46. If I Could Be By Your Side

4.6K 219 50
                                    

Mulmed : can't it be me? (Zoe pov kali yak)

*Happy Reading*




Daniel menunggu istrinya di sofa hotel yang tengah berada di ruangan ganti, sambil sibuk mengecek pesan-pesan masuk di ponselnya yang kebanyakan memberikan selamat atas kenaikan jabatannya. Ia telah siap satu jam yang lalu, sedangkan Naira membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendandaninya.

Ada banyak media yang di undang untuk memberitakan momen ini, pergantian jabatan perusahaan ketangannya yang bukan dari keluarga Gunner setelah puluhan tahun perusahaan keluarga itu berdiri tentu mendapat banyak atensi. Daniel yang hanya sebagai menantu pertama berhasil mengakuisisi perusahaan itu di usianya yang baru mencapai 28 tahun, bukankah itu terdengar hebat?

Tapi daripada itu, Daniel lebih mengkhawatirkan Naira yang pastinya tidak nyaman dengan semua kamera yang akan terus menyorotnya. Tapi tidak ada yang bisa dilakukannya, Morgan telah menyebarkan undangan pada wartawan tanpa persetujuannya lebih dulu.

Daniel beberapa kali meminta persetujuan Morgan untuk mengadakan konferensi pers agar nama Naira tidak lagi menjadi bahan media namun selalu mendapat penolakan dari Morgan dengan alasan menjaga nama baik perusahaan.

Panggilan masuk yang langsung memenuhi layar ponselnya membuat Daniel segera mengangkat telepon dari Risa, ibunya.

Daniel bangkit dari sofa, menjauh beberapa langkah dari ruang ganti, tidak ingin ada yang nendengar pembicaraan mereka.

"Pak Daniel, nyonya Benedict sudah siap." Fokus Daniel beralih pada suara wanita yang menyapa indra pendengarannya seperti membawa angin segar.

Tidak lama Naira keluar dari dalam ruangan, membuat Daniel tidak tahan menarik sudut bibirnya. Menunggu lebih dari satu jam sama sekali tidak sia-sia baginya.

"Hey, you're so beautiful." Daniel melangkah mendekat, memandangi Naira dari atas hingga bawah, gaun yang dikenakannya menutupi seluruh tubuh indahnya dengan sempurna, sesuai permintaan Daniel.

Make up artist yang membantu Naira keluar tadi undur diri akhirnya saat melihat client-nya tampak menginginkan ruang berdua.

"Saya undur diri terlebih dahulu, selamat menikmati malam anda Pak Daniel dan Nyonya Benedict."

Setelah mengucapkan terima kasih pada MUA yang mendandani istrinya dengan sangat baik, Daniel membelai pipi Naira, "Nyonya Benedict Kak," Naira terkekeh geli saat pertama kali disebut dengan nama belakang Daniel.

"Suka dipanggil seperti itu, hm?" Ia menyatukan hidung keduanya, lalu perlahan menyatukan bibir keduanya dengan lembut. Daniel melumat dengan pelan, tidak ingin membuat lipstick yang dikenakan berantakan. Walau sebenarnya pikiran liarnya sedang bekerja sekarang, membayangkan jika Naira berantakan dengan gaun yang dikenakannya kini.

Saat pangutan keduanya terlepas, Daniel menaruh jarinya di pinggang Naira, "

Langkah keduanya langsung disambut semua orang, terlebih Daniel yang menyita perhatian semua orang. Netra Naira bertemu dengan Morgan yang tepat berada di depan mereka, menunggu keduanya tiba di hadapannya. Naira langsung menunduk, mengalihkan kontak mata saat Morgan tidak juga berhenti menatapnya. Ia mengeratkan genggamannya ditangan Daniel saat melihat keluarganya ada disana.

"Jangan takut, ada aku." Bisik Daniel saat menyadari kecemasan istrinya.

Setelah keduanya sampai ditempat Morgan berada, tanpa berbasa-basi, pria paruh baya itu langsung memeluk Daniel dan memberikan selamat pada menantunya.

Just Hold On Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang