Bangsawan Tua

87 12 0
                                    

Bai Ziyoung serta Ying Rourou masuk serta ke dalam kereta kuda milik nenek tua yang tempo masa usai membelinya dari penangkar budak. Tiadalah patah kata yang menghiasi dinding udara ruangan sempit kereta itu. Sunyi lalu hening. Sang nenek? Dia masih memejamkan mata: berdoa dalam gerakan bibir tanpa lantunan.

Situasi itu terasa familier baginya. Benaknya bekerja untuk mengingat beberapa masa ketika dirinya dibeli oleh Mu Lianshuang di sebuah pasar di perbatasan Kerajaan Bai Selatan dengan Kerajaan Feng Utara. 

"Adakah sesuatu akal yang mengusikmu, Nona?" Sang Nenek Bangsawan mulai mengeluarkan suara. Tanpa sekalipun ia membuka matanya yang terpejam selalu.

Kedua nona saling berpandangan berusaha menangkap pertanyaan dari sang Nenek.

Bangsawan tua itu lalu juga mulai berangsur-angsur membuka kelopak matanya hanya untuk menampakkan mata yang tak lagi jernih itu. "Adalah kamu, Nak." Nenek menatap Ziyoung sebagai jawaban atas pertanyaan kedua nona.

"Mengapa Anda membeli kami, Nyonya Tua?"

Sang Nenek hanya dapat tersenyum, juga kemudian berlalulah dia berjawab, "Mungkin bisa sebab sedikit takdir, mungkin juga bisa disebut bagian dari rencana."

Bai Ziyoung terdiam sejenak, berpikir. "Maksud Anda 'bagian dari rencana' apa? Apakah ada seseorang yang merencanakan ini terjadi?"

Bangsawan tua alih-alih menjawab, melainkan tersenyum kembali sambil menatap tubuh Ziyoung dari puncak kepala hingga ujung kaki. Gadis itu tak dapat untuk tak merasa nyaman.

"Dilihat dari manapun, kamu gadis yang biasa. Tetapi kamu memiliki pemikiran yang tidak biasa. Siapa namamu, Nak?" 

"Lu Yi Fei, Nyonya."

"Lu Yi Fei? Perjalanan jauh menapak tanah, siulan bebas terbang bersama angin. Sebuah kebebasan? Nama yang cukup menarik."

"Mendiang Tuan Mu yang telah membagikan nama itu kepada hamba, Nyonya."

"Mu Lianshuang? Bila berlalu begitu, lantas maknanya kamu tiada punya nama sebelumnya? Atau kau lupa dengan namamu? Ataukah ... kamu mencoba menyembunyikan nama aslimu?"

Bai Ziyoung tiada bisa tak terkejut menatap nenek itu. Dia berpikir, nenek itu bukan seorang bangsawan biasa. Seperti tak dapat dia berpikir hingga menjawabnya, berlalulah dia dengan pertanyaan lain. "Berapa tael Anda membeli kami berdua, Nyonya?"

"Kamu belum juga sampai menjawab pertanyaanku barusan. Hm?"

"Wo-Saya pernah hilang ingatan dulu. Begitulah saya melupakan nama saya."

"Hilang ingatan?" Celetuk Rourou. "Bukannya dulu kamu pernah bilang padaku jika kampung halamanmu di perbatasan Kerajaan Bai Selatan?"

Dan lagi, Ziyoung tergugup hingga berdeham untuk bersiap menjawab. "Zhe ... Itu, ketika saya telah ingat sebagian kecil memori saya."

"Lalu bila kau sudah ingat, siapa namamu yang sebenarnya?"

Pertanyaan nenek itu kali ini sungguh telah mematikutukan Ziyoung. Dia memutar bola matanya ke seluruh arah demi menjawab pertanyaannya. Sesaat sebuah angin berembus di luar, menyibakkan sebagian tirai jendela kereta di seberangnya. Serta terlalu kebetulan, dia melihat sebuah gerai teh di sana, hingga dapatlah dia menjawab.

"Nama asli saya ialah Cha Zirou."

"Eihh... Rupanya nama parsialmu sama dengan milikku." Rourou tertawa lirih.

Rourou tidak taulah dia jika Ziyoung memang memakai parsial namanya demi menyelamatkan hidupnya.

"Nyonya, Anda juga belumlah menjawab dua pertanyaan hamba."

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskWhere stories live. Discover now