Di Kaki Bukit Douhua (2)

68 12 1
                                    

Malam gelap yang hanya disinari cahaya lentera dan obor itu membuat remang mata memandang, tetapi tidak pada mata elang Feng Huadou. Masih sibuk memanjakan diri menikmati semilir angin sepoi-sepoi, tetapi dalam tengahnya hanya dapat terusikkan oleh satu perihal ringan yang sebetulnya tak perlu mendapat ia risaukan. 

Dalam terbujur mengambang di antara dahan pohon, Feng Huadou menampak sebuah sosok yang tidak asing di matanya. Gerakannya yang mengendap-endap penuh kewaspadaan perlu untuk mendapat kecurigaan. 

Ia Bai Ziyoung dalam seragamnya seorang pelayan tinggi Ibu Suri Agung dengan nama samarannya Lu Yifei, menilik satu dan menilik lagi untuk mendapat gerakan gesit secepat angin dalam memukul tengkuk kedua penjaga perpustakaan istana. Dan dengan tenaganya, ah bahkan Huadou pun terperangah...

menampak tubuh mungil gadis itu yang mampu menyeret kedua tubuh kekar tersebut dengan mudahnya ke bagian samping bangunan perpustakaan. Tentulah siapa yang tiada akan memiliki pemikiran minus? Hanya coba tengok gerakan aneh Bai Ziyoung untuk semata-mata dapat memasuki ruangan penuh buku itu.

Matanya semakin mendelik ketika lensanya menjaring subjek lain yang hendak datang. Dia Feng Zugui yang datang untuk mengecek keadaan sekitar. 

Menangkap satu akal, mengetahui bila kedatangan Zugui ke dalam perpustakaan pasti akan membuat orang yang masuk lebih dulu minggat, Feng Huadou berinisiatif untuk melakukan trik. Turunlah ia dari atas pohon, dan mulailah ia melancarkan strategi.

Ternampak Bai Ziyoung dalam cover Lu Yifei berlari tergopoh-gopoh sambil menilik keadaan sekitar. Serta pula dibawanya suatu benda berbentuk persegi yang ia sembunyikan di dalam seragam hanfunya. 

Selicin-licinnya belut bergeliat, pasti dapat tertangkap pula. Walau sebagaimanapun Lu Yifei berwaspada dengan situasi, takdir tetap tidak akan pernah dapat diubah, dan tiada seorang pun yang dapat mengetahuinya. 

Feng Huadou memainkan perannya: sebagai seorang pejalan kaki yang linglung; berpura-pura ia sebagai orang yang tidak tahu apa-apa. Dengan lagak polos lugunya, Feng Huadou sengaja untuk menabrak Lu Yifei di persimpangan jalan, guna agar gadis itu terjatuh dan tahulah ia buku apa yang ia bawa.

Lu Yifei yang berjalan tanpa memerhatikan jalan depannya pun berlakulah pada sebuah hantaman berkekuatan besar hingga membuatnya terpelanting ke tanah. Berjayalah pula strategi Huadou; 

buku yang Yifei sembunyikan akhirnya terlempar keluar. Mampulah ia menilik buku semacam apa yang membuat gadis itu nekat menerobos perpustakaan istana tengah malam.

Mendongak dan memperhatikan orang di depannya, membuat seketika Lu Yifei tertegun sekejap untuk mengolah otak, tetapi lalu semasa, cepatlah gegas ia merengkuh lagi buku yang terjatuh untuk ia pungut lagi.

Mata elang Feng Huadou masih dalam patung beku, belum jua bergerak dari terakhir ia menatap, melainkan untuk mendapatkan sambutan salam dari gadis pelayan Lu Yifei dengan anggun lagi anggun.

"Pelayan Lu ini memberi salam kepada Pangeran Keenam."

Feng Huadou tidak dapat lagi berlaku, tetapi terpaksa ia harus bersadarlah diri akan keadaan yang mengalirinya; menyuruh ia jiwa dan raga untuk kembali pada dunia kenyataan. Pangeran berwajah rupawan itu sekali lagi tiada dapat menyangka, bila bahkan waktu tidak dalam keberpihakannya. 

Otaknya masih dalam remang, mengingat tulisan yang berada di sampul buku itu: Legenda Ular Putih Hutan Qiurong. Hanyalah sebatas pada buku cerita fiksi karangan semata. Itu dibuatnya Huadou menjadilah mala merana, galaba bermuram durja bertekuk masam. Dongkol ia punya perasaan tetapi tidak pula dapat ia kobarkan unjuk pada gadis dengan wajah tanpa bersalahnya telah mampu mematikan gerakan strategi miliknya.

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskWhere stories live. Discover now