Rancangan Sang Cenayang

52 10 5
                                    

Santai dia berjalan menuju pada ruang kerjanya. Meski tak pincang jalannya, tetapi tetaplah masih dia bertumpu pada sebuah tongkat setengah badannya untuk menyangga tubuhnya yang mulai rapuh.

Sudah tahu dia, ya tentu saja dia dapat meramalkan apa yang akan terjadi, dan sebab fakta mengatakan bahwa dia seorang cenayang, maka tiadalah sebuah keraguan untuk pertanyaan mengapa itu. Sudah tahu dia gerangan siapakah yang bertamu malam-malam begitu dan dengan maksud apakah dia berlontar hendak.

Jua akhir pada tibalah Tuan Xia di ruangan kerjanya, yang sudah pasti benar: adalah seseorang yang mencarinya itu; siapalah lagi jika bukan Yang Mulia Pangeran Yu yang dapat dengan mudah masuk ke dalam pekarangan kediamannya.

Sampailah pada langkah penghentian, melainkan hanya untuk menerima sematan pedang tajam bermata duanya di leher penuh keriput itu. Hal itu tentu tidak membuat para pengawalnya terdiam menonton sahaja, tetapi untuk semasa seketika mereka pun berkompak serentak mengacungkan pedangnya pada arah Pangeran Yu: bermaksud agar dia lekas melepaskan sematan pedangnya.

Hanya tetapi hanya, bahkan tanpa gentar pun, Tuan Xia justru mengangkat satu tangannya ke udara., ialah tujuan untuk memberi tanda pada anteknya bahwa mereka harus tenang dan menurunkan pedangnya. dan kemudian berlalu pada pengusiran hanya semata-mata untuk dirinya dapat berbicara secara leluasa dengan putra raja itu.

Pasti saja perintah atasannya harus dipatuhi, dan tak butuh waktu lama agar mereka benar-benar berdua saja di sana.

Dengan masih kesantaian, atau mungkin begitulah sifat Xia Jindan yang tenang dalam menaklukkan sekutunya. Dia tak risau atau gentar pada pedang yang tersemat pada lehernya, yang itu juga bisa saja menggorok lehernya sewaktu-waktu Pangeran Yu berang. Tetapi justru senyum tersungging di bibir keriputnya seakan meledek sikap kekanakan Pangeran Yu yang mudah tersulut emosi.

"Rembulan telah naik, langit telah kelabu, Dewa, sungguh apakah yang membuat Yang Terhormat Pangeran Yu berkunjung pada kediaman lusuh ini?"

Ucapan santai Tuan Xia justru menambah geram Pangeran Yu. Iya, dan itu dibuktikan pada genggaman tangannya pada gagang pedangnya yang kian erat, napasnya yang kian memburu, matanya yang berapi-api, ternampak jelaslah bahkan seekor semut di seberang lautan pun dapat menampaknya.

Lebih ditempelkannya lagi mata pedang itu pada leher Tuan Xia yang masih saja santai tak berkutik.

"Saya ragu, apakah kita masih menjadi mitra yang bertujuan sama, Tuan Xia?"

"Yang Terhormat Pangeran Yu, mengapa demikianlah Anda berkata? Atau apakah pertanyaan itu masih perlu ditanyakan? Jawabannya sudah jelas, dan Anda sangat tahu itu," ucapnya berbarengan dengan tawa cekikikannya.

"Apa yang Anda tawakan untuk? Saya di sini bukan untuk mengolah Anda tertawa, tetapi untuk meminta Anda kejelasan dari Anda tindakan yang tanpa sepengetahuan saya berlaku di belakang. Saya bahkan tahu seberapa kebencian Anda pada Keluarga Bai, tetapi Anda juga tidak bisa serta-merta membunuh Bai Ziyang tanpa seizinku."

Senyum tersungging, dan masih itu bertambah lebar, Tuan Xia menatap mata marah Pangeran Yu yang sangat dekat dengannya. 

"Feng Yuming ah Feng Yuming. Kulihat sekarang kau semakin bodoh dan bodoh. Entah itu karena ambisimu, atau justru memang kemampuanmu yang terlampau kalah dengan gadis tengik itu. Yang Mulia, gadis itu sudah tidak lagi berguna untukmu. Dan bilalah benar dia menjadi antekmu, percaya atau tidak:

dan itu pasti akan jadi kenyataan, dia pasti akan mengkhianatimu suatu hari nanti. Anda pasti jugalah sudah mendapat tahu bahwa dia adalah gadis yang cerdas. Cepat atau lambat, Anda pasti akan ditaklukkannya."

"Tuan Xia, Anda sebaiknya jangan banyak berlontar saran kepada saya ketika amarah dan pedang ini tersemat sangat dekat dengan urat lehermu. Saya sudah tahu pasti akan bagaimana nanti, dan dia akan berguna bagiku suatu saat nanti. Maka dari itu, jangan sekali-kali lagi Anda menyentuhnya bahkan itu hanya untuk sehelai rambutnya saja;

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskWhere stories live. Discover now