39. Siapa Naira?

5.5K 304 50
                                    

*Happy Reading*




"Apa Om yakin foto yang dibawa Naira adalah perempuan yang sama?" Zoe menatap intens mata Xavier, keduanya sedang berada di ruangan dokter bedah umum itu. Xavier tiba-tiba memintanya untuk datang, membicarakan hal penting yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

"Sangat yakin Zoe, bahkan saya melihat wajahnya dengan jelas. Apa mereka punya hubungan, apa Naira pernah cerita sama kamu?"

"Naira tidak pernah mau cerita apa-apa tentang keluarganya. Setiap kali aku bertanya dia selalu mengalihkan pembicaraan."

"Apa kamu bisa menunda keberangkatanmu dulu Zoe? Ada yang perlu Om pastikan dari dia."

***

"Sudah selesai makannya?" Daniel menyingkirkan rambut panjang Naira yang menutupi wajahnya, perempuan itu tersenyum lalu mengangguk, "Udah, enak..." jawabnya dengan suara ceria.

"Kalau begitu kita pulang sekarang..." Ujarnya yang disetujui Naira.

Sepanjang makan malam yang terasa hambar baginya, Daniel terus teringat oleh kata-kata pria yang ia hajar habis-habisan di bar.

'Gue dengar istri lo pernah dipake rame-rame di bar.'

Ucapan pria brengsek itu seolah membenarkan perkataan Leo, bahwa Naira sudah sering melakukannya dengan banyak orang. Jika benar, ia tidak bisa menerima masa lalu Naira.

Berulang kali ia ingin bertanya namun berulang kali juga ia urungkan, ntah kenapa sejak hubungan mereka membaik ia menjadi sangat canggung untuk berbicara dengan Naira, padahal sebelumnya ia bisa berbicara apa saja tanpa peduli perasaan perempuan itu.

Terlihat jelas ada yang ingin di sembunyikan Naira darinya.

***

Keesokan harinya, Daniel membawa Naira melihat rumah yang sudah ia beli jauh hari sebelumnya dan segera mereka tempati.

Daniel membuka kunci rumah bernuansa putih ditengah kota itu, "aku beli rumah ini empat bulan lalu sama Valerie, perabotannya sih belum lengkap, tapi furniturenya sudah ada semua disetiap ruangan. Gimana kamu suka?" Daniel mengajak Naira melihat keseluruh ruangan rumah mewah yang tidak terlalu besar itu.

Daniel lebih suka rumah yang sederhana walau awalnya sempat berdebat dengan Valerie untuk memilih rumah ini, karena wanita itu lebih menyukai rumah megah. Bukannya ia tidak sanggup, hanya saja ia lebih suka rumah minimalis dengan pekarangan yang lebar walau rumah ini tidak bisa dikatakan sederhana.

"Aku suka, itu foto Valerie ya Kak?" Senyuman diwajahnya luntur melihat foto Valerie yang ada ditengah ruangan dengan bingkai besar.

"Oh maaf, aku lupa menurunkannya. Valerie yang mendekor seluruh ruangannya, kamu suka?" Tanyanya terlihat santai menatap ke seluruh ruangan.

Naira memaksakan senyumnya, tidak berani protes, "Aku suka." Jawabnya singkat.

"Rumah ini sebelumnya rencananya akan ditempati dengan Valerie ya?" Tanyanya memberanikan diri.

Daniel mengangguk, "Iya, rencana awalnya akan jadi rumah kami setelah menikah. Ternyata aku malah sama kamu." Tanpa keraguan Daniel mengatakannya tanpa menyadari jawabannya barusan terdengar cukup menyakitkan. Ia hanya dijadikan opsi kedua saat Valerie tidak lagi menjadi tujuannya.

Just Hold On Where stories live. Discover now