14. Kencan?!

8.2K 311 28
                                    

*Happy Reading*

Apa yang lebih buruk dari kematian?
disaat kamu harus bertahan hidup tanpa punya pilihan sama sekali karena satu-satunya pilihan yang kamu punya itu sudah tidak ada, meninggalkan mu selamanya.








Tarikan kuat di akar rambutnya membuat Naira meringis sakit, langkahnya menaiki tangga tidak lagi fokus karena sakitnya jambakan dari suaminya, Daniel. Beberapa ujung anak tangga membentur kakinya, menimbulkan rasa perih dan nyeri di tulangnya yang terbentur.

Setibanya di kamar dengan pencahayaan remang-remang, tubuh Naira langsung di lempar kearah dinding membuatnya hampir menjerit karena luka-luka ditubuhnya yang masih belum kering.

Satu tamparan keras mendarat di pipinya, Daniel menarik kuat kerah gaun yang ia pakai seakan mencekiknya. Napasnya sesak mencoba menarik-narik tangan Daniel pada kerah bajunya, suaranya seakan tidak bisa keluar.

"Ini hukuman untukmu karena berani melanggar aturanku!"

Daniel menelusupkan kepalanya ke leher Naira, membuat bekas kemerahan yang sedikit mengeluarkan darah.

"Ahh!" pekikan sakit darinya sama sekali tidak dihiraukan. Daniel meninggal bekas ditempat dimana tidak bisa ditutupi dengan rambut panjangnya.

Setelah puas membuat lehernya memerah, ia menghempaskan tubuh kurus itu ke kasur, punggungnya yang sering sakit menahan beban perutnya tidak dipedulikan Daniel. Naira meringis nyeri, matanya terpaku pada tatapan tajam Daniel yang seakan ingin meringsekkan tubuhnya detik ini juga.

Daniel membuka baju mereka dengan tergesa-gesa kemudian menarik rambut panjang Naira, membenarkan posisi mereka, seakan tidak sudi menyentuh pelan kulitnya.

Tanpa penetrasi Daniel memasuki tubuh kurus Naira, membuat Naira memekik kuat, tubuhnya seperti dibelah dua akibat hantaman perih yang terima. Seluruh tubuhnya terasa nyeri mulai dari kepala hingga kaki. Naira tidak pernah menyangka Daniel akan menyiksanya separah ini. Padahal ia slelalu berharap suaminya tidak melakukan hal yang sama kejamnya seperti Morgan dan Leo.

Daniel mulai memompa dengan kasar membuatnya tidak bisa lagi menahan erangan kesakitan nya, tubuhnya yang belum siap dimasuki paksa membuat rasa perih itu membuncah di selatan tubuhnya.

"Kau ingat peraturannya bukan? Tidak ada desahan! Aku benci mendengar desahan perempuan murahan sepertimu!" Ujarnya tajam, menatap lekat mata hitam yang mulai mengeluarkan air matanya.

Pukulan keras di pipinya membuat perempuan itu terhenyak kesakitan, tak lama darah kembali muncul dari luka pada bibirnya yang belum kering.

Ingin memegang pipinya pun Nair tidak berani, ia hanya melampiaskan rasa sakitnya pada seprai kasur yang sudah tidak berbentuk dan hentakan keras dibawahnya membuat merasakan tendangan kasar dari bayinya semakin membuat napasnya sesak, ia sama sekali tidak menikmati permainan kasar ini, hanya kesakitan yang menggerogoti setiap inci tubuhnya.

Tangannya mulai menggerayangi payudaranya yang pas ditangannya dan memilin putingnya dan tanpa aba-aba menggigitnya keras membuat kakinya yang daritadi bergerak kasar terdiam seketika.

"Akh sudah... Cukup kak...sakiitt... Kumohon..." Erangnya frustasi, napasnya mulai tidak teratur dan sesak karena tendangan dari bayi-bayinya yang merasa terganggu semakin memperparah keadaan Naira.

Just Hold On Where stories live. Discover now