41. Ancaman

5.2K 314 91
                                    

*Happy Reading*




Valerie memasuki unit apartemennya dengan jantung yang masih bertaluan cepat, wanita itu menghempaskan tubuhnya di sofa. Pikirannya masih tertuju pada pria gila yang ditemuinya tadi, mereka baru pertama kali berbicara dan sibajingan itu langsung menunjukkan video porno padanya, terlebih lagi si pameran wanita terlihat sangat familiar. Jangan bilang dia benar-benar tidak salah lihat?

Valerie merogoh tasnya dengan tangan bergetar, ia mengambil ponselnya lalu mencari nama Daniel untuk dihubungi. Dengan harap cemas Daniel mau berbicara lagi dengannya.

Dilain tempat, Daniel menatap air tenang di depannya, matanya fokus pada kakinya yang tenggelam dalam air. Ia melihat ke samping pada ponselnya yang bergetar menampilkan nama Valerie, Daniel menghela nafas berat keudara. Ia tengah berada dikolam renang dibelakang rumah untuk sejenak.

Saat panggilan akan berakhir, dengan berat Daniel mengangkatnya, wanita itu benar-benar tidak memberikannya waktu untuk melupakannya.

"Ada apa lagi?" Suaranya terdengar dingin dan tidak berminat berbicara dengan Valerie.

"Niel, ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu. Ini bukan tentang hubungan kita." Valerie buru-buru menyela sebelum Daniel mengatakan untuk berhenti menghubunginya.

"Tadi saat aku baru aja keluar dari ruangan kamu, Kakak si jalang itu--"

Belum sempat Valerie menyelesaikan kalimatnya, Daniel lebih dulu memotong, "Berhenti sebut dia dengan kata murahan itu, Valerie. Stop talking shit." tegasnya tajam. Valerie yang dikenalnya tidak pernah bertingkah seperti ini.

Daniel menyugar rambutnya, niat ingin memperbaiki mood malah berakhir semakin parah karena wanita ini.

"Yang aku bilang benar, aku melihat sendiri video--"

Daniel menjauhkan ponselnya dari telinganya saat melihat Naira yang sudah bangun berjalan mendekat kearahnya.

"Hei, kamu udah bangun?" Daniel langsung mematikan panggilan, tidak mengidahkan Valerie.

"Maaf aku baru bangun, teleponnya dilanjutkan aja Kak, aku mau siapin makan malam." Naira tersenyum tipis, ia lihat Daniel langsung mematikan panggilan saat melihatnya datang.

"Nggak perlu, aku sudah delivery. Sini kamu." Ajaknya untuk duduk disampingnya, Naira menurut lalu ikut duduk di pinggir kolam, dengan perlahan ia ikut memasukkan kakinya kedalam air.

"Dingin." Ujarnya pelan saat kakinya menyentuh air, "awalnya memang dingin." Daniel terkekeh pelan.

"Oh ya Kak, besok aku boleh ketemu sama Jane? Dia baru aja telepon tadi." Tanyanya meminta ijin, ia menyadari raut Daniel langsung berubah, sepertinya pria itu benar-benar tidak menyukai Jane.

"Mau bertemu dimana? Sama siapa aja? Jam berapa?" Cecar Daniel, "cuma berdua kan?"

"Iya, cuma berdua kok, ketemunya di cafe dekat komplek jam 10." Daniel tampak berpikir sejenak, ia sebenarnya tidak ingin Naira pergi tapi mengurungnya seharian dirumah juga pasti membuat Naira kesepian.

Just Hold On Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang