24. Taman & Pelukan

7K 346 40
                                    

*Happy Reading *




"Selama kau belum bisa memaafkan masa lalumu, kau akan terus menyakiti siapapun yang mencintaimu. Cobalah berdamai dengan masa lalumu, kau tidak bisa terus-menerus hidup dimasa lalu."

Daniel memejamkan matanya, "bagaimana caranya? Ajarkan aku Samantha."

"Kau harus belajar melihat dari dua sisi, dia yang kau anggap si paling brengsek pasti memiliki alasannya sendiri kenapa dia melakukannya."

Daniel tertawa sumbang mendengarnya, "membakar rumah disaat semua orang tengah berduka, dan kabur melarikan diri ke Amerika, membawa segalanya dan hanya meninggalkan abu untuk kami jadikan rumah, bagaimana caranya agar semuanya terasa biasa saja?"

"Kau tidak bisa keluar dari masa lalumu jika kau terus terperangkap di dalamnya. Belajarlah membuka diri dengan orang yang mencintaimu, mungkin saja dia yang kau benci sekarang, bisa jadi penyembuh untukmu. Tapi pertama-tama buka dulu hatimu."

"Maksudmu perempuan itu?"

Samantha, wanita itu mengangguk "Kau tidak akan pernah tau selagi kau belum mencobanya."

Daniel terkekeh, "itu konyol."

"Itu semua tergantung padamu, semuanya keputusan ada pada dirimu, kau ingin sembuh atau tidak."

Daniel mengepalkan tangannya, menundukkan kepalanya, matanya menatap dasi yang terhubung dengan kerah bajunya, perempuan itu yang memasangkannya.

"Tidak bisa, tidak bisa Samantha... aku tidak bisa menerimanya." Matanya menatap tajam wanita di depannya, wanita itu selalu terlihat tenang.

"Masa lalunya terlalu buruk untukku."

"Kau benar, masa lalunya terlalu buruk. Tapi dia terlihat baik-baik saja kan? Dia menjalani hidupnya seperti tidak ada hal buruk yang pernah terjadi dan yang akan terjadi. Tapi itulah keadaan yang paling buruk, tidak punya pilihan lain selain menjalankan apa yang ada."

Samantha mengarahkan tangan Daniel, mengenggam tangannya "belajarlah."

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar, perlahan Samantha melepaskan genggam tangannya dari Daniel, beranjak dari kursinya.

"Pasien berikutnya sudah tiba." Ujarnya yang diangguki Daniel, pria itu berdiri dari duduknya, berjalan perlahan menyusul Samantha kearah pintu.

Pintu terbuka menampilkan seorang pria dan seorang wanita, pria itu menggenggam erat pinggang wanitanya dan menuntunnya masuk dengan perlahan, seakan wanita itu barang yang mudah pecah.

Daniel terpaku menatapnya, pandangan perempuan itu kosong, seperti tidak memiliki jiwa dan hanya memiliki raga.

Pria itu mendudukkan wanitanya pada kursi di depan meja Samantha, wanita itu hanya menurut tanpa berbicara sepatah katapun, matanya lurus memandang kedepan dengan tatapan masih sama kosong. Seperti manekin hidup.

Daniel yang terpaku menatap wanita itu hanya terdiam tanpa menyadari pria asing tadi sudah berada di dekatnya.

"Hei, pasien Samantha?" Sapanya dengan senyuman lalu mengulurkan tangannya kearah Daniel.

Just Hold On Where stories live. Discover now