Tahanan

119 21 1
                                    

Seseorang mengintip di sebalik dinding rumah warga. Dia mengamati suatu kejadian dimana Mu Lian Shuang dan Zhang Ji Lin disergap oleh prajurit istana. Mereka dituduh telah memalsukan dekrit kekaisaran. Di sana dinyatakan bahwasannya Kaisar Junlv* (Kaisar Kerajaan Tang), 
*Dibaca: Kaisar Junlü (Bernama asli: Tang Kuilun)

hendak mengirimkan putri bungsu kesayangannya, Tang Sanqiu untuk aliansi pernikahan. Tuduhan itu dikuatkan oleh adanya bukti nyata berupa duplikat stempel kerajaan dan gulungan dekrit itu sendiri.

Tuan dan Nyonya Mu seketika mengalami kalang kabut. Bagaikan pepatah menyiratkan, "sudah jatuh tertimpa tangga pula." Pasrah, mereka pun menurut tuk diaraknya menuju tahanan istana. Seseorang yang mematai itu juga ikut lenyap bagai dihempas angin. Segera ia sampaikan pada atasannya.

Masuklah ia ke dalam rumah agak tua di pinggiran hutan. Dihadapkannyalah tubuh ia yang berpakaian selayaknya rakyat awam biasa pada seorang pemuda yang memangku kakinya di meja.

"Lapor, Tuan. Tuan dan Nyonya Mu telah digiringnya menuju penjara oleh pasukan militer istana." Ucapnya.

Seperti mendapat udara segar dan harum, pemuda itu mengambil napas dalam-dalam lalu dihembuskannya dengan leganya. "Haaahhh... Betapa harum bau kemenangan ini.!" Ia memiringkan senyumnya. 

"Sudah sampai di sini, lanjutkan ke langkah selanjutnya. Beritahukan pada Nona Muda Mu akan penangkapan orang tuanya, dan juga sebarkan desas-desus ini pada masyarakat," titahnya selanjutnya.

"Baik, Laksanakan." Pria itu pun melenggang pergi untuk sekadar melaksanakan perintah atasannya itu dengan patuh.

***

Krieeett... Gerbang masuk wisma terbuka.

Terlihat di sana dua orang gadis telah tegap berdiri seakan sudah siap menerima apa yang akan datang diterimanya. Mentari senja yang telah lama menghilang, menjadikan suasana remang dan suram. Mu Ling Qu dan Lu Yi Fei tak dapat memastikan siapa orang yang berlari menuju ke arahnya.

"Nona.! Nona.! Kabar buruk telah menimpa Keluarga Mu.!" Pria berbaju lusuh itu langsung bersujud setelah sampai pada hadapan Nona Mu.

"Sungguh apa yang kamu ocehkan, Pelayan.?! Sangat tidak beretika.!" Seru Mu Ling Qu.

"Ampun, Nona. Saya pantas mati. Saya mendapat kabar bahwa... Bahwa Tuan dan Nyonya..."

Gedubrak.! Mu Ling Qu mendorong pria itu hingga terpental ke belakang. Namun, pria itu kembali bersujud dan menjelaskan.

"Tuan dan Nyonya... Telah dituduh memalsukan dekrit kekaisaran Kerajaan Tang, dan mereka... Telah ditahan."

Seketika Ling Qu mendapati kedua kakinya lemas. Ia akan terjatuh bila tak disangga oleh sebuah tiang, itu adalah Lu Yi Fei. Yi Fei yang hanya seorang pelayan yang terus mendapat siksaan di kediaman itu juga syok mendapat kabar mengejutkan itu. 

Walaupun dia telah sempat menduga-duga sesuatu akan terjadi pada keluarga ini, tapi peristiwa ini sungguh di luar perkiraannya. Hal ini tentunya sangat tiba-tiba dan... Suatu kejahatan yang sangat fatal.

Tubuh Ling Qu semakin jatuh ke bawah. Yi Fei tak manpu lagi tuk menopangnya. Mereka pun jatuh bersama.

"Nona... Anda—baik-baik saja..?" Tanya Yi Fei ragu.

"Dengan raut wajah yang begitu jelas seperti ini kaumasih tanya APA AKU BAIK-BAIK SAJA.?!" Bentak Ling Qu tepat di samping Yi Fei. "Baik, aku sudah cukup jelas mendengarnya. Kauboleh pergi." Ucapnya pada pria yang masih bersujud di depannya itu.

Mu Ling Qu kembali menegakkan badannya, dan berjalan santai ke dalam wisma seolah tak pernah mendengar kabar yang baru saja ia dapatkan. Tak ada rintihan, tak ada air mata. Ling Qu hanya mengharapkan kasur dan bantal lalu tertidur. Harap-harap hari esok, ia terbangun dengan suasana yang biasa ia jalani. Dan hari ini, ia harap hanyalah sebuah mimpi.

Ratap sendu menghadap langit. Yi Fei duduk di jendela biliknya. Langit malam yang begitu terang, menampakkan bintang dan rembulan. Mereka hadir di malam ini seakan tak ada beban yang ditanggungnya. Dalam hati, gadis itu iri. Iri pada langit yang terus melakukan tugasnya dengan ringannya.

Kini, tatapannya beralih pada secarik kain. Kain itu ialah kain yang ditemukannya di tubuh manusia hitam saat berada di dalam istana. Kain itu masih berada di dalam genggamannya. 

Noda darah yang terlukiskan hampir memudar. Ia hanya butuh makna dari simbol lukisan itu. Namun, pikirannya tak mampu untuk bekerja. Ia memikirkan bagaimana nasibnya kelak, nasib nona mudanya, dan para pelayan lainnya.

Ia tahu kejadian besar akan terjadi di kediaman ini. Bagaimana ia bisa tahu..? Karena tadi sebelumnya ia mengobrol dengan Gu Xuan Sheng mengenai pertanyaan anehnya, sebuah anak panah melesat dan menancap dinding biliknya. Saat ia melihat sekitar siapa yang membidiknya, tak ditemukan satu orang pun di sana. 

melainkan guna menerima kesadaran bahwa di batang anak panah itu, terdapat sebuah pesan yang menyatakan bahwa peristiwa besar akan mengguncang kediaman ini. Yi Fei bertambah yakin bahwa pesan ini benar saat telisikannya di coretan kertas itu ada yang mengganjal hatinya, tapi belum berhasil ia temukan apa itu.

Hingga setelah puas ia memandangi carikan kain darah itu, Yi Fei kembali menyaut kertas coretannya. Dan benar sungguh, ia tak menyangka akan satu hal. Gambar desain peluit yang ia dengar malam itu ada suatu kecacatan yang tipis terdengar di telinganya. 

Kecacatan itu terdapat pada saluran peluit yang sedikit tersumbat hingga menyebabkan suaranya agak sumbang. Dan sesuatu yang tersumbat itu merupakan sebuah logam kuningan yang hanya bisa didapatkan di Kerajaan Bai Selatan.

Oh tidak.! Yi Fei baru tersadar.! Ayahnya dulu pernah memiliki tambang kuningan di dekat hutan perbatasan Kerajaan Feng Utara. Ayah dia begitu menghormati Raja Feng Fei Ru (Kerajaan Feng Utara), dan menghadiahkan tambang kuningan itu pada Raja Feng. 

Dan atas berterimakasihnya raja karena telah terjalin hubungan erat antar negara, Raja Feng menghadiahkan tambang itu untuk Mu Lian Shuang atas segala jerih payahnya. Dan hingga kini, tambang itu masih dipegang oleh Tuan Mu.

Lalu, mengenai kuningan yang tersumbat di peluit itu...

"Pasti seorang pengkhianat yang menjebak tuannya sendiri," ucap Yi Fei tanpa sadar. "Setahuku ayah berhubungan baik dengan Menteri Luar Negeri Kerajaan Feng, bukan? Yang sekarang aku tahu adalah seorang majikan bagiku. 

Jika begitu, berarti kejadian ini juga atas ulah kelompok hitam pembantai kerajaanku?! Mereka menjadikan Mu Lian Shuang korban selanjutnya karena dia pernah dekat dengan ayahku, begitukah?" telisik Yi Fei dengan mencoret kertas kosong lainnya.

Ia masih ragu akan telisikannya. Ia memijit pelipisnya yang sedikit pusing. Ia benar tak tahu apa alasan kelompok itu menargetkan Mu Lian Shuang. Ia harus tahu kebenarannya. Dan juga... Ia harus mencari tahu, siapa yang memberi informasi menggunakan anak panah sore tadi.

***

Hari kembali pagi. Matahari kembali tampakkan sinarnya. Hari ini Ling Qu terbangun dengan suasana hati yang seperti biasa, tanpa beban. Ia memainkan guqin kesayangannya di atas Ting pinggir kolam. Melihat kondisi nonanya yang tak biasa, Alin dan Azheng semakin khawatir. 

Kabar bahwa Tuan dan Nyonya Mu yang akan dieksekusi telah menyebar di seluruh kota, bahkan para pelayan di kediaman itu tak bisa untuk tak mengetahuinya. Mereka tahu Mu Ling Qu paling tak bisa mendapat kabar buruk, 

tapi sikapnya yang seolah tak hendak mengetahui apa-apa itu merisaukan para pelayannya. Mereka telah membujuk nonanya untuk menumpahkan semua duka yang ada di hatinya, tapi tak diindahkan olehnya.

Kedua pelayan setia itu pun menyerah, dan meminta Yi Fei untuk merayunya. Yi Fei yang juga merasa kasihan akhirnya turun tangan. Merayu nonanya dengan segala macam cara. Hingga satu rayuan dapat memikat nona mudanya, Mu Ling Qu.

"Benarkah aku boleh menjemput mereka di sana?" tanya Ling Qu mendapat anggukan mantap dari pelayannya, Lu Yi Fei.

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskWhere stories live. Discover now