Pangeran Zu

72 15 2
                                    

Dikelola lagi otaknya yang telah mendung, melainkan hanya kepulan asap hitam yang menyembul dari jidat kepalanya. Belum jua Ziyoung mendapatkan jawabannya, tetapi hanya kepusingan yang ia dapat selesai penat raga. Dipikirkannyalah, alasan kesinambungan kepergian Ibu Suri Agung ke Kuil Sanyuan pada waktu yang tepat.

Bukan mendapat lampu terang akan analisis hipotesisnya, melainkan mendapat keterkejutan suara datang tiba-tiba pada daun pintu toilet yang diketuk nyaring tepat pada hadapannya. Berlakulah ia mengangkat kedua bahunya refleks, tetapi tentu kejutan yang sunyi. Tak ingin orang lain tahu dirinya, Ziyoung hanya mencoba untuk tetap membisu. 

Kebisuannya dilekatkan pada tatapan matanya yang tajam, ditautkan pula alisnya, bersiap siaga bila dia orang yang memburunya. Teruslah ia begitu hingga sebuah suara membuatnya mengembuskan napas lega. Dibuangnya telah batu kerisauan yang mengganjal hatinya sembari memejamkan matanya.

"Siapa di dalam? Adakah orang di sana?" Suara itu benar betul telah ia kenal siapa pemiliknya. Bersiaplah Ziyoung merapikan hanfunya, serta tiada lupa menyembunyikan buku itu pada sudut yang aman. Keluarlah ia dan menatap tubuh mungil orang yang dikenalnya.

"Ini aku, Rourou." 

Dengan kelopak mata yang berat untuk terbuka, serak suaranya Ying Rourou menjawab, "Lu Yifei? Rupanya kamu berada di dalam toilet. Pantas sajalah saya bangun tidur tadi tiada menampak batang tubuhmu."

Lu Yifei cumalah dia melengketkan bibirnya tak ada sahutan. Namun sesungguhnya dalam dia hati, rasalah lega bila Rourou tidak ada menyadari kepergiannya beberapa jam lalu.

"Jika engkau telah usai buang air, menyingkirlah. Aku juga hendak masuk membuang keinginan." Ying Rourou melangkah melewati Lu Yifei tetapi masih dengan mata sayu setengah terpejam. Hingga orang lain yang menampak, hanya akan menerka bila gadis itu mengalami mimpi berjalan.

Belumlah jua sampai Rourou menutup pintu bilik kecil itu, Lu Yifei memutar tubuhnya, cuma sekadar mengganjal pintu itu tertutup dengan tahanan lengannya. 

"Rourou."

"Ada apalagi, Yifei? Saya telah tiada larat untuk membuang kehendak. Mohon izinkanlah saya pergi sejenak, lalu berbincanglah bila telah rampung."

"Tidak lama. Saya hanya meminta pencerahan kamu sahaja. Mungkinkah kamu pernah mendengar atau mengetahui tentang Sanyuan shrine di Douhua Foothills?" Pertanyaan Yifei membuat Rourou terdiam sejenak. Bukanlah dia pergunakan untuk berpikir, tetapi ucaplah demikian.

"Tidak tahu," jawabnya singkat, lalu cepatlah Rourou menutup pintu bilik dengan setengah dari kekuatan yang ia miliki saat ini.

Tertinggallah Lu Yifei mematung memikirkan, haruskah ia menyelidiki Sanyuan shrine itu?

***

Pagi yang cerah ini, bukan hal yang baru terjadi, tetapi lain hal pada hari keceriaan untuk merangkai hari indah juga sejarah yang menakjubkan untuk mendatang. Perkumpulan pagi cerah pula telah dihadiri oleh wajah sumringah bugar para pangeran dan putri Kerajaan Feng Utara, serta tiada lupa Ibu Suri Agung yang memimpin.

"Rasa-rasanya telah lama nenek membuang masa untuk menyia-nyiakan waktu kebersamaan kita di sebuah kuil yang sempit. Bersyukur Buddha memberi asih untuk mempertemukan kita berkumpul lagi seperti ini." Senyuman Ibu Suri Agung seolah tiada dapat diungkapkan kebahagiaan oleh lisan; tetapi hanya singkat untuk mengangkat cangkir teh hangat untuk diteguk bersama.

"Bersorak untuk kepulangan kembali Nenek Agung," lantang Feng Guren menyeru, lantaslah diikuti semua saudara yang hadir di sana, kecuali Feng Yuming dan Feng Huadou.

Usai mereka meneguk minum, Lu Yifei yang berada di samping Ibu Suri Agung seketika menuangkan kembali air seduhan teh dalam cerek. Diam ia, benar lah, tak dapatlah lagi dia melakukan apa, melainkan hanya sebagai patung penuang teh Ibu Suri Agung. 

Bai Zi Young a.k.a Behind the Dark MaskWhere stories live. Discover now