Terikat

234 24 4
                                    

Bai Zi Young dan Shuo Lin semakin melajukan kudanya yang berwarna kembar, sama-sama coklat. Hujan yang tak kunjung memelan menerjang terus menerus ke arah mereka melesat. Tak jarang sesekali panah dilesatkan oleh kelompok hitam di belakang mereka yang ditujukan langsung ke tubuh dua perempuan itu dari pada ke kudanya.

Dengan gerakan sigap, Bai Zi Young dan Shuo Lin terbebas dari hujan anak panah itu. Ahh iya, Bai Zi Young baru teringat dengan carikan kain bernoda darah yang ia temukan di tubuh salah satu dari mereka. Ia harus menjaganya sebaik dan secermat-cermatnya agar tak luntur sehingga bisa tetap menjadi bahan penelitiannya selanjutnya. Ia harus telisik kasus itu hingga ke akarnya.

Lengah, Bai Zi Young akhirnya terkena anak panah di lengan atasnya. Ia mengerang sakit tak keruan. Anak panah itu terasa dingin menyentuh tulangnya. Ngilu dan menyakitkan. Dicengkeramnyalah lengan kirinya menahan rasa ngilu berlebih. Ingin hati ia cabut dari lengannya, tapi itu begitu menyiksa sebab begitu perihnya setelah terguyur air hujan membasahi lengannya. Bai Zi Young menggigit bibir bawahnya menahan perih.

"Nona.!" Shuo Lin mengambil busur dan tiga anak panah tak tanggung-tanggung lalu dilesatkannya ke belakang. Tanpa elakan, panah itu mengenai tiga orang di barisan depan.

Merasa tak mau kalah, puluhan orang hitam itu luncurkan lagi panah-panahnya. Namun lagi-lagi terelak. Hingga satu panah berjaya melukai kaki kuda Shuo Lin. Kuda itu pun berteriak kesakitan sampai sampai menjatuhkan Shuo Lin ke tanah. Kuda itu melarikan diri. Bai Zi Young pun membalikkan arah kudanya menuju Shuo Lin.

"Tidak, Nona.! Tetap lanjutkan lajunya.! Jangan kembali.! Aku akan tuntaskan mereka semua sampai tak tersisa.!" Serunya masih bersimpuh.

"Berdirilah kau.! Ini titahku.!" Seru lebih lantang Bai Zi Young, yang mau tak mau harus dipatuhi oleh pengawal pribadinya.

Menuju ke arahnya, Bai Zi Young berhadapan langsung dengan hujaman anak panah yang mengarah padanya. Tak mau mati konyol, ia berusaha mengelak dan menukas mereka dengan pedang di tangan kirinya. Bai Zi Young mengulurkan tangannya pada Shuo Lin lalu ditariknya ke punggung kudanya.

Ia lalu berubah haluan lagi menuju titik awal pelarian, kaki bukit Douhua dan bertatapan langsung dengan Fu Ming. Namun apa jadi kalau sampai mereka terjebak..? Ya, mereka terjebak pada akhirnya. Di depan mereka, berjajar puluhan pasukan hitam berkuda yang menanti ketibaan mereka.

"Oh tidak.! Ada di depan sana ialah blokiran, Nona. Harus berubah arah sebelum sempat dihalau." Bisik Shuo Lin di telinga Bai Zi Young.

Dengan hati tegak, Bai Zi Young memutuskan menerjang kawanan hitam itu di depannya yang hanya berjarak beberapa meter lagi. "Tak dapat menghindar lagi. Kanan adalah jurang dan kiri ialah tebing. Kaulebih suka yang mana, Shuo Lin..?"

Napas gusar Shuo Lin terdengar amat jelas dan embusannya menerpa bahunya. "Baiklah, Nona. Saya siap mati untuk Anda." Shuo Lin mengambil tiga anak panahnya dan melesatkannya ke depan. Lagi, tiga anak panah dan tak terelakkan. Lalu tiga anak panah terakhir, hendak ia lesatkan.

"Jangan.!" Sergah Bai Zi Young cepat. "Sisakan satu untukku." Shuo Lin pun menurut. Ia lesatkan dua anak panah yang lain dan mencadangkan satu anah panah terakhir.

Semakin dekat semakin dekat, keduanya dengan cepat dan tepat menukas dan menebas tubuh yang halangi jalan mereka lalui. Desing pedang hiasi hutan dan warnai tanah dengan warna merah dari darah mereka. Dalam lajunya kuda berlari, mereka beradu pedang.

Tak sedikit dari mereka yang tergelepar dan mati akibat sabetan pedang dua gadis pemberani itu. Namun detik berikutnya, kuda yang Bai Zi Young dan Shuo Lin tumpangi berngihik lalu berdiri ke atas hingga menjatuhkan kami berdua ke tanah yang berlumpur. Ia pun kabur tinggalkan kedua gadis di tengah manusia bertubuh tinggi dan kekar itu. Mungkin kudanya terkena tikaman pedang hingga ia kesakitan dan melarikan diri.

"Berwaspada, Nona.!" Bai Zi Young dan Shuo Lin kini terperangkap dan dikelilingi kelompok itu. Mereka tak bisa kabur kemana-mana lagi. Jalan satu-satunya hanya menghabisi mereka lalu berlari.

Anak panah yang masih terpaku di lengan Bai Zi Young semakin memperlambat gerakan tangkas lengannya. Dengan terpaksa, ia patahkan bambunya dan tetap meninggalkan logam panah di dalam dagingnya.

"Sekarang siapa yang mau lebih dulu maju..?" Tanya Bai Zi Young mengintimidasi.

"Takkan ada yang sakiti kalian jika kalian mau ikut kami kembali pada tuan." Sahut salah satu dari mereka.

Bai Zi Young dan Shuo Lin terlonjak kaget. Mereka berpikiran sama rupanya. Pikirannya tertuju pada seorang anggota dari mereka yang bibirnya terjahit. Jika begitu, mana mungkin orang yang barusan menjawab itu menggerakkan mulutnya untuk melontarkan kalimat..? Dengan kalem dan santai Bai Zi Young menyematkan pedangnya ke dagu si yang menjawab. Lalu tersungging miring.

"Agaknya, pemimpinnya di sini..? Oh atau jangan-jangan pemimpin dari blok satu ini..? Uhm, jadi... Ada berapa blok dalam satu komunitas..?" Tanya Bai Zi Young membuatnya mengedarkan pandangan ke segala arah.

"Jatuhkan pedang kalian.!" Perintahnya berseru kasar.

"Baik, baik. Akan kulakukan. Hanya saja, nada bicaramulah yang salah. Bisakah pelankan suaramu..? Sangat tidak sopan."

"Nona—" ucapan Shuo Lin diberhentikan oleh kedipan mata Bai Zi Young.

"Jika kautak mau, aku bisa menebas leher kalian sekaligus." Ancam Bai Zi Young menggentarkan mereka.

"Baiklah. Nona, bisakah kalian turunkan pedangnya dan ikut bersama kami..?" Ucap orang satu itu memelankan suaranya patuh.

Tersenyum merekah yang tertutupi cadar, Bai Zi Young menjatuhkan pedangnya ke tanah. "Nona—"

"Turunkan pedangmu, pegawaiku. Kautak mendengar permintaan tulusnya..?" Bai Zi Young menatap Shuo Lin penuh arti yang hanya dimengerti oleh satu orang saja di dunia ini, yaitu Shuo Lin, Pengawal Pribadinya.

Shuo Lin mengedipkan sekali matanya tanda merespon ia mengerti pada nonanya lalu ia pun ikut menjatuhkan pedang dan busurnya ke tanah. Tubuh mereka yang beradu punggung menyebabkan mata semua orang linglung bahwa ada sebuah anak panah terselip di punggung Shuo Lin.

Kedua tangan mereka pun diikat di depan dan menyuruh mereka untuk mengikuti langkah orang di depannya. Kemungkinan mereka akan menemui tuan mereka yang melakukan pemberontakan tak berperasaan. Siapa tuan mereka pun, Bai Zi Young tak bisa menebak. Karena ayahnya selama ini ia tahu tak memiliki musuh, justru banyak yang menjalin kerja sama dan kesepakatan ini dan itu. Lantas siapa..? Sanak saudara..? Ayahnya adalah anak tunggal dari raja Bai kedua.

Sanak dari ratu..? Ibunya pun yatim piatu dan saudaranya menjauhinya dan tak menganggapnya pernah terlahir di dunia. Teman putra mahkota..? Dulu mungkin banyak yang tak suka pada Bai Hai Xu dan Bai Zi Young, tapi mereka semua sudah bertaubat dan sesali kesalahan terdahulu. Ataukah mungkin musuh dari Bai Zi Young..? Musuh Jenderal..? Shuo Lin..? Ah entahlah, mereka hanya akan tahu saat melihatnya langsung.

Shuo Lin berjalan di depan Bai Zi Young dan Bai Zi Young berpura-pura lelah dengan berjalan di belakang Shuo Lin. Langkah loyonya membuat orang-orang hitam di belakangnya mendahului langkahnya. Setelah kiranya tak ada yang di belakangnya, Bai Zi Young mengambil sebuah anak panah di punggung Shuo Lin.

Pelan-pelan dan berjaya mengeluarkannya. Sebuah tarikan di tali tangan Bai Zi Young ditarik oleh seorang yang berdiri di depannya. Cepat-cepat ia sembunyikan di balik pakaiannya. Tak curiga, ia keluarkan lagi dan menjadikannya pisau pengerat tali agar mereka bisa berlepas.

Sedikit lagi dan ya.! Terputus.! Gerakan cepat ia patahkan tali Shuo Lin. Dan secepat halilintar Bai Zi Young menggores leher-leher mereka. Tanpa suara, mereka semua berhasil dihabisinya hanya menggunakan satu mata panah. Berancang-ancang mengambil langkah lari, dari belakang terdengar suara.

"Kemampuan yang hebat, Putri." Suara itu menghentikan langkah mereka setelahnya guntur datang begitu keras dan dahsyat.

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskWhere stories live. Discover now