Hari Esok Tiba

431 31 4
                                    

Seorang gadis berupa elok dan berlenggok anggun masih bersiap menyambut datangnya hari. Matahari belum muncul dan hendak menebarkan pesona kilaunya pada rakyat Negeri Bai Selatan. Namun seorang gadis lainnya bergerak cepat menata ini itu pada seorang gadis rupawan di depannya.

"Shuo Lin, apakah ini tidak terlalu... Rumit..? Aku lebih suka riasan sederhana dan tidak mencolok pandangan. Ini berlebihan. Ganti." Titah seorang gadis rupawan, seorang Putri Negeri Bai Selatan, Bai Zi Young.

"Eh tapi, Putri... Anda harus mengikuti titah Yang Mulia. Bukankah beliau telah memberi perintah sebelumnya..?" Sanggah Shuo Lin dengan tangan penuh perhiasan rambut yang hendak ia kenakan di kepala nonanya yang jelita.

"Shuo Lin, siapa tuanmu sekarang..? Aku atau ayahku..?" Desak Bai Zi Young, menghasilkan tundukan lesu dan bibir mengerucut gadis pelayan itu.

"Nona adalah tuanku" ucapnya tak sesemangat tadi. Dengan masih mempertahankan perhiasan jepit rambut di tangannya, Shuo Lin menjawab pertanyaan nonanya.

"Lantas, mengapa masih terpaku dengan jepit rambut yang kaupegang..? Kemari, rias aku dengan sesederhana mungkin. Aku hanya tak ingin menjadi pusat perhatian mata lelaki dan perempuan yang hanya akan menyebabkan pergolakan. Shuo Lin mengerti maksud nonamu ini..?"

"Shuo Lin mengerti, Putri." Gadis itu mengembalikan jepit rambut ke kotaknya dan merias nonanya sesuai yang dikehendakinya.

Acara penyematan akan segera dimulaikan. Suara gong mulai terdengar menjadikan suasana tenang dan khidmat.

Bai Zi Young duduk di kursi kebesarannya sebelah kiri singgasana Ratu. Dan sebelah kanan kursi kebesaran Ratu, terdapat kursi paling besar dan perkasa, ialah singgasana Kaisar.

Walau sekedar penyematan putra mahkota, acara itu diselenggarakan dengan begitu meriah. Begitulah adat Bai Selatan, karena setelah penyematan mahkota berakhir, masih berlanjut pembagian gandum gratis pada rakyat sekitar yang tak mampu. Jika penyematan putra mahkota saja semeriah ini, lalu bagaimana saat penobatan seorang raja..? Hal itu tentu dibedakan, karena raja akan lebih bijaksana dalam mensyukuri suatu hal baik yang terjadi di dalam dan di luar istana Bai.

Langkah panjang tapi berwibawa mulai menggemparkan altar merah. Sosok muda dan rupawan bagai sinar matahari yang menusuk mata, sangat indah tapi tak semuanya bunga itu indah. Dia harum tapi tidak untuk diraup. Dia megah tapi dia merendah. Dia manis tapi bukan untuk bahan icipan.

Putra mahkota telah tersematkan sudah. Segala prosesi berakhir. Hanya menunggu giliran beriring-iringan kereta kuda sampai membawa gandum untuk dibagikan cuma-cuma. Namun lama menunggu belum ada kabar keretanya sampai di sana.

"Lao Jun, mengapa masih belum sampai..? Aku khawatir rakyatku mulai jenuh menunggu jatah gratisnya." Kaisar berbisik pada kepala kasimnya.

"Saya tidak tahu, Yang Mulia. Silakan beri saya titah untuk menyelidikinya."

"Hendakkah kita menunggunya sekejap lagi..? Harap-harap dalam sekejap itu mereka tiba." Sanggah Kaisar menunda. Jemari kanannya berketuk-ketuk kursi singgasananya risau tapi ia tak ingin sampai menteri-menterinya mengetahui kecemasannya.

"Ayah, izinkan Young'er yang mencaritahunya. Hendakkah ayah akan menyanggah kehendak putrimu ini..?" Bai Zi Young mulai bersuara pada ayahnya.

"Ucapanmu tak memiliki dasar, Young'er." Sela Ratu. "Dalam penobatan kakakmu bisa-bisanya kaumemakai riasan sederhana seperti itu. Dan usahamu berhasil membuat wajah ibu malu di depan para menteri. Ditambah kauingin melakukan hal tak mendasar lainnya..?"

Dengan napas gusar dan was-was, Kaisar bertitah. "Laksanakan yang kaukehendakkan, Young'er. Asal kauselamat, Ayah mengampuni segala perbuatanmu hari ini."

Dua pasang mata tergelak tak percaya. "Benarkah yang ayah serukan itu..? Xu'er tak mendengarkannya dengan jelas karena akhir-akhir ini telinga Xu'er tengah bermasalah. Bolehkah ayah mengulanginya lagi..?" Bai Hai Xu berucap di samping kanan Kaisar dengan mahkota tersemat di kepalanya dengan menawan.

"Ayah mengizinkan Young'er menyelidiki keterlambatan kereta gandum sampai kemari. Tak mungkin ayah menyuruhmu keluar dengan mahkota di kepalamu, Xu'er."

"Tapi Young'er bahkan belum menguasai jurus tertinggi keluarga Bai. Lalu bagaimana kalau sesuatu terjadi padanya..?"

Kaisar tak langsung menjawabnya. Suara bising menteri-menteri mulai terdengar sampai ke telinga kaisar. Kemungkinan mereka juga merasakan keganjilan yang ada yang kaisar rasakan.

"Young'er berjanji akan baik-baik saja, Ayah, Ibu, Kakak. Percayalah pada Young'er. Walau masih belum sepenuhnya menguasai jurus tertinggi keluarga Bai, tapi Young'er cukup handal menukas dan mengayunkan pedang dan panah. Bukankah itu pengajaran yang kalian sering latih pada Young'er..?"

"Akan tetapi, Young'er—"

"Ibu jangan khawatir. Young'er tak seorang diri, bersama Shuo Lin, si ahli pedang perempuan terbaik Kota Bai tiada yang perlu dirisaukan." Bai Zi Young mencoba meyakinkan keluarganya, memiringkan kepalanya meminta kepercayaan mereka untuknya.

"Pergilah..." Ucap ketiganya membolehkan. Walau dengan berat hati, mereka harus melepaskannya, bersiap untuk hal yang mulai mendekat di hari ini, hari esok yang sudah tiba.

"Shuo Lin" Bai Zi Young mengangguk sekali yang langsung dimengerti oleh gadis yang disapanya.

Dengan bersenjatakan pedang di tangan kirinya, mereka mulai berlari menelusuri jalan-jalan yang seharusnya dipijakkan oleh kereta gandum itu. Bersuasanakan riuh rakyat yang tengah menunggu jatah gandum gratisnya tapi masih belum juga sampai di istana menambah hati gundah merana.

Langit mulai meredup, rupanya sinar matahari dihalang-halangi oleh awan hitam dan pekat. Hati Bai Zi Young mulai merasa tak keruan, ia mulai mengingat kembali ingatan tentang mimpi buruk yang terus menenggelamkannya pada ketakutan. Ia berhenti.

"Ada apa, Putri..?"

"Sst.! Jangan memanggilku demikian jika kita sedang berada di luar istana. Aku tak apa. Berjaga-jagalah, Shuo Lin. Aku mulai berfirasat aneh. Ayo jalan"

"Baik, Nona."

Suara bergedubrak samar-samar terdengar di ujung telinga Bai Zi Young dan Shuo Lin. Ekor mata mereka melirik ke asal tempat suara itu berbunyi. Bergerak cepat mereka segera bersembunyi dalam sebuah bilik di gubug reyot berkayu lapuk. Bau kayu lapuk pun mulai tercekat di tenggorokan, tapi mereka masih harus berdiam dan melihat hal apa yang datang menyambut.

Hutan. Kereta kuda berkayu kualitas terbaik ditarik oleh dua ekor kuda jantan perkasa. Bermuatkan bertumpuk-tumpang tindih kendhi yang berisikan gandum segar yang baru dipanen di desa. Yang membuat Bai Zi Young dan Shuo Lin curiga, mengapa mereka datangnya dari hutan..? Seharusnya desa pemanen itu di arah sebaliknya.

Kian dekat, dua gadis bergaun merah muda dan oranye itu kian melihat dengan jelas siapa yang mengendarai kereta kuda itu. Seorang tak dikenal berpakaian serba hitam dan memakai masker hitam melajukan kudanya dengan terus memacu kecepatan berlarinya. Di belakangnya, masih terdapat belasan kereta kencana yang sama berkusiran orang penuh pakaian hitam melekat di tubuhnya.

"Mencurigakan. Kita harus melapor ayah sekarang."

"Tunggu, Nona. Orang di sana nampak sedang mencari sesuatu. Sebaiknya nona jangan keluar lebih dahulu sebelum keadaannya menjadi lebih aman." Tunda Shuo Lin, menarik lengan nonanya sebelum ia berhasil menyembulkan kepalanya dari balik pintu gubug reyot itu.

"Percayakah dirimu kalau orang itu sedang mencari diriku..?" Gumam Bai Zi Young, Shuo Lin terhenyak mendengarnya. Cepat-cepat Bai Zi Young membekap mulut Shuo Lin sebelum ia sempat menjerit. "Sstt... Dia bisa mendengar suara dari kejauhan. Lihat telinga pria itu yang tergerak-gerak..? Sebaiknya kita diam saja." Bisik lirih tepat di telinga Shuo Lin lalu mengangguk menurut.

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang