Keluarga Mu

212 27 2
                                    

Seorang pria paruh baya membeli Bai Zi Young dari seorang saudagar. Setelah tawar menawar, mereka bersepakat. Terjuallah Bai Zi Young pada seorang pria yang tak dikenalnya.

"Hey kau.! Keluar sini.!" Panggil sang saudagar pada Bai Zi Young.

Ia yang baru saja mengalahkan keangkuhan wanita gemuk itu diperintah untuk keluar dari kurungan. Semua pasang mata para budak terkesima menatapnya.

"Luar biasa. Belum ada satu hari ia sudah terjual. Memang yang berkualitaslah yang pantas menang." Celetuk seorang budak lelaki yang membuat wanita itu geram.

"Benar, rupa memang tidak dapat dibohongi.!" Setuju yang lain.

"Kini dia milik tuanku. Silakan," saudagar itu menyerahkan Bai Zi Young setelah ia menerima imbalannya.

Hati Bai Zi Young kian resah, nasib apalagi yang akan menimpanya. Diikatlah lehernya seutas tali, dan digiringnya bagai domba peliharaannya.

Pria kaya itu menaiki kereta kuda dengan berjajar beberapa pengawal di belakangnya. Bai Zi Young yang tiada tahu keadaannya hanya membayangkan nasib tragisnya kelak. Mungkin ia akan dibunuh oleh pria itu, atau mungkin lebih buruk..? Ia menggigit bibir bawahnya.

"Tiada perlu takut, Nona. Akan kujadikan dirimu pelayan di kediamanku. Dan aku akan membayarmu atas pekerjaanmu." Pria dalam kereta itu berucap.

"Berapa tael Anda membeli patik, Tuan..?" Tanya Bai Zi Young kemudian.

"Seribu tael." Mata Bai Zi Young melotot seketika.

"Bagi seorang budak, bukankah itu terlalu mahal, Tuanku..?"

"Tidak untuk budak yang cerdas. Aku melihat kepandaianmu berucap dan mengelak serangan. Kukira, kaupantas menjadi pelayan sekaligus pengawal untuk putri tunggalku."

"Terima kasih sudah membeli hamba, Tuan."

"Siapa namamu, Gadis Muda..? Bajumu yang compang camping dan lenganmu yang terluka itu, bolehkah kutahu sebabnya..?"

Bai Zi Young berdiam diri hanya tuk memikirkan alasan apa yang patut digunakannya. Karena ia tak mungkin menyebutkan marganya 'Bai' yang hanya digunakan untuk keluarga Kerajaan Bai. Pikirannya tengah kacau, ia tak larat berpikir. Ia memejamkan matanya.

"Kau tak punya nama..? Baiklah, kalau begitu agar mudah kami memanggilmu, akan kuberi kaunama. Agaknya, nama apa yang pantas untuk dirimu, ya..?" Pria itu mengelus dagunya yang berhiaskan janggot tipis sepanjang ibu jari.

"Aah... Bagaimana kalau namamu adalah Lu Yi Fei..? Padanan kata yang lumayan bagus untuk seorang budak sepertimu. 'Yi' artinya satu dan 'fei' artinya terbang, bila digabung artinya adalah kebebasan. Benar, bukan..? Kausuka..?"

"Saya menyukainya, Tuan. Terima kasih." Jawab Bai Zi Young yang kini berubah menjadi Lu Yi Fei. "Tentang luka ini... Hanya suatu kecelakaan biasa." Jawabnya dusta.

Hari kian sore, matahari kian berangsur ke peraduannya. Ia sudah berjalan jauh dari kerajaannya. Di mana ia berada pun ia tak tahu. Suatu kota yang sangat besar dan ramai dibanding kerajaannya.

"Kita sudah sampai." Mereka berhenti di sebuah wisma besar. Pria itu turun dari kereta kuda dan mulai melangkah masuk.

Lu Yi Fei menatap hampa pada sebuah papan kayu bertuliskan 'Kediaman Menteri Luar Negeri Mu'. Pandangannya buyar ketika sebuah suara jeritan memekakkan telinga.

Seorang gadis muda yang hanya setahun dua tahun lebih tua darinya berlari menghampiri lelaki itu. Ceria wajahnya berbanding terbalik dengan Lu Yi Fei.

"Siapa gerangan yang ayahanda bawa..?" Tanya gadis itu.

"Tuanku sudah tiba rupanya." Seorang wanita seumuran pria itu pun keluar dari wismanya. Tergopoh-gopoh dengan membawa sebuah kipas. "Anda pasti lelah, biarkan aku melayanimu, Tuan." Ia mengipasinya.

Tatapan wanita itu beralih pada Lu Yi Fei. Tatapan sinis nan mematikan. "Siapa dia, Tuanku..? Rupanya yang amburadul itu amat tak sedap dipandang mata."

"Izinkan kita bercakap di dalam. Letih sungguh diriku di perjalanan, apalagi bagi gadis itu yang hanya berjalan kaki dari kerajaan seberang."

'Rupanya lelaki itu si Menteri Luar Negeri Mu..? Kerajaan seberang..? Artinya... Wilayah ini ialah Kerajaan Feng Utara..?!' Batin Lu Yi Fei.

Setelah ia dipersilakan beristirahat, Menteri Luar Negeri Mu menjelaskan mula ia bertemu dengan Bai Zi Young hingga diberikannya nama Lu Yi Fei.

"Lu Yi Fei, dia putri tunggalku yang 'kan menjadi nonamu nanti. Mu Ling Qu namanya. Qu'er, dialah pelayan sekaligus pengawal bagimu. Lu Yi Fei namanya."

Wanita itu tersenyum pada Lu Yi Fei. Jelas kentara senyum yang amat dipaksakan dan tatapan penuh kebencian itu tertuju padanya. Namun, Bai Zi Young tidak menanggapinya dan mengalihkan pandangannya.

Bayangan-bayangan kelam mulai menyeruak dalam benaknya. Sungguh, sebuah dendam memutarbalikkan hati dan perasaan. Hari-hari Bai Zi Young yang ia habiskan dalam canda dan tawa, lenyap seketika dan menghadirkan sosok lain dalam dirinya. Sosok yang begitu dingin, gelap, dan penuh dendam. Wajah lelaki itu, akan ia ingat selalu. Pembunuh saudaranya, sekaligus pembunuh orang tuanya.

'Baiklah, untuk sementara ku 'kan lakukan perintahmu, Menteri Agung. Karena aku pun butuh waktu untuk menyiasati masalah ini. Bersanding dengan istri dan anakmu yang penuh kebencian terhadapku, akan kuladeni. Tenang saja.' Ucapnya membatin.

"Sungguh hadiah yang luar biasa, Ayah. Qu'er mengaguminya."

"Perlakukan dia selayaknya manusia. Aku sungguh tiada mau menerima protes dari pelayan pribadimu lagi atas kelakuan burukmu."

"Tuanku tenang saja, Qu'er tak 'kan melakukan tindakan salah untuk kesekian kalinya. Benar, Qu'er..?" Wanita Mu mulai berdalih.

"Ibu benar. Ayah percayakan saja padaku." Senangnya hati Mu Ling Qu mendapat boneka baru yang bisa ia permainkan dari ayahnya.

Dua tatapan dingin tajam sekaligus menyerang mata Bai Zi Young. Namun, ia hanya menyahutinya sekejap lalu beralih pada sebuah guci kuno.

"Lu Yi Fei, bisakah kaumulai bekerja untuk nona mudamu ini..?"

"Segera saya laksanakan. Apa yang nona inginkan..?"

"Bisa tolong ambilkan seember air untukku..?"

Bai Zi Young terdiam. Lengannya yang bahkan belum diobati diperintah untuk mengambil benda berat.

"Qu'er, tidakkah kaulihat kedua lengan Lu Yi Fei terluka..? Aku bahkan belum memanggilkan tabib untuknya. Biarkan dia istirahat sehari lalu bekerja untukmu esok pagi."

"Tapi, ayah... Bukankah sudah menjadi tugas seorang budak untuk melayani nonanya..?"

"Benar, Tuanku. Lagi pun Anda sudah menyerahkan budak itu pada Qu'er. Jadi biarkan Qu'er yang merawatnya." Bela Wanita Mu.

"Bukankah eloknya seorang pekerja dibiarkan istirahat sehari sebelum memulainya..?" Celetuk Bai Zi Young. "Maafkan saya memotong ucapan."

"Benar. Dia benar. Kuberikan sehari waktu luang untuk terapinya, setelah itu baru boleh bekerja." Titah Menteri Mu.

Menteri Luar Negeri yang termasuk Lima Menteri Agung Negara itu hanya mengurus antar hubungan negara. Dan dia terkadang kurang bermain akal selayaknya dalam hukum kerajaan. Maka darinya, Menteri Mu kurang cakap memberi solusi masalah itu. Bai Zi Young pun turut andil dalam mencerahkan pikirannya.

"Siarkan tabib menuju kediaman Mu sekarang." Perintahnya pada seorang pelayan di wismanya.

Walau Menteri Mu terlihat baik, Bai Zi Young tetap harus waspada. Ia tak mau mati konyol hanya dalam genggaman bangsawan Mu itu. Ia ingin membayar jasa Shuo Lin dan keluarganya yang sudah berada di alam baka.

Bahkan didetik akhir kehidupan mereka, ia tak sempat melihat wajah keluarga tercintanya walau hanya sekali. Ia begitu merindukan mereka. Andai bila waktu dapat berputar, ia pasti 'kan melindunginya sekuat tenaga.

Sang tabib pun telah tiba di kediaman Mu. Diperiksalah Bai Zi Young hingga dikeluarkanlah mata panah yang terselip di lengannya. Rasa bencinya pada si pembunuh mematikan rasa sakit dan perihnya tikaman panah dan pedang di lengannya. Tatapan yang begitu dingin itu, justru menjadi daya tarik tersendiri.

Gadis ceria nan elok berseri, Bai Zi Young, kini beralih menjadi gadis dingin nan elok rupawan Lu Yi Fei.

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskWhere stories live. Discover now