Prolog

865 45 2
                                    

"Tidaakkk.!!" Terburu seorang gadis terbangun dan terduduk sambil terengah dengan peluh keringat bercucuran dari jidat dan seluruh tubuhnya.

"Putri—" seorang gadis bergaun kuning pastel yang tanpa izin memasuki ruang kamar paviliun JinLin dengan tergesa-gesa, membuat pintu kamar bersuara nyaring membisingkan telinga. "Hal gerangan apa yang membuat anda berteriak tak tertolong begitu..?"

"Shuo Lin... Aku... Aku memimpikan mimpi yang sama seperti sebelumnya lagi berulang acap kali kupejamkan mata. Begitu mengerikan bahkan seekor kambing pun akan meringkuk ketakutan menyaksikannya."

Pelayan itu seketika menyambar kain dan mengelap kepala nonanya yang dipenuhi keringat dingin. "Bolehkah pelayan ini mengetahui cerita mimpi anda, Putri..?"

Dengan sedikit malas dan takut, Bai Zi Young kembali mengingat jalan cerita di mimpinya lalu berdongeng. "Terdapat sebuah istana. Di dalamnya hanya berisikan kepulan awan hitam dengan berkilatan cahaya putih menyambar di atas singgasana raja. Kepulan awan hitam itu lalu mengundang angin barat dan menerbangkan semua yang ada. Setelah luas menyapuratakan seluruh balai istana, angin itu mulai mereda, menyisakan keporakporandaan keadaan sekitar. Aku takut, Shuo Lin. Bagaimana kalau mimpi yang kumimpikan ini merupakan sebuah tanda yang tak menggembirakan..? Bagaimana kalau kalau sebuah petaka datang menghampiri tak berperasaan..? Bagaimana kalau—"

"Putri, itu hanya mimpi. Dan mimpi adalah bunga tidur. Tak seharusnya anda merisaukan mimpi yang membuat anda gelagapan begitu." Dengan nada menenangkan, Shuo Lin berucap memberikan kepercayaan pada nonanya agar menjauhkan pikiran buruk itu. Walau Shuo Lin juga mengerti kecemasan yang dialami nonanya, dia tetap berlaku tenang dan kalem.

"Benarkah, Shuo Lin..? Namun aku—"

"Putri mungkin hanya kelelahan karena seharian penuh mengerjakan ini dan itu mempersiapkan acara penobatan pangeran menjadi putra mahkota besok. Sebaiknya putri kembali melanjutkan istirahat, karena Yang Mulia ingin anda tampil cantik besok." Cekikikan jahil Shuo Lin membuat Bai Zi Young tersenyum.

"Kamu itu, ya." Bai Zi Young mencubit pipi Shuo Lin yang kemudian mengerang kesakitan.

Setelah membantu nonanya kembali berbaring dan meninggikan selimutnya, dia berlalu pergi meninggalkan suara berderit pintu kamar yang sedikit membuat perut geli.

Walaupun pelayannya mengucapkan kata penenang baginya, Bai Zi Young tetap masih meninggalkan rasa takut dan cemas dalam batin terdalamnya. "Akankah hari esok berjalan baik-baik saja..? Semoga begitu, kuharap begitu..."

Bai Zi Young menyipitkan matanya kemudian terpejam kembali. Hari masih gelap, lentera rembulan masih setia menyinari langit malam. Kini tinggal menunggu hari esok tiba, dan semua akan tahu bagaimana alur ceritanya. Semoga baik-baik saja. Semua berharap demikian.

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskWhere stories live. Discover now