44. The Truth

6K 308 35
                                    

*Happy Reading*




Dengan jas dokter yang masih melekat ditubuhnya, Xavier membuka pintu ruangan kerjanya dengan mengenggam erat amplop berisi kertas yang ia tunggu sejak lama.

Ia duduk dikursi kerjanya, melamun menatap amplop putih itu lama. Ritme detak jantungnya seakan menahannya untuk membuka kertas itu, kertas yang mungkin akan mengubah hidupnya atau tidak sama sekali jika hasilnya negatif.

Naira Liandra, gadis dengan wajah yang mirip dengan seseorang dimasa lalunya membuatnya berani melangkah sejauh ini. Naira yang ia kira hanya gadis biasa yang dicintai keponakannya, menjadi seseorang yang ia harapkan.

Tidakkah takdir mempermainkannya?

Xavier menghela nafas panjang sebelum memperisapkan diri membuka isi amplop itu, yang berisi hasil tes DNA yang ia rencanakan diam-diam, bahkan tanpa sepengetahuan gadis itu.


PROBABILITY OF PARENTAGE : 99,0006781%

BASED ON THE DNA ANALYSIS, THE ALLEGED FATHER,
XAVIER HARDYANTARA IS THE BIOLOGICAL FATHER OF THE CHILD, NAIRA LIANDRA.

Naira... Anakku...

Xavier menggebrak meja, melampiaskan rasa sakitnya. Anaknya yang ia kira sudah gugur, masih hidup hingga sekarang. Ia baru mengetahuinya setelah 19 tahun. Ayah macam apa dirinya?

Ia menangkup wajahnya, terisak diruangan apartemennya sendirian. Naira, gadis yang sempat ia kira membawa pengaruh buruk pada keponakannya adalah anaknya. Itu artinya ia jauh lebih buruk sebagai ayah.

Xavier memukul kepalanya berulang kali, rasa bersalah memenuhi dirinya. Ia manusia bodoh, meninggalkan darah dagingnya begitu saja hingga anak itu harus menderita selama hidupnya dikeluarga lain, yang tidak bisa menerima dirinya.

***

Daniel membuka pintu bathroom yang tidak di kunci, ia mencari Naira disekeliling rumah dan tidak menemukannya dimanapun. Namun kini sepertinya ia sudah harus berhenti mencari, suara gemericik air yang mengalir di bathtup membuatnya mengulum senyum.

Ia menemukan istrinya tengah merilekskan diri di bathup bertipe corner dikamar mandi kamar tidur mereka.

Daniel melangkah mendekat kearah Naira, kulit putihnya yang cerah dan memar keunguan tepat berada di bahu sempitnya terlihat jelas.

Naira segera menutup dadanya dengan tangan saat menyadari Daniel mendekat kearahnya, bibirnya seakan terkunci untuk tidak memperbolehkan Daniel mendekat. Sekarang suaminya sudah duduk disamping bathtubnya, tersenyum tipis melihat Naira yang sibuk menutupi dadanya. Padahal menurutnya percuma.

"It's okay sayang, aku sudah pernah lihat semua. " Daniel merapikan rambut basah Naira yang menutupi wajahnya.

"Maaf aku tidak tau Kakak akan pulang lebih cepat, aku malah berendam. Aku mau bersih-bersih sebentar lalu nyiapin makan malam." Naira meraih tangan Daniel sebagai tumpuan untuk bangkit berdiri, namun Daniel menahannya.

"Jangan memaksakan diri." Ia mengusap punggung tangan Naira, "It's okay jika kamu capek atau butuh waktu untuk istirahat. Sekalipun makan malam atau pekerjaan rumah belum selesai, aku nggak masalah."

Just Hold On Where stories live. Discover now