Melarikan Diri (1)

121 20 1
                                    

"Jadi, dari semua yang ayahanda katakan, kesimpulannya adalah pengasingan kepada semua pelayan kediaman menteri termasuk Nona Mu itu sendiri..?" Tanya Putra Mahkota, Feng Jiu Dou memastikan.

Raja Feng Fei Ru mengangguk mantap menjawab pertanyaan Putra Mahkota.

"Tapi, Ayah. Mereka tidak bersalah. Para pelayan itu bahkan tidak tahu-menahu soal kasus ini. Mohon ayah tarik kembali perintah itu." Seru Feng Gu Ren menyanggah.

"Tidak bisa.!" Pangeran kedua, Feng Yu Ming menyela. "Ayah telah memutuskan. Lagi pun salah tidak salah, mereka tetap berada di pihak narapidana. Bagaimana kalau-kalau mereka berkhianat dan balas dendam pada kita yang telah menyelamatkannya..? Apakah adik mau mempertanggungjawabkannya..?" Feng Gu Ren tak ingin berdebat dengan kakaknya di depan ayahnya dalam suasana runyam seperti itu. Ia pun hanya bisa diam. "Adik tak bisa menjawabnya, bukan..?" Mendengar itu Gu Ren mencoba untuk menahan dirinya yang telah mulai geram. Satu tangannya telah terkepal dan rahangnya sudah mengeras.

"Cukup.! Pertengkaran kalian hanya menambah pusing saja." Feng Fei Ru mulai beranjak hendak meninggalkan aula rapat. Namun, seorang jenderal perang lari tergopoh-gopoh menghentikan langkahnya.

"Yang Mulia.! Kabar buruk, Yang Mulia.!" Jenderal itu sujud di hadapan rajanya.

"Apakah yang tengah melanda dirimu hingga kaulari tergesa, wahai Jenderal Cao?!" tanya Raja Feng kembali duduk di singgasananya.

"Ampun, Yang Mulia. Kerajaan Tang telah menyatakan perang dan kabar buruk lainnya adalah... Bahwa Nona Mu dan pengawal wanitanya sedang berada di dalam kerajaan itu, Yang Mulia." Jabarnya.

"Apa.?!" Sang raja terkejut bukan main. Begitu pun halnya dengan para pangeran. "Apa itu di tanganmu.?!"

"I—ini adalah surat peperangan hidup dan mati dari Kaisar Kerajaan Tang, Yang Mulia." Jenderal Cao itu menyerahkan gulungan di ganggamannya kepada kepala kasim dan menyerahkannya pada raja.

Raja Feng membuka gulungan itu lalu membacanya. Raut wajahnya mulai masam, kemudian.

Braakk.! "Kurang ajar.! Dasar raja tak tak punya hati! Beraninya dia mengungkit masa lalu tanpa merasa bersalah sedikit pun! Baiklah, jika itu kemauannya. Siapkan 30000 pasukan di perbatasan Utara dan Selatan, lalu 20.000 sisanya di perbatasan Timur dan Barat. Kita hanya perlu perketat keamanan, jika sungguh mereka mau melawan, maka kita tinggal melawan. Laksanakan!" ucap Feng Fei Ru kepada prajuritnya yang langsung dipatuhinya.

"Baik, Yang Mulia." Jenderal Cao pun pergi.

"Dan untuk dua gadis itu... Karena mereka adalah rakyatku, maka takkan kubiarkan mereka mati di tangan kerajaan arogan itu. Pengawal.! Sampaikan perintahku pada Kepala Prajurit Bao untuk membawa Nona Mu dan pelayannya ke dalam kawasan hijau dengan masih hidup.!"

"Baik, Yang Mulia.!"

***

Suara bedug dan gong bergema. Menandakan eksekusi dimulaikan. Tuan dan Nyonya Mu digiringnya menuju lapangan. Mereka berjalan gontai dan linglung seakan telah menerima nasib mereka yang tragis. Langkah mereka mulai mengarah ke atas panggung Guang Xin yang telah berdiri megah sebuah pemenggal kayu dengan sebuah pisau besar dan berat di atasnya. Banyak corak darah yang telah mengering di sana-sini membuat merinding siapa pun yang melihatnya. Dan kini, giliran pasangan itu yang merasakannya.

"Lepas, Yi Fei.!!" Mu Ling Qu meronta minta dilepaskan.

"Tidak.! Akan sangat bahaya jika nona pergi ke sana.! Lebih baik kita pergi dan memikirkan bagaimana agar kita dapat membalaskan dendam kita pada mereka. Nona..."

Hening sekejap. Lalu terdengar suara rintihan pilu dari Ling Qu. Yi Fei yang kebingungan hanya dapat mengelus bahu nonanya.

"Apakah kaubisa menangis, Yi Fei..?"

"Apa..? Euh... Itu..." Yi Fei hanya dapat diam tak menjawab. Ia tak mau menunjukkan sisi lemahnya di hadapan orang lain.

"Tak apa, aku tak memaksa. Aku yakin kaupasti bisa menangis bahkan tersenyum. Yi Fei... Aku hanya ingin bertanya satu pertanyaan yang sangat ingin kutanyakan padamu. Mengapa... Mengapa orang tuaku harus dieksekusi di kerajaan lain.?! Kenapa tidak di kerajaan kita saja.?! Kenapa, Yi Fei, KENAPA.?!" Tangisnya semakin deras dan tak terkendali.

"Euh... Itu karena... Yang merasa dirugikan adalah Kaisar Kerajaan Tang, maka yang menentukan hidup dan mati orang tersebut adalah beliau." Jawab Yi Fei dengan tenang.

"Jadi begitu rupanya..." Ling Qu menundukkan kepalanya lesu.

Toeeeeeett.!!
Suara terompet besar telah berbunyi panjang, yang artinya adalah—

Gubrakk.!
"Mereka telah mati..." Ling Qu terjatuh bersimpuh.

"No—nona..." Yi Fei turut merasakan sedih dan pilu melihat nonanya demikian. Ling Qu bahkan sudah tak bisa untuk mengalirkan air matanya keluar. Cekikikan tawanyalah yang berhasil menghiasi dukanya sekarang.

"Ada di sana.! Cepat tangkap anak narapidana itu.!" Keberadaan Yi Fei dan Ling Qu berhasil dikatahui oleh prajurit kerajaan Tang. Mereka lalu bergerombol hendak menangkap dua gadis itu di sana.

"Nona, mereka kemari. Ayo kita pergi, Nona." Ucap Yi Fei pada nonanya. Namun, Ling Qu masih terpaku sambil tertawa cekikikan tetap bergeming.

"Hihihahaha..."

"Nona, mereka semakin dekat. Ayo nona kita segera lari dari sini. Anda tak mau tertangkap mereka lalu membuat pengorbanan orang tua Anda sia-sia, 'kan..?" Ucap Yi Fei sambil sedikit menarik lengan nonanya. Ling Qu tersadar. Tawanya mulai mereda. Pandangannya menatap lurus pada para prajurit yang kini berada tepat di depannya itu.

"Kita lari, Yi Fei.!" Ling Qu menarik tangan pengawalnya ke belakang.

"Eits. Kalian mau kemana..? Kalian sudah terkepung, tak bisa lari kemana-mana lagi." Ucap salah seorang dari prajurit itu.

Kedua gadis itu benar-benar berada di tengah lingkaran para prajurit kerajaan Tang. Mereka tak bisa berkutik apa-apa.

"Saya akan menyerang yang belakang, maka sampai kepungan ini terbuka, nona berlari menjauh." Ujar Yi Fei memberi petunjuk.

"Lalu bagaimana denganmu..?"

"Kita bertemu di rumah bordil paling ujung Tenggara." Bisikan Yi Fei mendapat anggukan tipis dari Ling Qu.

Syiingg.! Lu Yi Fei mulai mengeluarkan pedang wasiat yang diberikan tuannya dari sarungnya. "Hiyaa.!" Bai Zi Young mulai beraksi. Ia mulai mengibaskan pedang tajamnya ke arah prajurit di balakangmya. Seakan seringan bulu, ia pun melakukan akrobatik dengan terbang dan jungkir balik tanpa masalah. Barisan belakang mulai terbuka, Ling Qu mulai berlari kencang menyelamatkan dirinya yang tak bisa membela diri. Bagusnya, semua mata prajurit itu hanya mengarah ke arahnya saja, sehingga tak ada satu pun yang menyadari bahwa Mu Ling Qu telah melarilan diri.

Ciiing ciingg crash...
Tandas. Mereka telah dihabisi sekejap mata oleh seorang perempuan. Darah mereka terciprat kemana-mana bahkan hingga ke wajah putih mulusnya itu. Merasa risih, ia pun mengelap cipratan darah itu menggunakan tangannya.

Tak ingin membuang waktu, Yi Fei mulai berlari menyusul nonanya yang telah lebih dulu pergi ke rumah bordil ujung Tenggara. Ia pun tak ingin sesuatu terjadi kepada putri satu-satunya Tuan dan Nyonya Mu.

Dengan memacu kuda miliknya, ia dapat tiba di tempat itu dengan lebih cepat. Yi Fei turun dan mulai mencari sosok Ling Qu di sana.

"Nona... Nona ini saya. Nona ada di dalam..?" Tak ada jawaban apa pun dari rumah bordil tua itu, Yi Fei pun mencoba membukanya. Namun apa yang didapatkannya.?!

"Yi Fei.!" Sebilah pisau telah tersemat indah di leher Ling Qu oleh seorang pria bercadar hitam yang tak dikenalinya.

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskWhere stories live. Discover now