting gara-gara tugas. Gue malah ngehalu kalau tugas-tugas gue mendadak siap gitu aja. Ini nih yang disebut stress level max.

Nah! Gue punya jalan keluar! Radith kan ada. Kenapa harus repot-repot mikir?

Gue langsung keluar dari kamar terus ngetuk pintu kamar Radith agak brutal. Mungkin abis ini Radith bakal marah-marah ke gue. Pintu kamar Radith kebuka nampilin dia yang lagi masang ekspresi datar kayak biasanya. "Kenapa?" tanya Radith.

Gue gak jawab pertanyaan Radith dan langsung masuk aja ke kamarnya.

"Tau sopan santun kan?" sarkas Radith.

Gue ngangkat bahu acuh. "Bodo amat sayang," balas gue santai.

Radith ngelipat tangannya di dada sambil mandang ke arah gue. "Urusan lo apa disini?"

Langsung ke tujuan, gue nunjuk ke arah buku-buku tugas gue. "Bantuin aku dong, Dith," melas gue.

"Nggak," jawab Radith cepat.

"Kamu kan pinter. Masa gak mau bantuin aku sih?" tanya gue gak terima sama jawaban dia.

"Gue bilang gak tetap gak, Rembulan Arsyilla!" bentaknya.

Gue kaget denger dia yang ngebentak gue kayak gini. Emangnya salah ya minta tolong doang? Gue tau dia pinter makanya gue minta tolong ke dia.

"K-kok kamu gitu sih?!" Gue terpancing emosi ngomong sama Radith sampai gak nyadar kita sama-sama pakai nada tinggi.

Dahi Radith berkerut. Dia langsung nunjuk pintu kamarnya yang masih kebuka. "Keluar!" bentak Radith.

Gak! Gue gak bakal mau keluar. Gue ngalihin padangan ke arah lain. Radith tiba-tiba narik pergelangan gue kuat banget. Dia nyeret gue keluar. Gue yakin banget sekarang cengkraman dia udah membekas di tangan gue. Gak sampai disitu, Radith ngelempar semua buku gue sampai berserakan di lantai.

Spechlees. Gue gak nyangka Radith bisa sekasar ini.

"Punya kuping kan? Kalau gue bilang keluar ya keluar. Risiko nya ini!" Radith ngebanting pintu kamarnya kuat.

Gue? Cuman bisa nunduk merhatiin semua buku gue yang berserakan. Apa gue salah cuman minta tolong ke dia?

Sekuat tenaga gue nahan air mata gue. Gue gak boleh cengeng. Tapi tetep aja air mata gue keluar gitu aja. Gue jongkok sambil ngutipin semua buku.

KETOS (SUDAH DITERBITKAN) Where stories live. Discover now