43. I Choose to Love You

4.4K 265 42
                                    

*Happy Reading*




Daniel menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya lalu membuka matanya saat suara Naira yang sedang berada di kamar mandi kembali menganggu tidurnya. Daniel turun dari ranjang, melangkah mendekat kearah kamar mandi yang tidak di tutup, pantas saja suaranya tidak lagi tersamarkan.

Matanya yang awalnya masih mengantuk tidak lagi terasa berat saat melihat Naira yang terduduk dilantai berusaha mengeluarkan isi perutnya ke closet. Wajah perempuan itu sangat pucat membuatnya cemas. Daniel menahan tubuh Naira dari belakang sambil memijat tengkuknya. Ia kira mual-mual hanya terjadi saat masa awal kehamilan. Setelah Naira berhenti memuntahkan cairan dari perutnya, Daniel lalu mengambil tisu basah yang ada di samping wastafel dan membersihkan bibir Naira.

"Kamu sering muntah seperti ini?" Tanyanya pelan, tetap sabar membersihkan lalu menekan tombol flush di toilet. Naira menggeleng pelan, sebelum rasa mual kembali menyerang.

"Kamu baik-baik aja? Apa perlu kerumah sakit?" Tanyanya saat Naira sudah selesai, perempuan itu menyeka bibirnya lalu menggeleng, "aku nggak papa Kak." Mual-mual seperti ini benar-benar menyiksa apalagi jika ia sudah kumat akan sulit berhenti. Efek samping jika ia terlalu stress dan banyak pikiran.

"Yakin? Dari semalam kamu seperti ini terus, apa dokter kemarin tidak kasih obat?" Daniel tidak tau apa yang dilakukan Naira semalam di kamar mandi, ia hanya menebak jika Naira merasa mual. Naira sangat sulit untuk terbuka padanya, membuatnya kesulitan mengetahui keadaan kesehatan istrinya sendiri, apalagi jika wajahnya sudah pucat, ntah kenapa ada ketakutan besar melihatnya selemah ini.

"Aku lagi hamil, dokter bilang dia tidak bisa memberi obat sembarangan."

Daniel mengangguk, benar efek samping beberapa obat-obatan tidak terlalu baik bagi wanita hamil.

"Sudah mualnya? Aku mandi sebentar, setelah itu aku yang buatkan sarapan."

"Biar aku aja Kak yang buat sarapan. Kamu mandi dulu." Tolaknya mencoba bangkit, melihat Naira yang kesulitan untuk sekedar bangkit, tanpa meminta persetujuan, Daniel mengangkat tubuh Naira menuju ranjang.

"Jangan bantah, kamu berdiri aja susah apalagi buat sarapan, tenang aja aku cuma buatkan roti, rasanya tidak akan terlalu buruk."
Ujarnya panjang lebar lalu membaringkan Naira di ranjang.

***

Naira berjalan lebih dulu diikuti Daniel dari belakang, dengan setia mengekori langkah Naira yang lambat karena tubuhnya yang masih lemas.

Di meja makan, Daniel beberapa kali memperhatikan Naira yang menenggelamkan kepalanya dilipatan tangannya, wajahnya yang pucat membuat Daniel khawatir tentang keadaan Naira. Ia ingin membawa Naira kerumah sakit, tapi ada kerjaan yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja hari ini.

"Kemarin dokter bilang apa?" Tanyanya memulai percakapan sembari sibuk memotong sayuran untuk dijadikan isian roti. Mendengar itu, Naira mengangkat kepalanya menatap Daniel, "Tidak banyak, dokter cuma bilang jenis kelamin mereka kembar sepasang." Ia mengusap perutnya, yang dibalas tendangan cukup kuat.

"Mereka tumbuh dengan sehat kan?" Naira tersenyum, "Iya, mereka sehat dan kuat hingga bisa bertahan sejauh ini." Daniel juga tidak menyangka mereka sekuat itu setelah beberapa kali tubuh ibunya menerima kekerasan.

Just Hold On Where stories live. Discover now