Mengentas Rindu (1)

80 13 3
                                    

Lu Yifei dan kini masih tetap melaksanakan kemerenungan yang lagi, walau bahkan ini hari telah berganti siang serta matahari telah menggantikan peran si bulan. Pada langkan depan ruang kamar tidurnya gadis itu memaku beku, membayang kalimat yang biksuni semalam lantunkan pada pendengaran telinganya hingga masuk ke dalam otak.

Kilas balik dimulai.

"Apakah Anda mengenal Fu Ming? Benarkah Anda berucapkan bila Fu Ming pernah menetap ada di Sanyuan Shrine ini?" tanya Lu Yifei mencari pasti penjawaban.

"Saya berani sumpah untuk menyatakan kebenaran sepenuhnya, Nona. Tiada dusta teriringi dalam setiap gerak lidah saya. Fu Ming benarlah benar pernah menjadi seorang biksuni di kuil ini. Dan sayangnya Anda telah datang terlambat, dia telah pergi entah kemana, serta tiadalah ia memberitahu saya pada kawasan mana ia berpijak."

"Tiadakah walau satu saja petanda yang dapat saya gunakan untuk menemukan keberadaan Fu Ming, Nyonya? Dia sangatlah berharga bagi saya serta kelangsungan kehidupan saya."

"Ampuni saya, Nona. Sebab, Fu Ming bisa berada di mana-mana. Saya tiada dapat memastikan tempat mana yang menjadi peristirahatannya hari ini, besok, dan seterusnya. Yang saya tahu, Fu Ming berdarahkan Kerajaan Bai Selatan. Keluarga mananya, saya pun belum jelas mengetahui itu."

"Begitukah? Mungkin bisalah sebab ia berdarah Kerajaan Bai Selatan, maka hanya ia yang dapat membantu saya mengatasi permasalahan yang terjadi pada Kerajaan Bai Selatan. Benar, kemungkinan itu bolehlah terjadi. Lantas, berasal dari keluarga manakah dia? Mungkinkah ... ?"

Kilas balik usai.

"Hayyah, bukanlah cuma di fokus ini, bukan pula cuma di titik itu, pandangan kamu selalu saja hampa."

Mengerti bisa, ya siapa lagi yang dapat mengejutkan dan merusak suasana sendunya secara tiba-tiba tetapi hanya bisa satu orang yakni Pangeran Zu. Bertanduklah Lu Yifei pada penundukan hormat singkat tetapi formal.

"Entah mengapa, lama-lama justru saya yang merasa jenuh memandang kamu yang selalu bertatap langit dengan kosong mata. Namun, bila saya mengajakmu berjalan-jalan ke suatu tempat; katakanlah untuk membuang kebosanan dan gundah, apakah kamu memiliki kemauan?"

"Kemanapun Yang Mulia pergi, sudah sepantasnya tugas saya untuk mengiringi Anda."

"Tidak, bukan merupakan tugas, melainkan untuk kebebasan. Berujarlah hari ini kita lupakan etiket dan rules, kini beranggaplah kita hanya memiliki kesamaan derajat kedudukan, dapat berjalan beriringan tanpa depan dan belakang, serta menghabiskan hari dengan riang. Berkenankah kamu?"

"Tidak, Yang Mulia. aturan tetaplah aturan. Hamba tidak memiliki keberanian besar untuk melaksanakan itu."

Pangeran Zu hanya dapat memutar matanya jengah mendengar perkataan datar Pelayan Lu yang hanya bisa membuat telinganya lelah menerima semua kerataan nada. Pelayan Lu bagaikan tidak mengerti tanda yang diberikan tuannya, bukanlah kemudian menyerahkan kekalahan, tetapi berlaku pula dia pada kediaman semu.

Hingga Pangeran Zu lah yang mengalah dan kembali pada pemulaian obrolan.

"Katanya, kuil ini merupakan patok pembatas antara Kerajaan Feng Utara dengan Bai Selatan, bukan? Dan saya jua mengambil tahu bila kamu berasal dari Kejaraan Bai Selatan. Bagaimana jika saya mengajakmu untuk menonton sekejap ke dalam kampung halamanmu? Saya memiliki penasaran akan kerajaan itu pada dahulu. Bisakah kamu menjadi pemanduku hari ini?"

Mendengar penuturan Pangeran Zu yang menyebutkan Kerajaan Bai Selatan, jelaslah tidak mungkin tidak ia akan menolak ajakan Feng Zugui. Sebab terang gamblang, ia begitu merindukan tanah kampungnya. Ia ingin menampak semacam mana keadaannya sekarang.

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskWhere stories live. Discover now