03. Awal Kehancuran

14.3K 421 10
                                    


*Happy Reading*

Betapa aku iri pada diriku dahulu,
Saat dimana tidak ada yang perlu dilupakan
Saat dimana tidak ada hal yang perlu dikenang





13 Tahun Lalu...

Sinar mentari pagi menembus jendela kamar yang ditempati dua pasang pasutri itu, membuat wanita 32 tahun yang sedang tidur itu terbangun karena sinar matahari pagi.

Suaminya,masih terlelap disampingnya, tidak merasa terganggu sama sekali.

Baru saja ia bangkit dari tempat tidur, pintu kamarnya sudah diketuk,

"itu pasti anak-anak."

Monolognya dengan tersenyum kemudian membuka pintu kamar.

Dapat dilihatnya ketiga anaknya yang masih kecil menghampirinya dan memeluknya.

"Selamat pagi sayang."

Dikecupnya pipi mereka bergantian.

"Mama tidak lupa kan hari ini kita akan pergi ke taman bermain dengan Papa?" Seru anak keduanya, Gianna Gunner dengan wajah menggemaskan.

"Tentu saja Sayang." ucapnya dengan mencubit pipi Gianna dengan gemas.

"Ayo bangunkan Papa kalian, Mama akan membuat bekal untuk kita."

"Papa bangun..." Naira anak sulungnya menepuk pipinya dengan lembut, membuat pria dengan janggut tipisnya terbangun dari tidurnya.

Morgan Gunner, ayah yang sangat menyayangi ketiga anaknya tentu saja tidak keberatan harus dibangunkan dengan suara berisik dari mereka. Sangat sulit mencari waktu luang disela kesibukan bisnisnya untuk menghabiskan waktu dengan anak-anaknya.

"Hey sayang, kalian sudah bangun?" Kekehnya pelan.

"Sudah!!" Seru mereka dengan heboh.

"Papa tidak lupa kan? hari ini Papa janji kita akan pergi ke taman." seru Gianna.

"Tentu saja Papa tidak lupa Sayang." Morgan tersenyum melihat mereka sangat antusias, wajar saja Morgan jarang menghabiskan waktu dengan anak anaknya, jadi Morgan memilih mengambil cuti sehari untuk menghabiskan waktu dengan anak dan istrinya, ia sangat merindukan mereka.

"Dimana Mama?" Tanyanya,

"Mama bilang akan menyiapkan bekal untuk kita" seru Leo.

"Baiklah, sekarang kalian mandi dan bersiap siap untuk berangkat, okay?" Serunya yang diiyakan oleh anak anaknya dan pergi meninggalkan kamar.

***

Morgan tersenyum melihat istrinya, Hannah yang sedang memotong buah untuk bekal mereka, dan memeluknya dari belakang.

Walau pernikahan mereka sudah berjalan 10 tahun, Morgan maupun Hannah tidak berubah mereka masih seromantis dulu, rasanya Morgan tidak berani meminta apapun lagi pada Tuhan, hidupnya sudah sempurna diisi dengan istri dan ketiga anak-anak menggemaskannya.

"Selamat pagi."

"Selamat pagi juga."
Jawab Hannah dengan senyuman manisnya.

"Kamu sudah mandi?"

"Apa kamu tidak lihat aku sudah setampan dan serapi ini, hm?"
Godanya pada Hannah.

Walau sudah biasa mendapatkan perlakuan seperti ini, tetap saja semburat merah di pipi Hannah tetap muncul.

"Kalau begitu aku akan cek anak-anak dulu, apa mereka sudah siap, kamu sarapanlah dulu." ijin Hannah yang diangguki oleh Morgan.

Morgan menatap punggung kecil yang mulai menghilang dari pandangannya, Hannah, satu-satunya wanita yang dicintainya, rasanya ia tidak akan sanggup membayangkan hidup tanpa Hannah, Hannah seperti oksigen baginya untuk dapat bertahan hidup.

***

Sesampainya di taman, taman itu berada di pinggir jalan dan cukup ramai, mereka menghabiskan waktu di taman dengan bermain dan menikmati waktu bersama.

"Pa, bagaimana jika kita bermain kejar kejaran?" Tanya Leo.

"Disini ramai sayang,nanti kalian terjatuh" seru Hannah tidak setuju.

"Tapi kami ingin bermain Ma, ayolah" yang diangguki Gianna & Naira bersamaan.

Setelah dibujuk oleh anak dan suaminya, akhirnya Hannah pun menyetujuinya, awalnya mereka bermain dengan menyenangkan, tapi semakin lama mereka mulai berani keluar dari jalur taman membuat Hannah khawatir karena banyak kendaraan berlalu lalang.

"Hey, jangan ke dekat sana sayang, bermain disini saja okay?"

Mereka meng-iyakan perintah Hannah, tapi Naira yang terlalu seru bermain sampai keluar jalur dan tanpa sadar berlari kejalan raya membuat Hannah memekik dan lantas mengejarnya.

"Maaaa, ayo kejar Naira..." seru gadis kecil itu dengan tawa riangnya melihat Hannah mengejarnya untuk mencegahnya berlari kearah jalan raya tanpa menoleh kebelakang dan
tanpa disadari oleh keduanya dari arah samping sebuah mobil melaju dengan kencang dan menabrak keduanya dengan kuatnya membuat tempat tersebut hening seketika.

Darah segar langsung keluar, mata kecil yang hampir tertutup itu dapat melihag mata ibunya yang juga menatap kearahnya dengan raut sendu sampai kesadarannya terenggut.

Morgan yang melihat kejadian itu langsung di depan matanya seakan kehilangan raganya, dia hanya bisa mematung melihat itu semua, dengan kaki yang gemetar dan air mata yang sudah membanjiri pipinya, Morgan berlari menghampiri Hannah yang mengeluarkan banyak darah, melihat semua itu membuat dunia Morgan hancur seketika.

Sampai pada akhirnya Hannah dan Naira dibawa ke rumah sakit namun Hannah mengalami koma selama 21 jam sampai keesokkan paginya, media menerima kabar Hannah telah tiada, dunia Morgan runtuh seketika, tanpa aba-aba Hannah meninggalkannya dengan cara semengerikan ini.

Berita kematian Hannah menjadi
highlight berita utama dinegara itu.

Istri dari pengusaha sukses Morgan Gunner tewas Kecelakaan,akibat anaknya?

Berita tersebut benar benar memukul Morgan,bahkan setelah penguburan jenazah Hannah, Morgan masih belum bisa mempercayai ini, bagaiman bisa Hannah meninggalkannya secepat itu?

Seperti separuh jiwanya hilang dan pergi, Morgan tidak tau harus melakukan apa, benarkah Naira, anaknya yang masih terbaring di ranjang rumah sakit itu menjadi penyebab ini semua?

Jika saja Naira tidak berlari, jika saja Naira tidak nakal, Hannah masih ada disisinya kan?

Kata terakhir Hannah sebelum kesadarannya terenggut terngiang-ngiang di kepalanya,

"Tolong apapun yang terjadi, selamatkan Naira, anak kita. Walau harus menggunakan bagian dari tubuhku."

Dadanya terasa sangat sesak, bahkan hanya untuk menarik nafas saja sudah sangat melelahkan, sakit mengingat jantung Hannah berdetak di tubuh anak itu.

Semua ini salah Naira,anak itu lah penyebab kecelakaan ini semua!

Anak itu harus membayar semuanya!

Hanya itu ada yang ada pikiran Morgan sekarang, sakitnya tidak akan pernah hilang bahkan jika anak itu mati dengan cara yang lebih menyakitkan, hal itu tidak membuat Hannah kembali padanya tapi membiarkan anak itu hidup dengan bahagia hanya akan lebih menyakitinya, kan?

Naira yang masih berumur 5 tahun dan belum mengerti apa apa tentang kematian ibunya hanya bisa menanyakan hal itu kepada pembantu dirumah besar Morgan, dia tidak mengerti bahkan ketika dia bertanya kepada Papanya hanya raut kekosongan yang dia dapati, apa Papa membencinya?

Apa Mama pergi karenanya?
Apa dia yang menjadi penyebabnya?

*TBC*

Just Hold On Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang